Tidak seperti Ervin yang dengan percaya diri -atau bisa dikatakan tidak tahu malu- memberikan undangan pernikahannya pada Mela secara langsung padahal mereka sedang ada ditahap pendekatan, Mela tidak bisa melakukan hal yang serupa meski ingin. Perempuan itu tidak bisa menatap Ervin dan bilang, "Ervin aku mau nikah sama pria lain. Kamu datang, ya."
Sejujurnya, Mela akan senang jika bisa melihat ekspresi Ervin setelah mengatakan hal tersebut, tetapi dia tidak bisa melakukan itu. Keputusan menemui Ervin sebelum pernikahan adalah hal yang rawan. Mela takut, hatinya yang sudah ditata ini akan berantakan. Dia takut akan berubah pikiran tentang pernikahan ini, sedang Ervin sudah tidak bisa dimilikinya lagi. Dia takut...akan semakin gamang dan perasaannya lebih condong pada pria itu.
Pemikiran aneh, memang. Bertolak belakang dengan rencana awalnya yang ingin membalas perbuatan Ervin. Karena kepengecutannya itu, dia menyuruh Anggun untuk datang ke studio yang biasa dipakai Ervin untuk membuat kerajinan keramik untuk memberikan undangan pernikahannya.
Sembari menunggu kedatangan Anggun dengan cemas dan sesekali mengecek ponsel —mungkin Ervin kembali menghubunginya setelah mendengar kabar pernikahannya—, Mela membantu beberapa pegawai toko yang sedang membungkus cinderamata untuk para undangan yang datang ke pernikahannya nanti. Mela menyiapkan cinderamatanya sendiri dari produk Melapodium craft. Setiap orang yang datang akan mendapatkan dompet kecil yang terbuat dari tali kur, sabun handmade, dan teh. Semua benda itu dibungkus dalam kotak kecil yang bagian depannya bertuliskan: Mela & Fares.
"Kok berhenti?" tanya Mela saat dia akan membungkus kotak berikutnya.
Yuli menunjuk Yaya yang sedang berjalan ke belakang toko. "Kita kehabisan teh-nya, Bu. Lagi diambil Bu Yaya di belakang."
"Oh." Mela angguk-angguk lalu mendesah muram. Niatnya membantu agar pikirannya tidak melayang pada Ervin, kandas sudah. Mela tidak bisa melakukan apa pun yang bisa membuat pikirannya tidak terpusat pada Ervin.
Oke.
Perempuan itu harus memikirkan sesuatu yang lain agar isi kepalanya tidak dipenuhi Ervin. Mela mencoba mengendalikan pikirannya dengan mendata persiapan pernikahan di dalam kepalanya.
1. Undangan pernikahannya sudah dikirim pada semua orang.
2. Acara pernikahannya tiga hari lagi.
3. Semua persiapan pernikahannya sudah siap. Gedung, catering, pakaian, dekor, sudah oke.
4. Nanti siang Mela harus perawatan pengantin perempuan ke salon.
5. Apalagi?
Argh!
Mela tetap saja gugup dan memikirkan bagaimana respons Ervin. Dia memandang pintu masuk toko. Anggun kenapa lama sekali sih, pikir perempuan itu dengan was-was. Tidak lama, Mela melihat sosok yang ditunggunya. Perempuan itu cepat-cepat berjalan ke arah pintu saat melihat Anggun baru turun dari ojek online di depan toko.
"Gimana?" tanya Mela ingin tahu, tepat saat Anggun masuk ke lobi toko.
Anggun menggeleng penuh rasa menyesal. "Waktu saya ke sana, katanya Pak Ervin lagi nggak ada ditempat, Teh. Jadi, saya titipkan ke pegawainya. Maaf nggak bisa langsung kasih ke Pak Ervin."
Mela mendesah muram. Dia tidak bisa tahu reaksi Ervin. Padahal Mela berpesan agar Anggun memperhatikan reaksi Ervin lalu melaporkan padanya.
"Ervinnya ke mana, Nggun?"
"Saya kurang tahu."
Mela mengangguk lemah. "Oke. Makasih ya, Nggun. Maaf ngerepotin kamu."
"Iya, Teh. Enggak apa-apa," kata Anggun dam bergabung dengan pegawai yang lain untuk menyelesaikan cinderamata pernikahan.
Yaya sudah datang membawa stok teh terbaru, tetapi Mela tidak meneruskan membantu dan memilih duduk menyendiri disalah satu bangku toko, lalu mengeluarkan ponselnya. Kalau Ervin tidak ada di tempat, kemungkinan kecil pria itu akan mendapat undangannya. Kalau Ervin tidak mendapat undangan, pria itu tidak akan tahu kalau Mela akan menikah lebih dulu dari pada pria itu. Mela mendesah muram. Pasti Ervin sesibuk dirinya untuk mempersiapkan pernikahan. Mela memutuskan mengirim undangan versi fileke kontak pria itu. Perempuan itu membuka kolom percakapan pesan mereka, lalu mengirim file undangan sambil menulis pesan:
Mela: Datang ya, Vin.
Mela menatap tombol kirim lamat-lamat. Dan dengan satu tarikan napas panjang, dia menekan tombol tersebut. Saat pesan terkirim, dadanya sesak luar bisa. Namun, info pesan tersebut centang satu.
Kontak Ervin tidak aktif.
***
Udah beres nih, persiapan pernikahannya. Sah???
Eits! Akad nikah dulu! Yang mau datang ke pernikahan Mela dan Fares, silakan datang ke bab berikutnya ❤ Kalian diundang, kok *lirikundangandiatas
Bab 18 bakal update hari ini! Stay tune...
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying The Second Lead [END]
ChickLitMela menyukai Ervin sejak lama, tetapi pria itu akan menikah dengan wanita lain. Fares menyukai Mela sejak lama, tetapi wanita itu menyukai pria lain. Bagaimana jadinya jika Mela dan Fares menikah, dengan kondisi hati si wanita milik pria lain? Bisa...