Teman-teman, selamat menjalankan ibadah puasa, ya. Semoga kita diperlancar dalam beribadah 😘
***
Mela merasa aneh pada diri sendiri. Dia bisa saja menolak ajakan Ervin untuk bicara, tetapi perempuan itu malah ada di sini sekarang. Di ruangan belakang kafe yang sering dipakai sebagai ruangan pegawai, Mela berhadapan dengan Ervin. Suasana ruangan itu berbanding terbalik dengan suasana beberapa menit yang lalu. Tidak ada tawa senang seperti saat bersama Fares, yang ada hanya tawa kecil penuh kegetiran yang berasal dari kedua belah pihak.
Mungkin, Mela belum benar-benar siap melepas Ervin? Mungkin niatnya tadi pagi tidak begitu kuat sampai dia mau saja berbicara lagi dengan Ervin? Namun...Mela butuh pertemuan ini. Perempuan itu butuh percakapan dengan Ervin. Sebuah percakapan tegas yang meneguhkan niatnya tadi pagi; untuk mencintai Fares.
Setelah siap, Mela mengangkat pandangan. Wajah pria yang disukainya itu tampak kusut luar biasa. Apa wajah Mela sekusut itu juga saat ini? Saat Ervin balas memandangnya, Mengalihkan pandangan. Perempuan itu nyatanya belum sanggup melihat wajah Ervin yang seperti saat ini. Setelah berdeham pelan, perempuan itu bertanya, "Mau bicara apa?"
Ervin tersenyum tipis. "Jadi, suami kamu....teman kakak kamu itu, ya. Orang yang selalu ada buat kamu di kondisi apa pun."
Mela mengerjap. "Kamu ingat dia?"
Senyum tipis Ervin berubah miris. "Kamu sering cerita. Gimana mungkin aku nggak ingat? Yang aku nggak ingat adalah dia ternyata bisa nikung aku."
Mela mendesah berat. "Kamu ke sini cuma mau bahas ini?"
Ervin mengangguk. "Seberapa keras aku berpikir, aku merasa ini semua nggak adil buat aku dan kamu. Aku nggak tahu kenapa kamu nikah dadakan sama dia...apa kamu terpaksa?"
Mela menggeleng.
Ervin mendesih sedih. "Aku kira kamu cinta sama aku, Mel."
Melihat Mela tidak mengiyakan atau menyanggah, Ervin lanjut berkata, "Dugaan aku selama kita bareng nggak salah kan, Mel? Kamu kamu juga cinta sama aku?"
Mela menelan saliva lalu memalingkan muka. Ervin makin menekan. "Kamu bahagia bareng Fares?"
Mela memantapkan diri dan kembali memandang Ervin. "Bahagia."
"Kamu cinta sama dia?"
"Aku akan cinta."
"Kamu cinta sama aku?"
Mela menggeleng.
"Aku...cinta sama kamu, Mel."
Mela makin tidak dapat mengontrol dirinya. Pernyataan cinta Ervin secara langsung, yang ditunggu-tunggunya dari lama kini terwujud. Namun Mela tidak dalam posisi dapat menerima cinta itu. Mela nyesek sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying The Second Lead [END]
Literatura FemininaMela menyukai Ervin sejak lama, tetapi pria itu akan menikah dengan wanita lain. Fares menyukai Mela sejak lama, tetapi wanita itu menyukai pria lain. Bagaimana jadinya jika Mela dan Fares menikah, dengan kondisi hati si wanita milik pria lain? Bisa...