Begitu membuka mata, Mela menyadari kalau dia berada dalam pelukan Fares. Salah satu lengan pria itu melingkar di pinggangnya sedang kepala Mela bersandar pada dada pria itu. Mela menengadah. Wajah tentram Fares yang sedang terlelap memenuhi indra penglihatannya. Pelukan Fares semalam membuat Mela berdebar kemudian berangsur-angsur nyaman. Sedangkan pelukan sekarang membuat darahnya berdesir.
Aneh. Jantungnya berdebar risau, tetapi Mela justru merasa aman dan nyaman di dekat suaminya ini. Bersama Ervin, dada Mela pun berdebar. Namun, debarannya berbeda. Rasanya jauh lebih nyaman ini. Perasaannya saat ini hanya ada ketika bersama Fares.
Perasaan saat bersama Fares dan perasaan saat bersama Ervin, Mela jadi ragu perasaan mana yang sebenarnya adalah cinta?
Meski tidak tahu banyak soal cinta, tapi harusnya tidak susah kan, untuk mencintai Fares? pikir perempuan itu.
Mela tersenyum tipis lalu mengangkat tangan dan menyentuh pipi Fares. Bersamaan dengan momen tidak terduga itu, bayangan betapa baiknya sikap Fares dan perkataan teman-temannya mengisi kepala Mela. Perempuan itu lantas mengangguk pelan saat mendapatkan satu keputusan di dadanya.
Mulai hari ini, dia akan mencoba mencintai Fares dengan usaha yang sangat keras. Namun...momen apa yang bisa mempercepat hal itu? Mela memikirkan hal itu diam-diam sambil mencoba melepaskan pelukan Fares. Kemudian, pandangan perempuan itu tertuju pada jajaran kado pernikahan yang disimpannya di lemari dekat meja rias. Mela ingat hadiah yang diberikan Akas. Paket liburan di Lombok. Mela tersenyum senang. Dia menemukan ide.
Gerakan Fares membuat Mela berhenti melepas pelukan mereka. Pria itu mengerjapkan mata lalu memandang Mela dengan tulus dan tersenyum manis.
"Pagi," sapanya segera merentangkan tubuh.
"Morning," sapa Mela.
Fares terlihat melirik jam dinding lalu memandang Mela lagi. "Tumben udah bangun duluan."
"Soalnya, aku kepikiran sesuatu."
"Apa?"
"Kita bisa...pake paket liburan ke Lombok dari Mas Akas besok?"
Fares terbeliak, seketika sadar sepenuhnya. "Ke Lombok... besok?"
Mela mengangguk mantap.
Satu alis Fares terangkat. "Ko dadakan?"
"Pengen aja."
"Memang Akas nanti nggak pusing ngurusin tiket dan hotel kita kalau berangkatnya dadakan besok?"
"Tenang aja. Mas Akas bisa diandelin. Tinggal satu perintah, semuanya beres."
Fares terkekeh gemas. "Kalau ada maunya...suka gerasa gerusu pengen dikabulin seketika."
Mela nyengir kuda. "Yah, sekalian jadi tindakan pencegahan ditanya kapan bulan madu."
"Iya, iya."
Mela tersenyum lebar sambil menggenapkan hati mengenai niat mulianya pada Fares. Kemudian, perempuan memulai harinya dengan niat yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying The Second Lead [END]
Romanzi rosa / ChickLitMela menyukai Ervin sejak lama, tetapi pria itu akan menikah dengan wanita lain. Fares menyukai Mela sejak lama, tetapi wanita itu menyukai pria lain. Bagaimana jadinya jika Mela dan Fares menikah, dengan kondisi hati si wanita milik pria lain? Bisa...