Waktu perdetiknya, menit, jam. Akan terasa hampa, suram, dan kosong ... itu akan terjadi setelah Reja pergi untuk kuliah. Dengan terpaksa, Nina harus mau melepaskan Reja. Saat itulah Nina mengerti bagaimana rasanya lelah karena penantian yang teramat panjang, menunggu seseorang hatinya saja tidak tahu entah untuk siapa, dan bodohnya Nina akan merasa letih dengan kerinduan. Hari-hari itu akan menemani Nina saat tidak ada Reja. Semua akan terjadi, jika boleh egois, bolehkah Reja tidak usah kuliah di Bali? Selalu bersamanya, di kala suka maupun duka sekalipun Nina akan menemaninya, memegang tangannya, dan memberi semangat untuk pemuda itu bangkit.
Laki-laki banyak ... tapi Nina akui tidak ada yang seperti Reja, sifat, sikapnya, mempunyai daya tarik tersendiri yang mengikat. Di dunia ini tidak ada yang sempurna, hanya Tuhan saja. Namun, jika ada Reja semua terasa sempurna, saling melengkapi. Nina harap, Reja juga merasakan apa yang dia rasakan.
Bisakah Nina menyalahkan jarak? Yang akan memisahkan mereka. Lalu waktu, bisakah berhenti sejenak untuk menikmati waktunya kebersamaan dengan Reja?
"Bentar lagi lo kuliah." Mengingat itu Nina menjadi sedih, padahal waktu dan hari masih tersisa. Namun, hanya sedikit. Hingga Nina tidak puas menikmatinya.
"Iya." Reja dan Nina sedang berjalan di koridor sekolah untuk pulang. Suara rendah riuh beberapa siswa suasananya seperti biasa, kadang ada saling dorong-dorongan atau lari-lari, walaupun mereka sudah SMA ada saja siswa yang masa kecilnya kurang bahagia.
"Inget pesen gue, jangan lupa makan," pesen Nina.
"Iya."
"Jangan bergadang."
"Iya."
"Satu lagi, ini paling penting!" Nina menatap Reja. "Jangan centil ke cewek lain, kalau centil, gue colok mata lo!"
"Anda siapa?" Sadarkah Nina dia bukan siapa-siapa.
Mungkin terdengar sinis, tapi yang namanya Nina dia tidak tahu malu, tidak tahu di mana posisinya hanya sebatas teman, itu saja tidak lebih. "Gue Nina."
Jawabannya terdengar masuk akal. Namun, bukankah pesan tadi sedikit berlebihan? "Iya."
"Jangan iya. Iya aja! Diinget, Ja!"
"Iya."
"Paham, gak?"
"Iya."
"Ih, Reja! Gue tanya lo paham gak?!"
"Iya Nina."
Ada pemikiran jahil terlintas di benaknya. Hanya sekedar membuktikan, apa Reja mulai menyukainya? Lantas bagaimana pendapat Reja saat Nina mengarang ini. "Ja, Nolan suka sama gue."
"Bukan masalah gue." Memang Reja ini selalu tidak bisa ditebak. Apa yang sudah dipikirkan Nina tadi, kini berbalik arah.
"Cie, ngambek." Padahal raut mukanya saja tidak menunjukkan.
"Gue gak ngembek."
Nina mengulum senyum. "Gue tahu, lo lagi ngambek."
Reja melirik Nina. "Oh, lo cerita ke gue biar gue cemburu, gitukan?"
Ih, kok tahu? "Lo cemburu beneran?" Nina menatap Reja kaget.
"Gak."
Reja mempercepat langkahnya, karena langkah Nina yang kecil dia jadi susah menyejajarkan langkahnya.
"Ih, Reja!"
Sedangkan Rejanya yang mendahului Nina, mengulum senyum untuk yang pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (END)
General Fiction#04 tujuanhidup 15 maret 2022 (Masih dalam proses penerbitan, berarti belum dihapus. Ya! Happy reading) ---------------------------------------------------- Nina Ayundha menyukai Reja, kali ini dia akan mengunggkapkannya. Tidak itu saja, bahkan Ni...