6. "Mas Mau Jadi Suami Aku?"

2.2K 239 28
                                    

(Nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Nih... aku kasih update hari ini. Jangan lupa vote, komen, dan share, ya ❤)

***

Fares menggosok rambutnya dengan handuk kecil lalu berjalan ke nakas dekat tempat tidur. Dia baru saja selesai mandi dan sekarang sudah agak rapi dengan memakai celana panjang dan kaus hitam. Perasaannya yah, masih tidak terlalu baik saat melihat Mela memasuki mobil pria lain dengan senyum paling cerah yang dimiliki perempuan itu. Namun, pria pengecut semacam Fares, bisa apa? Dia tidak punya hak cemburu, marah, atau melarang Mela. Saat sampai di depan nakas dan hendak meraih ponselnya yang tersimpan di sana, pria itu melihat ada panggilan masuk. Fares mengernyit saat membaca nama Mela sebagai si pemanggil. Merasa ada yang tidak beres, segera, pria itu mengangkat telepon tersebut.

"Hallo, Mel?" tanyanya tanpa menunggu suara dari ujung sana terdengar.

Terdengar isakan pelan lalu suara serak Mela terdengar, "Mas Fares di mana? Bisa jemput aku?"

Salah satu alis Fares berdenyut dan pria itu seketika waspada. Fares melirik jam dinding. Pukul 12.00. "Kamu di mana, Mel? Kenapa? Baik-baik aja, kan?"

"Aku di kafe Kesempatan Kedua." Mela terdengar menyeka ingusnya. "Mas bisa jemput aku di minimarket dekat kafe?"

"Oke. Aku kesana. Tapi kamu baik-baik aja, kan? Kenapa nangis?"

Isakan Mela terdengar semakin jelas. "Mas kesini, ya. Hati-hati di jalannya. Mela tunggu."

Kemudian, sambungan terputus, sebelum pertanyaan Fares terjawab. Pria itu segera berjalan keluar kamar setelah sebelumnya mengambil kunci mobil di atas meja kerja. Langkah kakinya cepat dan tegas saat menuruni tangga. Dan, ketika melewati ruang tengah, suara Ibunya terdengar di antara suara TV yang nyaring. "Mau ke mana Res?"

Fares menatap ibunya yang sedang menatapnya ingin tahu dari sofa di hadapan TV.

"Mau jemput Mela." Setelah mengatakannya, tanpa menunggu balasan sang ibu, Fares berjalan menuju mobil yang terparkir di garasi. Pria itu masuk dan mengendarai kendaraan tersebut di jalan kota Bandung yang cukup ramai. Dadanya berdegup kencang. Mela memutus sambungan sehingga pria itu tidak tahu bagaimana kondisi Mela setiap saat. Kedua tangannya mengepal murka dan rahangnya mengetat. Sialan. Siapa pun yang membuat Mela menangis, Fares akan memberinya pelajar. Dengan amarah dan rasa cemas yang menguasai dada, akhirnya tanpa perlu waktu yang lumayan lama -syukurlah jalanan tidak terlalu macet, Fares sudah sampai di minimarket yang Mela maksud. Pria itu segera memarkirkan mobilnya lalu berjalan keluar. Kedua mata tajamnya menjelajah halaman minimarket, lantas sosok Mela terlihat berjalan keluar dari minimarket sambil menjinjing sebungkus tisu. Fares menghela napas lega melihat tubuh Mela utuh dan baik-baik saja.

Pria itu segera mendekat. Mela berhenti melangkah saat menyadari kehadirannya lalu menatap pria itu dengan intens. Saat Fares sampai di hadapannya dan hendak bersuara, Mela cemberut lalu tanpa diduga Fares, perempuan itu memeluknya dengan erat.

Marrying The Second Lead [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang