Cowok bernama lengkap Reja Putra Ananda, biasa dipanggil Reja sudah membuat Nina jatuh hati. Namun, untung saja tidak benar-benar jatuh hatinya, jika jatuh bahaya, bisa dibuat mati Nina.
Nina menatap Reja jengah, mungkinkah dia dipelet sampai segini cintanya? Aihs, tidak mungkin cowok seganteng Reja, sebaik Reja, searamah Reja, sepenyayang Reja pada adiknya. Nina berani bertaruh, Reja tidak melakukan pelet itu.
Hanya natural dari sosok Reja, bisa membuat Nina terpesona.
Reja memalingkan kepala ke sisi kanan, di mana membuat Nina tidak bisa menatapnya wajahnya lagi.
Nina berdecak, cowok itu membuatnya gemas. "Bisa tunjukkin kek wajah lo? Kenapa, sih?"
Pemuda itu seperti mengidap penyakit tuli, dia masih tidak memalingkan wajahnya ke depan melainkan ke kanan.
Guru yang menjelaskam di depan panjang lebar tentang pelajaran, tidak membuat Nina mendengarkan dan mencoba memahami, dia hanya menatap enggan guru tersebut.
Bisa-bisanya Nina terjebak di penjara penuh dengan Matematika, Biologi, Rumus Fisika, Bahasa Indonesia, apalagi Bahasa Inggris Nina paling bodoh memahami Bahasa Inggris, dan aneh-anehnya dia bisa mendapatkan peringkat tiga di sekolah tahun lalu. Aneh, 'kan?
Nina berdecak sendiri, itu karena dia belajar. Jika menunggu keajaiban baik datang menimpanya, maka itu tidak mungkin. Oleh apa yang dikerjakannya, akan dituai pada akhirnya.
Seperti yang Nina lakukan saat ini, dia tengah mengejar Reja. Bisa saja nantikan cowok itu balik menyukainya? Siapa yang tahu masa depan, selain Tuhan. Dengan Nina berusaha dan mengejar Reja, bisa saja Tuhan mengabulkan keinginannya nanti.
Lamunan Nina buyar, karena bel istirahat berdetang melalui speaker, guru itu menutup pelajarannya dengan pertanyaan "Ada yang ingin ditanyakan tentang pelajaran sebelum Ibu pergi?" dan hasilnya tidak ada. Setelah itu mengucapkan salam, dan beranjak pergi meninggalkan kelas.
Nina yang memperhatikkan kepergian guru sampai menghilang dari penglihatannya. Hanya menghela nafas, sesudah itu dia menoleh ke Reja.
"Reja. Kita ke kantin, yok!"
"Gak," tolaknya.
Nina menatap wajah Reja, yang membuatnya tenang, tentram, damai, dan membuatnya aman. Entah menjadi cewek yang caper dan centil, itu menyenangkan, daripada cewek pendiam.
Caper yang tidak terang-terangan dan caper terang-terangan itu beda.
Misalnya caper tidak terang-terangan itu seperti Nina seolah menyayangi kucing di depan Reja, menyapa mamanya Reja, atau berkata lembut pada Riri walau kadang-kadang Riri rewel itu hanya berlaku di hadapan Arga jika tidak ada Reja Nina akan berteriak pada Riri.
Namun, berbeda dengan caper yang terang-terangan: kemarin dia mengunggkapkan perasaannya bukan pada Reja saja melainkan seisi kelas tahu, Nina terang-terangan minta dibelikan es krim, bahkan Nina pagi tadi menembak Reja.
Itu semua tentu saja bukan kesalahan, melainkan Nina menjadi kecanduan. Seharusnya dia kecanduan, salat, bersedekah, ngaji, berbuat baik, belajar, bukan kecanduan menjadi cewek centil.
Nina berdecak, lamunannya harus buyar. Karena Reja bangkit dari duduknya.
Nina ikut bangkit dari duduknya.
Saat pemuda itu melangkah, Nina ikut melangkah mengekor dari belakang.
Membuat beberapa teman sekelasnya berseru "Cie".
***
Nina Ayundha cewek yang biasa dipanggil Nina. Reja tidak mengerti, kenapa dia harus diteror Nina?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (END)
General Fiction#04 tujuanhidup 15 maret 2022 (Masih dalam proses penerbitan, berarti belum dihapus. Ya! Happy reading) ---------------------------------------------------- Nina Ayundha menyukai Reja, kali ini dia akan mengunggkapkannya. Tidak itu saja, bahkan Ni...