Bantu tandai typo yak 😬 Happy reading...
***
Mela tidak pernah berpikir kalau akan ada masa di mana Fares menghindarinya, marah padanya, dan membuatnya kesal seperti ini. Selama ini, Fares nyaris terlalu baik padanya. Dan Mela sudah terbiasa dengan Fares yang seperti itu. Maka, saat Fares bersikap seperti sekarang, Mela kelimpungan.
Kalau tebakan Akas benar tentang Fares yang cemburu, Mela mendesah berat, lalu tersenyum kecil. Jadi, begini kalau Fares cemburu, pikir perempuan itu tidak pernah mengiranya. Agak lucu, tapi kesel dan bikin sakit kepala. Kalau begini terus, Mela tidak mau membuat Fares sering cemburu.
Mela melajukan mobilnya menuju kantor sang suami. Dia akan bicara dengan Fares dan menjelaskan kalau dia sudah tidak ada apa-apa dengan Ervin. Dengan begitu, Fares tidak perlu cemburu dan semuanya bisa kembali seperti semula. Ah, simpel, pikirnya.
Namun, begitu memasuki gedung perusahaan Fares dan menemui Andrian, sekretaris andalan Fares, di ruangannya, pria itu mengatakan, "Mohon maaf. Pak Faresnya sedang tidak bisa diganggu."
Mela mengerjap. "Kenapa?" Perempuan itu melirik jam dinding. Ini waktu istirahat. Harusnya Fares tidak sedang sibuk apa-apa. "Dia lagi rapat?"
Andrian menggeleng. "Beliau berpesan untuk tidak diganggu siapa pun karena sedang ada urusan."
"Urusan apa?"
"Saya tidak bisa kasih tahu, Bu." Andrian menjawab dengan sungkan.
"Tapi Fares ada di kantor, kan?"
Andrian mengangguk.
"Kalau gitu bisa tolong bilang ke dia kalau saya ada di sini?" Meski urusan Fares sepenting apa pun, pria itu tidak mungkin menolak kedatangannya. Jika tidak bisa berbicara saat ini juga, setidaknya Fares bisa memberi kepastian kapan mereka bisa bicara dan Mela siap menunggu.
Namun, Andrian tampak bingung. Pria itu berpikir sebentar lalu mengangguk. "Baik. Mohon ditunggu."
Andrian meninggalkan Mela sendirian di ruangan pria itu. Menunggu tidak terlalu lama, Andrian kembali dengan senyum serba salah.
"Gimana?" tanya Mela.
"Mohon maaf. Pak Fares benar-benar tidak bisa diganggu, Bu. Katanya, kalau Ibu ada perlu, bisa bicara di rumah nanti."
Di rumah saat aku udah tidur? pikir Mela sinis.
Mela menggeleng tegas dan menyilangkan kaki dengan gerakan penuh dominasi. "Kalau gitu saya tetap nunggu di sini. Tolong kasih tau suami saya."
Andrian memucat. "Um, Bu. Pak Fares...ruangan ini...saya..." Andrian terbata-bata.
Mela paham situasi kalau Andrian tidak akan nyaman bekerja jika Mela ada di sana. Lalu, perempuan itu berdiri sambil mendesah muram. "Saya akan nunggu di ruang tunggu."
"Tapi kemungkinan besar urusan Pak Fares akan lama, Bu. Mungkin sampai sore."
Mela tersenyum sinis. Tiba-tiba saja begitu sulit untuk menemui suami sendiri. Sepertinya Fares keras kepala tidak mau bicara dengannya. Namun, Mela ingin keras kepala untuk berbicara dengan pria itu. Maka, perempuan itu menggenapkan niat. "Nggak apa-apa. Saya tunggu," tegas Mela dan berjalan menuju ruang tunggu. Perempuan itu meninggalkan Andrian yang memucat di tempat.
Untungnya, ruang tunggu di kantor ini di desain dengan cantik. Ruangan itu tidak terlalu sempit dengan desain minimalis dan jendela besar di setiap sisi. Mela bisa melihat hilir mudik para pegawai dari salah satu jendela. Ada sofa nyaman dan televisi yang terhubung dengan internet. Mela duduk di sofa lalu memainkan ponsel dan menelepon Fares. Tidak diangkat. Perempuan itu mendesah muram. Apa sebenarnya Fares memang sedang sibuk saja, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying The Second Lead [END]
ChickLitMela menyukai Ervin sejak lama, tetapi pria itu akan menikah dengan wanita lain. Fares menyukai Mela sejak lama, tetapi wanita itu menyukai pria lain. Bagaimana jadinya jika Mela dan Fares menikah, dengan kondisi hati si wanita milik pria lain? Bisa...