Janji abis baca bab ini kasih vote dan komen? Mwehehehe.
Begitu membuka mata, Mela merasa matanya sembab dan wajahnya membengkak. Perempuan itu melirik jam dinding, pukul enam pagi. Mela terlambat bangun. Entah karena lelah setelah menangis semalam atau karena kepalanya terlalu penuh dengan berbagai pemikiran. Entahlah. Mela sendiri tidak memahami dirinya saat ini.
Tidak ada Fares di sampingnya. Kasur bagian pria itu tampak masih serapi kemarin. Tidak ada kusut tanda ditiduri seseorang. Mela memutuskan untuk membersihkan diri dan beribadah terlebih dahulu, lalu mencari keberadaan Fares untuk...untuk apa?
Ada satu sisi dalam dirinya yang ingin semua ini segera selesai meski perempuan itu tidak yakin selesai seperti apa yang diinginkannya. Namun ada sisi lain di mana dia ingin menghindari Fares karena tidak ingin melihat wajah pria itu. Semalam, Mela menangis, menangisi kebodohannya, amarah yang ditahan Fares ketika mengetahui kebohongannya, dan menangisi hubungan mereka yang harus serumit ini. Kemudian perempuan itu terlelap begitu saja, bahkan sebelum perutnya terisi makanan.
Setelah selesai dengan kegiatan rutin di pagi hari, Mela memutuskan keluar dari kamar. Dia mengintip melalui pintu, mencari-cari bayangan keberadaan Fares. Kemudian, saat merasa bagian dapur sepi, Mela berjalan ke arah sana dan memakan roti kemasan beserta susu dari dalam kulkas. Namun, tidak ada suara apa pun dari dalam rumah, seolah hanya ada dirinya di tempat itu.
Apa Fares tidak ada di rumah?
Mela berjalan menelusuri seisi rumah kemudian menyadari kalau rumahnya kosong. Fares tidak ada di mana pun. Apa bahkan..?Fares tidak pulang dari semalam? Dugaan itu membuat dadanya berdenyut.
Mela segera mengecek ponselnya, berharap ada pesan petunjuk dari Fares, tetapi tidak ada. Hanya ada pesan dari Akas yang berisi:
Akas: Gimana? Kalian udah baikan kan, pasti?
Mela mendesah, malas membalas pesan yang diakhiri dengan emoticon meledek itu. Dia terduduk di sofa dengan pandangan menerawang jauh, terhempas oleh praduga kalau Fares tidak pulang semalaman. Ketika emosinya makin mulai terpancing, Mela terpikir sesuatu. Ini hari Selasa, Akas tidak akan ada di apartemennya. Mela butuh pergi ke suatu tempat untuk menyendiri sekaligus bersembunyi, sedangkan tempat ini dipenuhi oleh jejak dan ingatan tentang Fares.
Lagipula, kalau Fares bisa menghilang tanpa kabar, kenapa Mela tidak bisa?
Mela berjalan pergi meninggalkan rumah, pergi ke apartemen Akas, dan tiba di sana ketika matahari mulai beranjak ke atas kepala. Perempuan itu membuka sandi pintu dan berjalan dengan lunglai menuju kamar ruang tamu dan meringkuk di atas kasur.
Mela mengecek ponselnya lagi. Notifikasi pesan masuk hanya ramai oleh pesan di grup sahabat-sahabatnya yang membahas tentang baju keluaran terbaru yang menarik perhatian mereka. Mela ingin curhat dengan mereka ah, tapi dia sedang malas bercerita. Saat akan menutup ponsel, ada pesan masuk. Mela segera mengeceknya. Ternyata...dari Ervin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying The Second Lead [END]
ChickLitMela menyukai Ervin sejak lama, tetapi pria itu akan menikah dengan wanita lain. Fares menyukai Mela sejak lama, tetapi wanita itu menyukai pria lain. Bagaimana jadinya jika Mela dan Fares menikah, dengan kondisi hati si wanita milik pria lain? Bisa...