10. Apartemen Sakista

695 35 0
                                    

Cerita ini masih banyak kekurangan terutama Typo yang bertebaran, bantu aku ingatkan ya, bisa dengan cara comment di bawah

Happy Reading!!!

"Gue lagi gak mimpi kan?"Tepuknya pada kedua pipinya.

"H-halo-"Jawab Sakista pada sambungan telfon tersebut.

"Gue ke apartemen lo, sekarang"Balas Zein lalu mematikan sambungannya.

Sakista mengerutkan keningnya bingung, "Hah? Kok tumben, padahal kemarin pas nganterin gue aja, dia gak mau mampir"Ucap Sakista bingung.

Sakista melirik jam dinding yang ada di apartemennya, "Sekarang udah jam segini, dan dia mau ke apartemen gue? Ngapain?"Sakista menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Lama bergelut dengan pikirannya tak lama bel apartemen berbunyi sangat nyaring dari dalam.

"Masuk-"Betapa terkejutnya Sakista melihat Bumi yang sedang menggendong Earth dengan kondisi tak sadarkan diri.

"Earth!?"Betapa terkejutnya ia melihat kondisi sang sahabat.

"Masuk, masuk"Sakista membuka pintu apartemennya dengan lebar.

"Earth kenapa?"Tanya Sakista menghampiri kedua lelaki yang membawa sahabatnya.

"Gue butuh lo jaga Earth, sementara gue bakalan cari bajingan itu!"Ucap Bumi yang melangkahkan kakinya keluar dari apartemen Sakista.

Lengan jaket Bumi di cekal oleh Zein, "Lo tenang, mereka udah gue urus, biar orang-orang gue yang bertindak"Ucap Zein dengan nada calm nya.

"Earth bakalan shock banget pas dia bangun nanti, jadi lo di sini dulu buat jaga dia, gue tau yang dia perlukan itu lo, Bum"Peringat Zein pada sahabatnya.

Bumi menghela nafasnya dan mendekati Earth yang sedang berbaring di tempat tidur.

"Earth. I'am so sorry, gue gak bisa jaga lo"Ucap Bumi menciumi telapak tangan Earth penuh penyesalan.

"Kenapa sih ini?"Tanya Sakista dengan bingung.

"Ikut gue"Tarik Zein pada pergelangan tangan Sakista.

Perempuan itu membelalak lebar, ia terkejut Zein menyentuh tangannya, bahkan menarik dirinya untuk keluar dari kamar tamu meninggalkan Earth dan Bumi.

"Eh, sorry"Ucap Zein melepaskan cengkraman tangannya pada pergelangan tangan Sakista.

'Lo cengkram terus sampe pagi juga rela gue, Ze'Batin Sakista berkecamuk.

Zein menaikan salah satu alisnya melihat perempuan di hadapannya ini senyum-senyum tidak jelas.

"Heh, lo kenapa?" Tegur Zein.

Sakista mengerjapkan kedua matanya, ia menggeleng, "Gapapa"

"Sorry, gue telfon lo malam-malam dan terkesan gak sopan"Ucap Zein pada Sakista.

Sakista menganggukan kepalanya, "Gapapa, gue cuma kaget aja lo tiba-tiba telfon dengan nada panik"Balas Sakista pada Zein.

Zein menghela nafasnya, ia terduduk di soffa dan merebahkan punggungnya.

Dengan inisiatif yang dimiliki oleh Sakista, ia berjalan ke arah dapur dan membuatkan teh hangat untuk Zein.

"Nih, diminum"Sakista meletakan cangkir teh yang ia bust di meja.

Zein memijit pelipisnya, "Thank's"

Sakista mengangguk, "Earth kenapa?"Tanya Sakista lagi.

"Dia hampir aja jadi korban pemerkosaan-"

Mendadak Nikah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang