17

2.3K 52 0
                                    

"NANTI pulang saya jemput,"

"Enggak usah aku mau mampir ke rumah Mama," ujar Bella malas-malasan. Ia menyenderkan punggungnya di kursi seraya pandangannya lurus ke depan.

Rian menoleh sekilas dengan sebelah alis yang terangkat. "Untuk apa?"

"Mau mengambil mobilku. Soalnya aku mau berangkat ke kantor sendiri, enggak mau di antar kamu,"

"Nanti biar mobil kamu di ambil orang suruhan saya. Pokoknya nanti pulang kamu saya jemput,"

"Kenapa maksa banget?" kesal Bella.

"Iya, soalnya kita mau pindah,"

Bella menoleh pada Rian yang tengah sibuk menyetir mobil. "Pindah?"

Laki-laki itu mengangguk. "Iya. Kita enggak tinggal sama Papa dan Mama,"

"Kenapa kita pindah?"

"Pengen mandiri aja. Lagian, biasanya menantu tidak suka kan tinggal satu atap dengan mertua?"

"Kita pindah ke mana?" tanya Bella.

"Enggak jauh-jauh dari rumah Papa sama Mama, kok,"

Bella diam. Ia manut saja. Lagian Papanya pernah berkata, kemana pun suami pergi istri harus ikut. Jika Rian menghendaki pindah rumah, Bella juga ikut.

Susahnya jadi istri. Menurut Bella sangat merepotkan dan menyusahkan hidup saja.

Ini merupakan kesempatan juga menurut Bella. Jika ia hanya tinggal berdua dengan Rian, itu artinya ia bisa bebas. Bebas melakukan banyak hal. Termasuk keluar rumah malam-malam. Tidak peduli Rian mengizinkan atau tidak nantinya. Kalau tidak mengizinkan, bukan Bella namanya kalau tidak nekat kabur.

"Oh, iya, kamu nanti di kantor jangan dekat-dekat dengan laki-laki semalam itu,"

"Palingan bakal ketemu,"

"Hindarin!"

"Mana bisa, itu kan di kantor. Lagian aku sama dia udah kenal lama,"

"Tapi saya enggak suka,"

"Posesif bener," cibir Bella.

"Tentu saja saya posesif, saya suami kamu kalau kamu lupa,"

Bella memutar bola matanya malas, "Lagian kita nikahnya karena perjodohan. Gak usah serius-serius menjalani pernikahan ini!"

Mobil Rian berhenti di depan kantor tempat kerja Bella. Perempuan itu buru-buru melepas sealtbelt nya.

Belum Bella membuka pintu mobil, Rian terlebih dahulu mencekal tangannya membuat Bella menoleh.

Rian menatap Bella dengan tatapan serius.

"Menikah itu cuman sekali, seumur hidup. Itu prinsip saya. Saya juga sudah janji untuk tetap mempertahankan pernikahan ini, dan membuat pernikahan ini menjadi nyata,"

Bella gelagapan mendengar oenuturan Rian. Kalau begitu, ia tidak bisa terbebas dari ikatan pernikahan yang tak di inginkan ini?

"Tapi aku enggak cinta sama kamu! Lagian kamu juga enggak cinta kan sama aku?" sarkas Bella.

"Saya bisa buat kamu cinta sama saya. Soal perasaan saya, saya cinta sama kamu."

°°°

Selama di kantor, Bella tidak fokus mengerjakan pekerjaannya. Pikirannya terus melayang pada ucapan Rian tadi pagi. Bahkan ketika sedang makan di kantin pun Bella hanya diam.

Apa mungkin laki-laki itu benar-benar menyukainya? Apa benar suaminya itu mencintainya?

Mengingat mereka sudah sekitar satu bulan tinggal bersama, tidur bersama. Jadi, wajar bukan bila Rian menyukai Bella secepat itu? Lagian Bella cantik, langsing, seksi, tinggi, putih, mulus, dan menggoda. Laki-laki mana yang tidak akan langsung menempatkan hatinya pada Bella?

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang