24. Bimbang

920 101 14
                                    

Ketika tangisnya reda, Mela hanya memandang langit-langit kamar dengan hampa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika tangisnya reda, Mela hanya memandang langit-langit kamar dengan hampa. Perasaannya terasa sesak, tetapi perempuan itu tidak tahu bagaimana cara membuatnya membaik. Dia mengira menangis akan membuatnya lega. Akan tetapi, banyak hal dalam pikirannya malah makin kabur.

Setelah berkedip beberapa kali dengan lesu, Mela akhirnya meraih ponsel dari dalam tas yang tersimpan tidak jauh dari kasur. Perempuan itu tidak berharap melihat sesuatu. Namun, dia melihat beberapa pemberitahuan pesan masuk. Grup percakapan dengan Sekar dan Rima ramai sekali. Namun, tidak ada pesan dari Ervin. Baik dari nomor lama atau dari nomor barunya.

Mela menepis harapa tersebut kemudian membuka kolom grup percakapan dengan Sekar dan Rima. Dia asal membaca bagian atas pesan yang membahas sebuah film yang baru tayang di bioskop, kemudian membaca pesan terakhir. Sepuluh menit lalu.

Sekar: Gimana, Mel? Balas dendam lo berhasil? Wkwkw. Ervin nganga gak, lihat lo bawa suami ganteng?

Rima: Pasti berhasil gak, sih? Gimana reaksi Ervin?

Sekar: Gie yakin sih, dia kaget lah pasti. Cewek yang dia tinggalin eh malah nikah duluan.

Rima: Kesel gue kalo inget soal itu.

Sekar: *gif kesal

Mela tersenyun miris membaca pesan sahabatnya. Balas dendam? Cewek yang ditinggalin? Reaksi Ervin?

Justru Mela yang luar biasa kaget.

Perempuan itu mengetik balasan dengan perasaan yang kembali labil karena terpancing.

Mela: Gue yang malah dibikin kaget. Jangan nelepon dulu. Gue mau tidur.

Kemudian, Mela mematikan ponselnya dan kembali menatap tembok kamarnya yang monoton. Perempuan itu mendesah muram. Sekali, dua kali. Hingga terdengar bunyi perut dan rasa perih di area sana.

Lapar.

Mela melirik jam di dinding. Pukul 3 sore. Dia belum masak karena tadi pagi tidak sempat. Fares juga pasti lapar. Perempuan itu kemudian memaksakan diri berdiri lalu berjalan dengan lunglai keluar dari kamar. Begitu tiba di luar kamar, suasana rumah terasa sepi. Tidak ada suara tivi atau aktivitas apa pun. Mela berjalan menuju ruang tengah, mencari keberadaan Fares. Namun, pria itu tidak ada di sana.

"Mas?" panggil Mela lemah.

Tidak begitu lama dia mencari, terdengar pintu depan dibuka lalu ditutup. Sosok Fares tiba-tiba muncul dari ruang tamu dengan dua keresek di kedua tangan. Begitu melihat kehadiran Mela di luar kamar, Fares terbeliak. "Mel?" Pria itu bergegas mendekati Mela. "Udah enakan? Perutnya masih sakit? Ko nggak istirahat di kamar?

Mela menggeleng. "Mas dari mana?"

"Beli nasi sama lauk buat makan malam. Sama aku beli martabak cokelat. Biasanya martabak suka bikin mood kamu baikan."

Marrying The Second Lead [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang