Stay With Me [8]

8 3 0
                                    

Nina memang cewek caper, tapi masih dibatas kendali. Dia tidak terlalu cantik, namun tidak terlalu jelek juga, Reja saja yang tidak menyukainya. Menyukai Reja tanpa alasan, hal yang mustahil itu hanya alibi Nina mengatakan itu pada Reja, dari Nina berawal diam-diam melirik cowok itu saat di kelas satu SMA, dan saat mereka pindah rumah beberapa kali Nina melihat Reja terlihat akrab bersama Riri, belum lagi pas bulan Ramadan Nina kadang-kadang ikut salat Tarawih di Mesjid yang agak sedikit jauh dari jarak rumahnya dan melihat Reja juga salat membuat Nina kagum ingin sekali mengenal lebih jauh pemuda itu.

Nina bukan gadis yang soleh dan solehah, salat lima waktu itu memang kewajiban untuk seluruh umat Muslim, tapi entah Nina hanya mampu mengerjakan salat Magrib dan Isya. Mama sering mengingatkan Nina untuk salat, tapi mama juga langka salat. Bukannya Nina menyangkal mama, hanya saja Nina merindukan sosok mamanya yang dulunya berdiam di rumah dan selalu ada untuknya bahkan sering kali mereka berdua salat berjamaah. Dan soal salat kadang-kadang satu hari bisa saja Nina tidak salat.

Bukan berarti Nina menyepelekan salat kewajiban agamanya, tapi waktu yang menyibukkannya dan Nina tidak bisa membagi waktu. Salat Dzuhur Nina pulang sekolah, lalu Asyar Nina kadang bisa tertidur, Maghrib ini salat yang Nina kerjakan, Isya kalau tidak ketiduran InsyaAllah Nina salat, dan Subuh jika tidak bangun pagi maka Nina tidak salat.

Nina menghela nafas, kenapa otaknya ambyar kepikiran untuk memikirkan salat, mungkin Nina akan membagi waktunya mulai sekarang untuk salat.

Berkali-kali Nina memutar lagu yang sama, kalau tidak salah hitung 10 kali, atau kurang dari 10, mungkin saja lebih dari 10. Itu hanya perkiraan Nina saja, lagu itu terdengar melalui earphone yang di sumbat di telinganya.

Setelah pulang sekolah Nina mengangganti baju, Nina hanya berbaring di kasur empuknya. Mood-nya ambyar, sejak berada di sekolah tadi, hanya diam dan sesekali melirik-lirik Reja. Ini semua gara-gara Jena, cewek sok kalem bermerek abal-abal itu sebenarnya lebih caper darinya, tapi dibalik topeng sok baiknya Jena mengelabui beberapa orang agar beranggapan bahwa dia orang baik, dasar fake!

Nina berdecak frustasi, kenapa otaknya berpikiran negatif dan memikirkan Jena! Namun, kalau bertukar pikir pada Kiara. Kiara setuju, Jena memang fake! Kata Kiara.

Nina mulai menghayati lagu yang didengarnya judulnya, "Menemukanmu" penyanyi aslinya, "Seventeen" yang didengarkannya sekarang dinyanyikan, "Regita Echa" suara cewek agak lebih enak daripada cowok, apalagi nada musiknya itu gitar. Nina menyukainya.

Lagu ini mengambarkan perasaannya seperti menemukan Reja. Langkah Nina berjalan tanpa arah tujuan, hidup Nina bagaikan keringnya dunia, tidak ada cinta. Itulah sebelumnya, dan Nina menemukan sosok Reja. Namun, hingga kini dia masih belum bersama Reja, doakan saja semoga laki-laki itu bersamanya di lain waktu.

Reja itu melekat dipikirannya hingga kini sampai di rumah tidak ada Reja saja Nina selalu memikirkannya. Aneh, 'kan? Tapi itu nyata.

Entah nyata atau apa. Tapi serius ... ini nyata! Nina menyukai Reja. Dan mencintainya, wajar sajakan Reja itu melekat dipikirannya setiap saat. Setiap detik, setiap waktu, setiap hari, setiap berlangsungnya itu Nina memikirkan Reja saja. Namun, kapan Rejanya memikirkan Nina?

Tangan Nina menghahar untuk mencari guling yang terletak, kalau tidak salah didekatnya, dapat! Nina memeluk erat guling itu sambil membayangkan itu adalah Reja. Nina memutuskan tidur siang, mungkin hari ini buruk, karena Nina kelelahan.

***

Pagi ini surya bersinar cerah, tapi tidak secerah hati Nina. Dia tidak nafsu makan malam tadi, tetapi karena lapar Nina masih sempat sarapan tadi pagi. Hari ini agak tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah, apalagi melihat wajah Jena yang sudah duduk di bangkunya, menambah suasana buruk di hati Nina.

Nina berjalan, Kiara dan Ryan sedang berbincang-bincang. Nina hanya bisa berdecak dalam hati, dia jomblo bisa apa? Kiara bertanya Ryan menjawab atau berbincang-bicang hal lainnya lah suara mereka berdua yang samar-samar terdengar di telinga Nina. Andai saja Nina bisa berbincang-bicang dengan Reja, namun kenyataannya hanya Nina yang berkata sendiri Rejanya tidak atau beberapa kali menyahut itupun langka.

Nina duduk di bangkunya sambil menatap pintu, berharap Pangeran pujaan hatinya segera datang, Pangeran itu tak lain adalah Reja. Kalau Reja mau, Nina bersedia menjadi Cinderellanya ... eh, tapi bukankah Putri Salju lebih menarik? Aih, terserah yang penting Putrilah.

Sepuluh detik kemudian Nina mendengkus, Reja tidak datang-datang juga membuatnya jenggah. Jika Reja tidak datang, hari ini Nina akan mendapatkan sial, hari ini Nina tidak bersemangat, hari ini bagi Nina membosankan, hari ini Nina akan bolos di tengah pelajaran jika tidak ada Reja, dan hari ini ....

Reja memasuki kelas, membuat Nina terpaku. Bagaimana tidak? Cowok itu meneteng tas di punggung kanan, memasuki tangannya sebelah kiri ke saku, dan paling mencolok kali ini rambutnya! Pemuda itu tampak cool dengan gaya rambut barunya. Rambut Reja yang panjang sekarang dipotong. Nina bahkan tidak bisa mengerjab dari tadi melihat Reja.

Sampai laki-laki itu duduk di bangkunya, Nina masih saja memperhatikan Reja.

"Ganteng banget sumpah!"

"Ini-ni namanya kembaran Nabi Yusuf." Nina menggeleng takjub.

Bukan itu saja Nina bahkan beberapa kali berdecak kagum. Matanya kalau pagi menatap ke arah Reja. Nina yakin kebaikkan akan menimpanya, keajaiban-keajaiban Tuhan akan muncul, mukjizat Tuhan, hari yang indah, menyenangkan, dan penuh warna. "Reja lo kok ganteng banget?"

Semburat merah nampak terlihat di telinga pemuda itu, tetapi Reja sangat pandai menyembunyikan salah tingkahnya, bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Tidak menanggapi Nina, hanya menatap lurus ke papan tulis.

"Reja ... kenapa lo potong rambut lo? Kan gue jadi nambah suka."

Aih ... ada apa dengan cuaca? Cuacanya terik? Sampai-sampai telinganya memanas? Reja menahan nafas, dia terlalu gugup dengan penampilan barunya. Apa Nina sedang mengejeknya, karena rambutnya seperti ini?

Nina menatap Reja sampai tidak berkedip. Pemuda itu menambah kesan tampan. Berwibawa dewasa. Apalagi telinganya memerah tadi, Nina yakin Reja lagi salah tingkah. Uuuww ... lucunya! Nina terkekeh sendiri saat melihat itu.

Reja merasa Nina sedang menertawakan penampilannya. Dia menoleh ke samping. Cewek itu tersenyum ke arahnya. "Lo lagi ngejek gue, ya?"

Memiringkan kepalanya dan menyipitkan mata. Nina menggeleng. "Enggak! Gue malahan suka. Lo malahan tambah ganteng Reja."

Masa, sih? Dengan penampilan barunya? Apa yang terjadi pada Nina? Tidak ingin ambil pusing Reja kembali ke posisinya semula.

"Reja kapan lo suka sama gue?"

***

Stay With Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang