5. Patah Hati Sebelum Mencoba

1.5K 227 38
                                    

(Plis ini mereka berdua gemoy banget! Siapa yang nunggu bab baru? Happy reading! Bantu tandai typo dan jangan lupa vote dan komen ❤)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Plis ini mereka berdua gemoy banget! Siapa yang nunggu bab baru? Happy reading! Bantu tandai typo dan jangan lupa vote dan komen ❤)


***

Apa sih yang enggak buat Ervin?

Jadi, begitu pria itu mengirim pesan untuk bertemu, Mela senang bukan kepalang. Seketika, hormon oksitosinnya meningkat dan membuat perempuan yang sedang kasmaran itu antusias. Mela tidak dapat menahan senyum yang terbit di wajahnya. Responsnya bertemu Ervin kali ini meningkat dari biasa hanya karena di dalam pesan, Ervin bilang; Mau ngomong sesuatu. Hal itu membuat Mela berharap, apa Ervin akan mengatakan kalimat yang ditunggu-tunggunya selama ini?

Sebelum menyapa Ervin di mobilnya, Mela berusaha mengendalikan diri agar rasa sukanya tidak terlalu jelas. Namun, hal itu tidak berhasil. Karena saat pandangannya bertemu dengan pandangan Ervin, Mela tersenyum lebar seperti orang bodoh. Syukurlah, Ervin sepertinya tidak menyadari hal itu. Pria itu tetap berbicara dengannya seperti biasa. Mereka bercakap-cakap dengan lancar di dalam mobil tentang kenapa Ervin mau menemuinya dan kemana saja pria itu selama tiga hari ini. Ternyata, pria itu baru saja melakukan pengiriman kerajinan tangan keramik ke daerah Jawa Timur, ke salah satu toko kerajinan tangan yang cukup besar di sana. Mendengar itu, Mela memekik senang. Topik yang Ervin biasanya ceritakan, kini menjadi kenyataan.

Ervin membawanya ke kafe Kesempatan Kedua. Kafe tersebut terletak tidak jauh dari toko Melapodium. Sehingga, baik Mela ataupun Ervin sudah terbiasa datang ke tempat ini. Terkadang, mereka mengobrol masalah bisnis di sini, terkadang, mereka kencan ꟷsebenarnya hanya makan dan nongkrong bareng saja, tetapi Mela menganggap itu kencanꟷ di sini.

Saat masing-masing sudah duduk berhadapan dengan posisi nyaman, Mela menatap Ervin ingin tahu dan bersuara, "Tumben ajak ketemuan tiba-tiba. Kenapa?"

Ervin tersenyum tipis, lalu menggeleng. Pria itu tampak menolak menjawab hal itu. Malah, dia bertanya, "Aku penasaran aja, pameran kemarin, seru?"

Mela mendesah tanpa kentara mengetahui Ervin hanya akan membahas hal itu, alih-alih kalimat sakral yang Mela tunggu-tunggu. Namun, perempuan itu tetap mengulas senyum manis, mengangguk, lalu mengiyakan. "Seru banget. Aku juga ketemu temen-temen satu komunitas yang biasanya cuma komunikasi secara online."

"Oiya?"

"Heem." Mela angguk-angguk. "Produk mereka bagus-bagus. Aku sampai insecure."

Ervin terkekeh. "Kamu yang ambis ini? Insecure? Nggak percaya."

Kali ini Mela yang terkekeh. Ervin benar. Mela selalu punya tekad besar jika menginginkan sesuatu. Dan, rasa insecure tidak akan bisa menghalangi usahanya. "Penjualan di pameran itu juga bagus," bisiknya dengan kekehan senang. "Tahun depan kayaknya aku mau ikut lagi."

Marrying The Second Lead [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang