Setelah Fares berpamitan pulang, Mela melarikan diri ke kamarnya, bersembunyi dari pertanyaan dan percakapan mengenai topik pernikahannya yang mendadak dan bagaimana detail acara lamaran lusa nanti. Perempuan itu kira, patah hatinya sudah membaik setelah Fares mengatakan iya. Hal itu berarti, rencana balas dendam pada Ervin akan berjalan lancar. Mela memang merasa puas dan lega karena Fares menyetujui ultimatumnya. Namun, setelah berhasil menyusup ke kamar, mood perempuan itu kembali memburuk. Pikirannya dihantam kenangan manis bersama Ervin, kenyataan pahit tentang pria itu, dan ketidakmampuannya menjalani hubungan percintaan layaknya perempuan normal di dunia. Dia sudah berkenalan dengan banyak pria, yang tampaknya baik, tetapi hubungan dengan pria jenis apa pun tidak pernah berhasil. Saat hubungan-hubungan itu kandas, Mela selalu meyakinkan diri sendiri kalau pada waktu yang tepat, jodohnya akan datang. Namun sekarang, dia bosan meyakinkan diri sendiri dengan fantasi semacam itu. Mela bosan berusaha atau meyakinkan diri sendiri. Mengingat itu, mood Mela semakin buruk.
Mela duduk di kasur dengan pandangan terarah ke luar jendela kamar. Perempuan itu merasa kalut. Pagi tadi, di dalam kepalanya, masih Ervin yang dia bayangkan akan melamarnya dan menikah dengannya. Ervin yang akan menjadi suaminya. Ervin yang akan menjadi ayah dari anak-anaknya.
Namun sekarang...Ervin sudah basi.
Mela tidak bisa membayangkan masa depan dengan pria itu lagi. Bayangan dirinya dan pria itu berubah gelap. Ervin akan menjadi suami perempuan lain dan pria itu tidak akan menjadi ayah dari anak-anaknya.
Mela merebahkan diri di kasur lalu menghela napas berat. Matanya sudah memanas tetapi menolak mengeluarkan air mata karena Mela sudah lelah. Lelah pada dirinya sendiri, pada Ervin, pada takdir yang mempermainkan mereka, dan pada sikap jahatnya yang selalu memanfaatkan Fares.
Ah, apa melamar Fares itu keputusan yang tepat? Bagaimana kalau keputusan ini salah? Bagaimana kalau dia menyesalinya suatu hari nanti? Bagaimana kalau pada akhirnya, kehidupan pernikahan mereka tidak akan bahagia?
Mela menatap langit-langit kamarnya. Perempuan itu kini punya dua pilihan yang harus segera diyakini oleh dirinya sendiri saat terbangun esok pagi.
Pertama, dia menikah dengan Fares dan mencoba hidup bahagia karena pria itu mencintainya.
Kedua, dia mencoba move on dari Ervin (yang pasti lebih sulit jika tidak memiliki pelampiasan) dan mencari pria lain yang mungkin menjadi jodohnya.
Setelah ditimang sekilas, pilihan pertama adalah pilian yang terbaik. Karena kalau Mela memilih pilihan kedua, impiannya untuk memiliki keluarga kecil yang bahagia akan semakin jauh. Mela memejamkan mata. Dia harus segera tidur supaya batas akhir menyakinkan diri sendiri segera datang. Kalau ditunda terus, Mela akan terus memikirkan hal ini. Bangun tidur nanti, Mela harus yakin kalau keputusannya kemarin mengajak Fares menikah sudah tepat.
Fares...
Ah, dia sudah memanfaatkan pria itu lagi, seperti biasa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying The Second Lead [END]
ChickLitMela menyukai Ervin sejak lama, tetapi pria itu akan menikah dengan wanita lain. Fares menyukai Mela sejak lama, tetapi wanita itu menyukai pria lain. Bagaimana jadinya jika Mela dan Fares menikah, dengan kondisi hati si wanita milik pria lain? Bisa...