Dari Bagas🌸
Hari ini Gita absen kuliah. Mungkin dia demam atau kena malaria, gue nggak tau. Bukan pertama kali dia absen tanpa keterangan gini. Waktu itu juga pernah, sampe akhirnya dia ngaku lagi "nagih utang sama orang". Orang: Lucas. Ada-ada aja emang. Gue waktu denger ceritanya, salut banget sama usaha tuh anak buat nyariin Lucas. Niat banget sampe gue ketawain.
Kapan ya gue di kejar-kejar cewek? Haha. Perasaan gue mulu yang ngejar. Kalo kata Dyra, guenya kabur duluan kalo dideketin. Padahal bukan itu, emang timing-nya lagi nggak pas aja, kan? Kebetulan aja gue lagi suka sama yang lain waktu itu. Gue kan nggak mau ngasih harapan.
Gue jadi kangen mereka deh. Kangen Gita. Kangen Dyra, padahal Dyra nggak absen, lagi duduk di depan gue fokus sama materi. Tapi kenapa ya, gue merasa lagi jauh sama dia? Gerak-gerik Dyra lama-lama bikin gue kepikiran. Gelagatnya kayak dibatesin, ngomongnya disingkat-singkat, kayak bukan dia. Dia udah nggak pernah berangkat bareng gue lagi. Pernah sesekali gue sengaja samperin ke rumahnya, tapi dia selalu udah berangkat duluan. Atau dia nyuruh mba-nya buat ngomong gitu, gue nggak tau. Gue pikir dia cuma lagi pengen sendiri aja, lagi nggak pengen diganggu. Tapi enggak, dia cuma nggak pengen diganggu sama gue, bukan orang lain.
Kelas selesai, Dyra langsung keluar bersamaan dengan anak-anak yang lain. Gue langsung nyusulin langkahnya, siapa tau kali ini beruntung.
"Lo marah sama gue ya, Dyr?" Akhirnya gue angkat bicara setelah beberapa kali percobaan manggil-manggil namanya buat nyadarin keberadaan gue.
"Enggak kok, kenapa marah?" Boong banget, jelas-jelas marah ini mah. Marah ala cewek.
"Lo cuekin gue mulu, tau."
"Cuekin apanya, ini kan lagi ngomong." Hmm...
"Gas," panggil Dyra. Kita berhenti di bawah pohon mahoni area pejalan kaki. Entah kenapa gue jadi deg-degan, takut sama apa yang bakal dia bilang. "Pilih meja apa kursi?"
Gue tau maksudnya. Ini cara kita kalo udah nggak bisa mutusin sesuatu. Masing-masing pilihan mewakili opsi keputusan yang akan diambilnya. Apa pun yang gue pilih, dia akan mutusin buat ngelakuin itu. Misal meja itu berarti ngerjain essai, kursi itu berarti rebahan, kaya gitu.
"Kursi?" jawab gue gampang. Dia mengangguk santai. "Emang kenapa?"
"Ada yang confess." Jawaban itu nggak pernah ada di dugaan gue. Kenapa dia ngundi buat keputusan yang sepenting ini? Gue bahkan masih kaget untuk nanya apa arti meja dan kursi. "Kalo meja berarti tolak."
Kalo kursi, terima?
Jujur, gue udah seneng dia mau terbuka sama gue lagi, tapi denger ini kok rasanya gue rada nggak setuju. Walaupun bukan hak gue juga ngelarang dia. Gue nggak tau, yang gue nggak suka, caranya atau keputusannya. Gue belum pernah kepikiran gimana dia kalo pacaran. Selama ini dia sulit percaya sama cowok. Sama kayak gue yang menilai cara orang "sukses" dari kakak-kakak gue, dia juga nilai laki-laki dari orang terdekatnya. Dia selalu takut kejebak di hubungan yang manipulatif, dibohongin, dijadikan objek. Dari luar dia mungkin sangat welcome sama orang, tapi di dalam dia diam-diam selektif dan lowkey judgemental untuk bikin alarm kapan dia harus hati-hati.
Kejadian terakhir sama Riki kemaren udah kayak tepi jurang bagi dia di saat dia baru aja mulai untuk menerima orang baru. Itu kenapa gue marah besar waktu itu. Dan gue nggak lepas dari bagian yang harus disalahkan. Tanpa gue sadari gue selalu ngasih pengawasan ketat untuk cowok-cowok baru yang datang ke dia. Makanya waktu tau kalo gue yang ngenalin, dia langsung lampu hijau. Mungkin dia juga ngerasa dibatesin sama gue terus. Siapa gue, kakaknya juga bukan.
Gue akan sangat bahagia kalo dia bisa cepat move on dan membuka hati yang baru. Tapi kenapa harus segamblang ini? Gue nggak yakin dia serius apa enggak. Jangan sampe dia jadiin ini alasan untuk bisa main-main sama perasaan orang lain. Dyra nggak kaya gitu, gue nggak mau dia jadi orang kaya gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeda Vu
ChickLitPertemuan pertama setelah 12 tahun, di stasiun kereta lepas petang, Gita mendapati orang itu kembali dengan raga yang jauh tumbuh dari yang dia lihat terakhir kali. Tinggi badan yang dulu ada di bawahnya kini harus membuatnya mendongak sedikit untuk...