Stay With Me [26]

7 2 0
                                    

Yang selalu dibayangkan, saat Nina beranjak tidur, saat Nina membaringkan kepalanya di bantal. Tujuan hidup? Apa tujuan hidup Nina? Nina sendiripun tak tahu. Reja! Reja! Reja! Tidak ada yang lainkah? Misalkan jadi dokter, tujuan hidupnya selama ini ingin menjadi penyelamat manusia, contohnya: Reja. Hal yang lain-lain pun tak apa, selain Reja.

Nina sendiri heran, apa yang harus dilakukannya. Bagaimana Nina bisa menunjukkan kebolehannya pada beberapa orang, padahal dia saja tidak punya kelebihan. Bagaimana orang mau peduli dengannya, sedangkan kenal saja tidak. Akankah seseorang akan memperhatikannya? Mungkinkah orang itu akan mau berbaik hati menjadi temannya?

Kenapa semesta begitu tidak adil padanya? Akankah Nina menemukan sebuah jalan dan jawaban dari doanya. Doa Nina tidak buruk, dia minta pada Tuhan tujuan hidupnya? Tidak ada yang salah bukan?

Hari yang padat, terus menyibukkan orang-orang. Mengalihkan perhatian Nina dengan mengisi jadwalnya yang kosong, tapi sangat sulit menemukan tujuan hidupnya. Memang tidak bisa seperti dulu lagi, masa-masa sekolah; mandi pagi, sarapan pagi, beraktivitas pagi, menjalani awalan hidup di pagi hari itu menyegarkan. Seandainya waktu bisa di ulang kembali, berputar kembali, dan datang kesempatan untuk kedua kali Nina pasti akan menikmatinya. Namun, tidak bisa ini dunia nyata, bukan dunia fiksi.

Sungguh ini waktunya untuk menyadari. Dan ini akan berlanjut, entah sampai kapan Nina juga bosan.

Saat tidak sengaja bertemu dengan teman-teman lamanya, mereka saling menyapa. Seperti, "Apa kabar?" Lalu berlanjut tentang, "Berkerja apa sekarang?" Atau menceritakan masa-masa yang lucu pada dulunya pastinya membuat mereka tertawa, hanya sebentar saja. Seperti itulah basa-basi Nina dan kawan-kawannya. Tak jarang membuat Nina iri, ada yang sudah menikah, menjadi dokter, menjadi polwan, berkerja kantoran, dan lain-lainnya.

Hidup tanpa tujuan, sungguh sulit dipercaya ... meski begitu Nina tetap akan menjalaninya. Ada air mata tersembunyi dibalik hujan. Nina akan menunggu, sampai dia menemukan tujuan hidup yang sesungguhnya. Sehingga masa depannya tidak suram, sehingga Nina bisa tersenyum cerah, sehingga Nina bisa menjadi bahagia ... lantas kapan Nina memulainya.

Jujur Nina merindukan masa-masa SMA, saat Nina mengingatkan itu dia semakin merindukan masa SMA. Sekarang Nina sedang memperhatikan foto figura di tangannya foto mereka saat SMA, dia beranjak tadi ke kamarnya untuk mengambil foto itu, dan kembali duduk di balkon menikmati hujan. Tapi tetap Nina merindukan mereka. Waktu begitu kejam Nina jadi benci keadaan mereka, sekarang mereka sangat susah untuk bertemu satu sama lain.

Nina ingin menggenggam tangan teman-temannya, dan pergi kebagian bumi yang di mana mereka tidak mempunyai kesibukkan lagi. Untuk mengakhiri rasa kesepiannya sediri, dengan cara egois. Karena Nina tidak tahan, berapa lama dia akan sendirian?

Hujan berjatuhan, mengalunkan suara yang khas tercipta secara alami. Masih berlanjut.

Nina merindukkan mereka. Apa mereka merindukan Nina?

Apa mereka berubah? Atau Nina yang terlalu egois? Nina benci saat-saat yang berlalu, mungkin mereka memang sudah berubah, karena itulah memang kenyataannya. Nina membenci mereka semua, meski mereka telah pergi, terutama pada Reja. Tak ada hari di mana Nina melupakan mereka, jujur Nina merindukan mereka, tapi mulai sekarang Nina akan melupakan mereka seperti mereka melupakan Nina.

Nina niatkan, "Akan melupakan mereka", tapi sebenarnya Nina masih belum bisa membiarkan mereka pergi.

