14

2K 59 0
                                    

PAGI ini terlihat Bella yang tengah membantu para asisten rumah tangga di dapur yang tengah memasak. Padahal, mereka sudah menyuruh Bella agar menunggu di meja makan saja yang tidak usah membantu.

Sebenarnya, Bella juga enggan membantu. Tapi, berhubung ia tidak bisa memasak. Jadi, tak apa lah untuk sekedar bantu-bantu memotong bawang atau lain-lain. Padahal kalau di rumah dengan Namanya, boro-boro Bella mau membantu memasak. Barang mengupas bawang saja tidak mau. Tapi, berhubung ia tinggal di rumah mertua jadi Bella mau mencari muka biar di katai menantu idaman oleh Naomi.

Wanita yang sudah rapi dengan pakaian kantor itu tengah mengaduk-aduk sup. Beberapa asisten rumah tangga yang tengah memasak tadi membawa piring yang berisi lauk pauk di meja makan. Tinggal lah Bella sendiri di dalam dapur.

Suara langkah kaki dari pemilik kaki panjang yang berbalut celana kain berwarna hitam itu berjalan memasuki dapur. Menatap punggung wanita berambut panjang sepunggung itu.

Tangan besar dan berotot yang di balut kemeja abu-abu itu menghalangi langkah Bella ketika hendak berjalan ke kanan. Kemudian wanita itu berbalik ke kiri, Lagi-lagi tangan itu menghalanginya sehingga membuat Bella terkungkung oleh tubuh besar Rian.

"Minggir!" seru Bella yang kini sudah berhadapan dengan laki-laki jakung-suaminya.

"Morning kiss dong Bell,"

Bella melebarkan matanya, kemudian menatap nyalang Rian. "Dih." Bella mendorong pelan tubuh Rian sehingga ia terbebas dari kungkungan Rian.

Namun, sebelum Bella pergi, Rian mencekal pergelangan wanita itu terlebih dahulu. Kemudian membisikkan sebuah kalimat tepat di telinga Bella. "Kamu masuk kamar gih, cek di atas ranjang. Tadi saya lihat kaya ada merah-merah, gitu."

Hal itu sontak membuat pipi Bella merona dan langsung berlari ke kamar.

Ketika sampai di dalam kamar, Bella langsung menyebabkan selimut yang sudah di lipat rapi. Kemudian mengecek seluruh permukaan ranjang yang sama sekali tidak ada bercak merah apa pun di sana.

Bella mendengus kesal. Rian mungkin hanya mengerjai nya saja. Padahal Bella sudah keringat dingin. Malu lah kalau sampai dia bocor dan di lihat laki-laki lain meskipun itu suaminya sendiri.

Wanita yang mengenakan blazer hitam itu berjalan ke arah meja ria dan melihat tatanan riasan wajahnya apakah ada yang luntur atau tidak.

Setelah merasa semuanya perfect, Bella berjalan kembali ke luar menuju ruang makan.

Sarapan pagi di jalankan dengan khidmat, tak ada obrolan yang berarti. Hanya berupa obrolan-obrolan ringan saja.

"Kamu bohong kan, tadi aku cek di kasur enggak ada tuh merah-merah," sungut Bella menatap lurus ke depan dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

Saat ini, Bella dan Rian tengah berada di dalam mobil berdua. Rian memaksa untuk mengantar Bella ke kantor, sekalian ia ke rumah sakit berhubung satu arah.

Sebenarnya Bella tidak mau, ia ingin berangkat sendiri, naik mobil sendiri. Tapi, Bella ingat kalau mobilnya masih ada di rumah kedua orang tuanya.

Nanti saja, sepulang dari kantor Bella berinisiatif untuk mengambil mobilnya.

"Ada kok, kamu aja yang enggak teliti,"

"Enggak ada!"

"Ada,"

Bella menghela napasnya kasar. "Enggak ada. Tadi udah aku acak-acak enggak ada!"

Rian menoleh sebentar ke arah Bella sebelum akhirnya kembali menatap jalanan. "Kamu acak-acak, kamu rapihin lagi enggak?"

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang