29. Pasca Operasi

789 37 2
                                    

Cerita ini masih banyak kekurangan terutama Typo yang bertebaran, bantu aku ingatkan ya, bisa dengan cara comment di bawah

Happy Reading!!!


Moana mengendarai mobilnya ke arah
tempat dimana Earth berada disana, entah kenapa, ketika sudah menyentuh tanah pantai adalah titik terberat dalam hidup.

Tidak ada tempat yang bisa dikunjungi selain laut untuk melepaskan penat versi Earth.

Menurutnya jika sakit hati yang sudah tidak tertolong, pelepasannya hanya berdiam diri di sudut bibir pantai atau bahkan menari bersama dengan dentuman musik bar yang berdentum dengan kencang.

"Earth dimana?"Tanya Moana mengedarkan pandangannya di setiap sudut beach club.

Sakista menemukan sosok sahabatnya yang sedang terduduk di meja dekat bar, meminum beberapa gelas alkohol yang membuat Earth mabuk setengah kepayang dibuatnya.

"Itu-"Tunjuk Sakista.

Moana dan Sakista berangsur mendekati sahabatnya, "Earth-"Panggil Moana.

"Hmmmm?"Jawab Earth dengan wajah yang sudah sedikit sayu.

Sakista berdecak, "Lo mabok ya?"Tanya Sakista.

"Enggak-"Ucap Earth masih dapat merespon pertanyaan sahabatnya.

Earth tertawa dan memukul pelan pundak Moana, "Gue sebentar lagi jadi janda"Ucapnya tertawa sumbang.

Moana menghela nafasnya, "Kenapa lo gegabah banget buat ngasih surat cerai itu ke Bumi sih, Earth? Lo gak mau mempertahankan hubungan lo?"Tanyanya.

Earth tersenyum, "Mempertahankan Bumi dengan dia yang sebentar lagi bakalan jadi ayah? Apa gue bisa seegois itu dengan seorang anak yang akan lahir dan bertumbuh tanpa seorang ayah di sisinya?"Tanya Earth dengan nada pasrah.

"Tapi gue ada kabar yang bisa bikin lo gak jadi cerai sama Bumi, Earth-"

Earth menaikan salah satu alisnya, "Hah?"

Sakista dan Moana menganggukan kepalanya, "Kabar apaan?"Tanya Earth bingung.

"Lo bisa nyetir gak sih, nyet?"Tanya Riko pada Zein yang melakukan mobilnya terlalu lamban.

Zein berdecak, "Gue tau ini kabar yang baik, buat hubungan Bumi dan Earth, tapi keselamatan nomor 1 bangsat! Gue gak mau mati muda!"Balas Zein pada Riko.

"Ya, terserah lo deh-"

Riko melirik sahabatnya, "Ze?"

"Hmmm?"

"Gue kaget banget sih, lo tadi tiba-tiba nyium Sakista-"

Zein mengerem mendadak, "Bangsat!"Umpat Riko yang keningnya terbentur dasbor mobil.

"Sampe berita ini ada orang lain yang tau, lo mati ya, Ko!"Ancam Zein kembali menjalankan mobilnya.

"Lagian kenapa sih? Apa yang salah? Lagian umur lo udah cukup kok buat ciuman, bahkan buat-"

Plakkkk

Zein memukul kepala Riko dengan kesal, "Gue bukan lo dan Moana yang bar-bar ya"Sahut Zein memotong ucapan sahabatnya.

Riko tertawa terbahak-bahak, "Gue tau lo masih punya hati dan perasaan buat perempuan, Ze"

Zein berusaha sekuat mungkin untuk tidak mendengar ocehan Riko yang berada disebelahnya walaupun mustahil untuk tidak mendengarkannya.

Mendadak Nikah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang