18

1.8K 50 0
                                    

"INI jadi jemput, enggak, sih?"

"Kalau enggak mau naik taksi aja, nih,"

Lagi-lagi Bella mengecek ponselnya. Ia menggerutu kesal, mengerucutkan bibirnya. Setengah jam ia duduk di halte bus, menunggu Rian yang katanya akan menjemputnya itu.

Wanita itu beranjak, berjalan mondar mandir dengan menghentak-hentakkan kakinya dengan mulut yang tak berhenti mendumel.

Kembali Bella mengecek ponselnya, mengirim pesan pada Rian agar cepat menjemputnya.

Saat tengah mengetik, lampu mobil menyoroti membuat Bella menutup matanya menggunakan telapak tangan.

Sosok pengendara mobil itu turun menghampiri Bella. "Loh, Bella, kok masih ada di sini?"

Bella menurunkan tangannya yang semula menutup mata. Menatap sosok lelaki di depannya. Andi, Laki-laki itu sudah menggunakan pakaian yang lebih santai. Celana panjang hitam, dan kaus putih.

"Oh, iya, An. Kamu habis dari mana?"

"Habis dari supermarket, terus lihat kamu. Kok kaya Bella, terus aku samperin, en beneran Bella," jelas Andi di akhiri tawa kecil.

"Oalah,"

Andi celingak-celinguk. "Belum di jemput suami kamu ya, Bell?"

Bella cemberut, lalu menggeleng lemas.

"Padahal sudah malam loh ini. Gak baik wanita malam-malam di sini sendiri. Bahaya,"

"Makanya itu,"

"Suami kamu memangnya di mana?"

"Masih di rumah sakit kayanya,"

Andi sedikit terkejut. "Suami kamu sakit?" tanya Pak Andi yang di jawab gelengan oleh Bella.

"Bukan, dia dokter,"

"Loh, suami kamu dokter, Bell?"

"Iya,"

Andi tertawa renyah. "Beruntung, ya kamu Bell, sudah cantik, pekerja keras, dapat suami ganteng dan dokter pula. Serasi sama kamu," Bella menatap Andi. Entah mengapa dia merasa tatapan dan nada suara dari pria itu menyorot kesedihan.

"Suami kamu masih lama, enggak?"

"Enggak tahu, di chat gak di balas, cuman centang dua abu-abu,"

Andi mengangguk-anggukkan kepalanya. "Mau pulang saya antar?"

Bella menatap Andi. Sebenarnya mau-mau saja. Apalagi berduaan di dalam mobil dengan Andi akan menjadi sebuah pengalaman bagi Bella yang tak terlupakan.

Baru saja Bella akan menerima ajakan Andi, suara mesin mobil dan klakson mengalihkan pandangan ke arah mobil yang berhenti di depan mobil Andi. Sosok lelaki yang sedari tadi Bella tunggu berjalan menghampiri Bella sedikit tergesa.

Raut wajah Bella langsung berubah masam. Ia memutar bola matanya malas ke arah lain.

"Maaf, lama. Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Rian khawatir. Mengingat Bella sudah banyak kali mengirim pesan padanya. Terlebih wanita itu menunggu sendirian di halte bus malam-malam begini.

"Gak papa. Untung ada Pak Andi yang nemenin, jadi aman," ujar Bella sedikit ketus sembari membawa-bawa nama Andi. Padahal Andi baru saja datang, Bella membuat cerita seolah Andi menemaninya sedari tadi. Entah apa tujuan Bella. Mungkin untuk membuat Rian kesal.

"Oh, ya sudah. Terima kasih," ujar Rian menoleh sekilas ke arah Andi kemudian menggandeng tangan Bella mengajak wanita itu menuju mobilnya.

Bella tersenyum tidak enak pada Andi. "Duluan, Pak." Dengan bibir cemberut Bella masuk ke dalam mobil.

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang