Kali ini, rumahnya tidak dapat menghilangkan bara murka di dada Mela, begitu pun kamarnya yang nyaman. Perempuan itu bergulung di dalam selimut, di atas tempat tidur, dan wajahnya beraut masam. Saat memasuki rumah, Ibunya bertanya kenapa raut Mela terlihat bete. Mela hanya merespons dengan mengangkat kedua bahu dan buru-buru memasuki kamar, tidak lupa menguncinya, lalu bersembunyi di tempatnya kini berada.
Posisi ini cukup ampuh untuk menenangkan perasaan yang bergumul di dadanya. Kalau sebelum bertemu Fares tadi Mela bad mood karena kabar pernikahan Ervin, kini perempuan itu jauh lebih bad mood karena kabar pernikahan Ervin dan penolakan Fares atas ajakan pernikahannya.
Di dalam mobil Fares, saat mengatakan dia ingin menikahi pria itu, Mela tahu dirinya super gila dan kehilangan kewarasan. Pria yang dulu selalu ditolaknya kini malah dikejarnya. Namun, pengejaran ini patut diperhitungkan.
Begini. Jika Mela menikahi Fares, maka:
1. Mela akan ada teman untuk menghadiri pernikahan Ervin. Pria itu terlihat bersikeras dia harus datang, kan?
2. Jika Ervin melihatnya sudah punya suami lebih dulu, pria itu pasti akan merasakan hal yang sama sepertinya sekarang; patah hati, kalaupun tidak, perempuan itu setidaknya membuat Ervin gagal senang atas kesedihannya.
Mela menghela napas. Fares menolak rencananya, dan pria itu biasanya suka keras kepala dengan apa keputusannya. Mela harus berpikir keras agar dapat membuat Fares mengatakan iya.
Untuk meluapkan emosi yang mengumbar di dada, Mela meraih minuman pemberian Fares yang datang beberapa menit yang lalu. Salah satu tangan Mela memegang ponsel yang layarnya memperlihatkan grup percakapan bersama Sekar dan Rima.
Setelah kembali menyimpan minuman itu ke nakas di dekat kasur, Mela mengetik pesan dengan cepat ke grup percakapan itu tetapi buru-buru menghapusnya. Perempuan itu menekan tombol panggil, tidak mempertimbangkan apakah Sekar dan Rumi bisa mengangkat teleponnya atau tidak. Cukup lama dia menunggu, sampai panggilan pertama terhubung pada Rima.
"Halo, Mel? Kenapa nelepon?" tanya perempuan itu dengan suara yang terdengar kecil di antara keramaian deru mesin kendaraan dan klakson. Sepertinya, Rima sedang di jalan.
Sebelum sempat menjawab, sambungan telepon juga terhubung pada Sekar, dan perempuan itu menyapa, "Mel? Ada apa?" Suaranya di sekelilingnya tampak berbanding terbalik dengan suara di sekeliling Rima.
"Gue patah hati." Mela bersuara, terdengar serak dan berat.
Kedua temannya membisu, jelas mereka terkejut dan kebingungan. Kebisuan itu dipecahkan oleh Sekar yang bersuara, "Patah hati gimana?"
"Ervin..." Mela merasa tenggorokannya tercekat. Menceritakan hal mengenaskan yang terjadi padanya membangkitkan rasa sakit di dada. Matanya memanas dan perempuan itu mencoba untuk tidak menangis lagi. "Dia mau nikah sama perempuan lain."
"What?!" pekikan Sekar terdengar.
"Serius, lo?" sahut Rima.
"Iya," kata Mela nyaris merengek. "Gue.." Mela kehilangan kata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying The Second Lead [END]
Romanzi rosa / ChickLitMela menyukai Ervin sejak lama, tetapi pria itu akan menikah dengan wanita lain. Fares menyukai Mela sejak lama, tetapi wanita itu menyukai pria lain. Bagaimana jadinya jika Mela dan Fares menikah, dengan kondisi hati si wanita milik pria lain? Bisa...