Nina bergumam di sela-sela tangisnya, "You know it all you're my best friend." Yang pastinya Nina merindukan Kiara yang dulu, Reja banyak punya waktu dulu, dan suasana riuh kelas dulu.

Nina mengerti dan memahami, akan selalu ada sesuatu yang dirindukan. Namun, tak bisa terulang kembali.

Rindu yang ajaib muncul yang pastinya tidak akan bisa diulang, karena mengenang masa lalu bukan berarti harus mengulang, begitu sih seharusnya. Aih ... tapi kenapa Nina tidak setuju, tidak memperdulikan kenyataan.

***

Mama, Riri, dan Mbak Lila sudah pulang membawakan Nina oleh-oleh atau bercerita tentang indahnya pantai Bali.

"Rasanya kaya adem gitu, terus bunyi-bunyi ombak. Aku pengen berenang, tapi gak bisa berenang." Dengan lincahnya Riri bercerita di sofa, mereka berada di ruang tengah.

Nina hanya sesekali tertawa, dibalik tawanya itu dadanya berdenyut nyeri. Apa di usia ini dia tidak akan disayangi seperti Riri dulu? Diperhatikan seperti dulu ... Nina juga pengen. Bisakah mengulang masa kecilnya. Jika ditanya apa keinginannya? Maka Nina hanya ingin kembali kemasa kecil, di mana Nina tidak merasakan betapa sulitnya kehidupan di saat dewasa.

Badannya sebenarnya tidak letih, batinnya saja terlalu letih untuk berpikir jernih. Hingga tujuan hidup saja tidak ada, selain ingin menikah dengan Reja. Eh, Nina jadi ingat, kalau dipikir-pikir laki-laki itu tidak ada kabar lagi setelah siang ini. Walaupun biasanya sering tidak ada kabar setiap saat Nina biasa, tapi sekarang status mereka pacaran, jelas beda dong.

Nina bangkit dari sofa, lalu beranjak ke kamarnya. Untuk meraih gawai, saat sudah menemukannya di atas nakas. Nina berbaringan di kasur empuknya.

Jempol Nina bergulir di layar ponselnya, melihat dalam kolom chat nya dengan Reja, chat pagi tadi saja masih centang satu, bagaimana berharap dibalas. Jempol Nina bergeser-geser, dalam kegabutannya Nina usil menelepon Kiara menggunakan telepon biasa di ponselnya.

Saat sedang menelepon, berdering! Berarti ponsel Kiara sedang aktif.

Beberapa saat kemudian, panggilannya terhubung. Terdengar suara Kiara yang serak khas bangun tidur menyapa, "Halo?" Sepertinya Kiara menghabiskan akhir pekannya dengan tiduran, wajar sajakan besok kembali bekerja lagi.

Sambil senyum-senyum di sini, Nina berkata, "Kiara gue pacaran sama Reja."

"Oh, selamat." Namun, beberapa detik kemudian terdengar suara asli Kiara, memekik. "HAH?! LO SERIUS, NA! LO UDAH KETEMU REJA!"

Nina menyesal tindakannya meletakkan ponsel di telinganya, mendengungkan, akibat Kiara memekik di sembrang sana.

Nina menjelaskan secara perlahan pada Kiara dari awal hingga akhir.

"Percintaan lo gitu amat terbelit-belit, tapi akhir yang bahagia."

Tawa Nina berderai di sini, Nina tebak Kiara di sana mengerutkan kening. Karena tidak ada yang lucu dalam pembicaraannya, tapi yang lucu tadi Kiara mendengarkannya seperti serius di sembrang sana, lalu suara serius sekali menanggapinya. Jadi lucu kedengarannya.

"Ada yang lucu ya di situ?" tanya Kiara di sembrang sana.

"Lo kena gue bohongin, Reja-nya aja kagak ada." Nina mencoba menambah dosa dengan berbohong.

"Sudah gue duga. Reja kembali? Gak mungkinlah." Lalu telepon terputus secara sepihak, oleh Kiara.

Ish ... padahal baru aja dibohongin sekali, eh, Kiara-nya langsung memutuskan telepon secara sepihak.

Belum semenit Kiara kembali menelepon, saat itu barulah Nina menjelaskan yang sebenarnya. Bahwa penjelasannya tadi tidak setingan, perkataannya yang bilang itu hanya bohongan itu yang bohong.

***


                                       

Stay With Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang