28. Tandatangan Perceraian

683 38 3
                                    

Cerita ini masih banyak kekurangan terutama Typo yang bertebaran, bantu aku ingatkan ya, bisa dengan cara comment di bawah

Happy Reading!!!

Zein mendatangi healing center, bertemu dengan Sakista, yap! Entah kenapa beberapa hari ini ia sering menghabiskan waktunya di healing center.

Entah untuk mengontrol keadaan disana atau bahkan hanya sekadar bersenandung melepaskan tawa bersama dengan Sakista.

Bertemu dengan perempuan yang memberikan kita harapan untuk hidup kedua kalinya sangat berharga ternyata.

Bahkan, si es kutub utara ini sudah mulai mencair dengan gurauan-gurauan kecil yang dilontarkan oleh Sakista.

Di tepi pantai, Zein dan Sakista saling bertukar cerita, tertawa bersama bahkan tak jarang saling melemparkan ledekan yang mengundang gelak tawa.

Moana tersenyum melihat kedekatan mereka dari kejauhan, tak lama Riko memeluk kekasihnya dari belakang.

"Babe"Ucap Riko sembari menciumi leher Moana.

"Hmmmm"

"Aku senang Zein sudah mau membuka hatinya untuk Sakista, Babe"Balas Moana pada kekasihnya.

Zein mengangguk, "Setelah kejadian penyekapan Shabrina, setelahnya aku sering lihat mereka bersama"Sahut Zein.

Moana memutarkan tubuhnya, "Aku harap, Earth juga akan merasakan kebahagiaan yang sama, seperti Sakista dan Zein, juga Kamu dan Aku"Ucap Moana mencium bibir Riko.

Riko menahan tengkuk leher kekasihnya, memperdalam ciuman mereka, tangan Riko menggerayangi tubuh sintal Moana.

"Akhh, jangan di gigit, berdarah nanti"Ucap Moana dengan kesal.

Riko tertawa, "Habisnya manis"Buai Riko.

Tak lama, ponsel Zein berdering menunjukan panggilan telfon masuk, "Edward"Lirihnya melihat nama kontak yang menelfonnya.

"Siapa?"Tanya Sakista melirik ponsel Zein.

"Bentar ya, gue mau angkat telfon dulu"Ucap Zein meminta izin.

Sakista menganggukan kepalanya, ia mengadahkan tubuhnya dengan kedua tangan.

Menikmati desiran angin pantai, memejamkan mata sambil bersenandung kecil.

Sakista membuka matanya, "Ternyata benar, menghadapi gunung es bukan dengan cara yang kasar dan terburu-buru biarkan ia mencair dengan cara yang lain, jadilah hangat untuk membuatnya mengalir ke arah mu"Gumam Sakista memainkan pasir yang ada di hadapannya.

"Hei, sendirian?"Tanya Moana yang menghampiri Sakista.

Sakista menganggukan kepalanya, "Tadi Zein angkat telfon dulu"Balasnya.

Moana mencolek dagu sahabatnya, "Cie, sekarang gunung esnya udah mulai mencair ya?"Tanya Moana.

Sakista tertawa kecil, "Gue baru sadar Mo, sekuat apapun lo ngejar dia, tapi kalau arus perjalanan kisah dia gak ke kita itu akan sangat percuma-"

Sakista menatap sahabatnya, "Gue percaya, apapun yang Tuhan takdirkan buat gue, gak akan buat orang lain, walaupun dia sedingin gunung es, pasti Tuhan kirim gue sebagai lava yang mampu melelehkan es itu"Ucapnya dengan tenang.

"Lo berhasil, Kis"Tepuk Moana dengan bangga pada Sakista.

Kening Sakista berkerut, "Berhasil apa?"

"Berhasil buat es itu mencair"Jawab Moana.

Mendadak Nikah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang