Btw, aku mau tau, dung. Kalian nemu cerita ini dari mana?
***
"Eh, ojek panggilan udah pulang."
Yura menggoda Fares yang baru saja duduk di depannya setelah pulang dari membelikan Mela cilok goreng. Sorot mata Yura yang diarahkan pada Fares dipenuhi ejekan. Ini bukan kali pertama kakaknya itu menjadi ojek pribadi Mela. Kadang, Yura kasihan kalau mengingat usaha kakaknya itu tidak kunjung membuahkan hasil.
Ibunya yang duduk di samping Yura terkekeh dan balas menggoda putranya. "Asal sebut aja, kamu. Kakakmu ini bukan ojek panggilan, Ra. Dia ini lagi usaha, lho. Kamu ya, jangan ejek usaha Mas kamu."
"Iya, iya. Yura cuma kasihan aja usahanya nggak membuahkan hasil," kata adiknya ditutup gerlingan jail.
"Kata siapa?" Fares itu menyahut sambil menatap ibu dan adiknya serius.
"Kata aku, barusan," jawab Yura sambil lalu.
Fares menghela napas. "Siapa bilang usaha Mas nggak membuahkan hasil?"
Merasa ada yang janggal, Yura menatap kakaknya dengan satu alis terangkat. "Maksudnya?"
Fares memandang ibunya lalu memandang Yura. Dia mengangkat bahu, pura-pura bersikap tidak serius. "Mela mau kok, jadi istri aku."
Semua orang menganga. "Serius?" tanya Yura dengan pandangan skeptis.
Fares mengangguk dengan bangga. Bukannya memekik kaget, Yura malah terkakah-kakah. "Mas jangan bercanda, deh! Halunya jangan ketinggian. Kok bisa Mbak Mela mau nikah sama Mas padahal pacaran aja enggak?"
Saat ucapan Yura berhenti dan kakaknya hanya menatapnya serius, Yura membulatkan mata. "Mas...serius?"
Fares mengangguk lalu menatap ibunya. "Kalau datang ke rumah Mela lusa nanti buat lamaran secara resmi, bisa, Bu?"
Dua perempuan di hadapannya mengerjap.
"Ini serius, ya?" tanya ibunya, ikut kebingungan.
"Serius, Mah. Bisa?"
"Oh." Ibunya mengangguk. "Bisa."
Fares mengangguk dan tersenyum tipis. "Bagus."
"Ah! Mas kenapa dadakan banget! Aku nggak tahu harus pake baju mana buat lusa!" pekik adiknya histeris. Padahal Fares tahu setiap bulan adiknya itu rajin sekali kedatangan paket baju, entah untuk bahan endorse atau beli secara pribadi. "Terus kita belum siapin seserahan, Mah!"
"Cincin!" pekik Yura. "Mas udah kasih Mbak Mela cincin belum? Jangan sampai lamaran Mas dadakan terus lupa kasih cincin?"
Fares mengerjap. Belum. Sial, dia melupakan hal penting seperti itu.
"Udah belum, Mas?" tanya Yura.
Menolak malu, Fares mengangguk. "Udah." Dia akan mencari secepatnya.
"Mah, cari baju sekaran, yuk? Seserahan juga."
Ibunya yang dari tadi masih terkejut sekarang mengerjap. "Betul juga. Ayo, kita belanja sekarang aja."
"Mas mau ikut?" tanya yura. "Harus ikut, deh. Yura nggak tahu barang apa yang harus dibawa buat seserahan."
Fares menggeleng. Acara belanja itu akan lama. Apalagi, ada sesi membeli baju. Kegiatan itu bisa dilakukans ampai 2 jam lebih dan berakhir dengan dua perempuan di hadapannya ini bingung harus membeli baju yang mana. "Nggak, deh. Nanti telepon aja kalau udah mau belanja seserahannya. Nanti Mas nyusul ke sana."
"Oke." Yura berdiri. "Aku harus ganti baju dulu. Bentar ya, Mah." Lalu, dia berlari menuju kamarnya.
"Mamah juga harus siap-siap." Ibunya berdiri lalu melirik Fares. "Ih! Kenapa pake dadakan banget!"
Fares menyeringai jahil. "Bukannya Ibu sering ejek Fares karena lambat pedekatenya?"
Ibunya mengibaskan tangan. "Ya nggak ngebut gini juga. Ibu mau siap-siap dulu buat belanja. Panggil asisten kamu juga buat bantu Mamah."
"Jason?" Fares menyebut asisten pribadinya
"Iya."
"Nggak perlu deh, Mah. Nanti nyebar infonya."
"Ya bagus, dong. Biar pegawai kamu tahu kalau kamu itu bukan jomblo."
Fares menghela napas. "Iya. Nanti aku hubungi Jason."
Kemudian, sang ibu berjalan menuju kamarnya untuk bersiap-siap. Fares menghela napas, menatap dua wanita kesayangannya yang suka rempng kalau ada acara-acara khusus. Setelah dua sosok itu menghilang di kamar masing-masing, Fares berjalan memasuki kamarnya dan menghubungi asisten pribadinya, Jason.
"Jason saya butuh cincin untuk tunangan. Bis hubungi Andrian untuk bawa koleksi cincin dari tokonya ke kantor? Saya ke kantor sebentar lagi." Andrian ini adalah temannya yang memiliki beberapa toko perhiasan.
"Baik, Pak."
"Habis itu, kamu segera hubungi ibu saya, ya. Bantu ibu dan Yura belanja."
"Belanja?"
"Nanti mereka jelasin."
"Baik, Pak."
Fares memasuki kamar lalu merebahkan tubuh di kasur.
Hah.
Hari yang melelahkan.
***
Oiya. Ada 5 voucher untuk baca bab spesial valentine di Karyakarsa, nih. Bisa langsung dipakai, siapa cepat dia dapat.
Kode voucher: MTSLOiya. Novel Sweet Second Chance sudah tayang di aplikasi Cabaca, ya. Happy reading. Habis revisi novel itu, gas rajin nulis novel ini :D
Salam,
Oepha Im
04/03/2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying The Second Lead [END]
ChickLitMela menyukai Ervin sejak lama, tetapi pria itu akan menikah dengan wanita lain. Fares menyukai Mela sejak lama, tetapi wanita itu menyukai pria lain. Bagaimana jadinya jika Mela dan Fares menikah, dengan kondisi hati si wanita milik pria lain? Bisa...