Chapter 2

1.8K 37 0
                                    


Aku kembali pulang dari kerja lemburku dengan membawa setumpuk pekerjaan. Kali ini aku harus menyelesaikan pekerjaanku dirumah dengan bergadang semalaman. Sebelum pulang aku mampir dulu ke mini market, membeli beberapa snack dan berkaleng-kaleng kopi hitam. Aku benar-benar kesal harus bekerja juga dirumah. Tetapi apa boleh buat. Terpaksa aku harus melewatkan waktu untuk mengintip Kondou-san.

Saat membayar di kasir aku menunggu barang belanjaanku ditotal. Seorang pria bertubuh tinggi yang baru saja masuk kemini market menghentikan aktivitas pegawai kasir yang sedang mentotal belanjaanku.

"Onee-san, tolong rokok merek 'xxxx', ya. Dan juga itu..." dia tiba-tiba saja menyerobot.

"Hei, tolong antri!" peringatku dengan wajah cemberut. Ketika menatap laki-laki yang menyerobot itu bibir manyunku kutarik kembali.

Ternyata Kondou-san! Wajahku langsung memerah. Dia berada dekat di sebelahku, melirikku sambil melepas kacamata hitamnya.

"Eeehh.." dia tampak pangling melihatku kemudian tersenyum, "ternyata Nee-san yang tinggal disebelah rumah, ya?"

Dia mendadak menyapaku lagi dengan nada sok akrab. Aku jadi canggung tak bisa menyahut apapun kecuali nyengir dengan aneh. Ternyata dia tahu selama ini aku tinggal disebelahnya. Sedangkan aku yang bodoh ini hanya tahu tentang dia saat ada lubang ditembok rumahku.

"Tuan, kondom yang merek apa?" petugas kasir wanita itu bertanya padanya.

"Aahh.. yang itu.." dia menunjuknya tanpa basa-basi dan masih memasang senyuman. Pria ini memang agak gila. Tetapi aku baru tahu jika dia tak punya malu saat membeli alat kontrasepsi di mini market.

"Dahulukan dulu wanita ini" ujarnya saat petugas kasir hendak menghitung barang yang dia beli. Dia kembali menatapkau dan melempar senyuman. Astaga, dia begitu manis!

Dari sini aku bisa melihat dengan jelas jika tubuhnya termasuk tinggi. Dia punya bahu yang lebar dan kulit yang cenderung gelap. Mata beriris coklat dan memiliki bulu mata yang lentik juga alis yang tebal. Wajahnya jauh lebih tampan dibandingkan yang kulihat biasanya. Dia sangat mempesona banyak wanita dengan mudah. Bahkan petugas kasir yang sedang berjaga wajahnya juga sampai tersipu malu untuk curi-curi pandang. Laki-laki ini tetap stay cool menerima telepon seseorang dari smartphone-nya.

"Honey! Ya, aku sudah hampir sampai kerumah... ya, nanti aku akan menelponmu lagi saat sudah dirumah..oke, bye bye!" dia menutup teleponnya.

Kadang aku hilang selera ketika melihatnya bersikap manis pada gadis lain. Tapi jika seandainya dia bersikap manis seperti itu terhadapku.. lain lagi ceritanya. Setelah belajaanku selesai dihitung dan sudah kubayar aku segera pergi.

"Hei, tunggu!" dia memanggilku.

Aku menoleh dengan canggung, "ya?"

"Tunggu aku sebentar" ujarnya.

Apa ada sesuatu yang ingin dia bicarakan? Apa masalah tembok berlubang itu? apa dia tahu jika sering sekali aku mengintipnya?!

Tenang Ryu! Berhenti berpikir berlebihan! Hirup oksigen yang banyak dan hebuskan napas panjang! Buang semua kegelisahanmu. Semuanya akan baik-baik saja!

Aku diam sejenak menunggunya hingga dia membayar barang belanjaannya dan kami keluar bersamaan dari mini market, "Mau bareng?" dia menawariku naik kemobilnya. Memang jarak kerumah tak seberapa jauh. Tapi aku tak punya alasan untuk menolaknya.

Rasanya canggung sekali berada didalam mobil bersamanya. Tetapi aku senang sekali. Pertama kalinya aku bisa bertemu dengannya langsung seperti ini.

"Nee-san habis pulang kerja?" dia bertanya padaku.

"Ya" jawabku, apa aku tampak tua sampai dia terus-terusan memanggilku nee-san?

"Baru pertama kali aku menyapa tetangga di dekat rumah. Jadi maaf jika aku tidak tahu namamu, nee-san" ujarnya.

"Mikase Ryu" aku langsung menyebutkan namaku.

Dia tersenyum, "Kondou Asuka" dia memperkenalkan dirinya, "salam kenal, Mikase Ryu-san" dia menoleh padaku sambil nyengir.

"Salam kenal juga, Kondou-san" aku tampak kaku sekali menyebutkan namanya.

"Asuka!" serunya, "Panggil aku Asuka saja" dia langsung meminta dipanggil nama kecilnya.

"A-asuka-san.." aku jadi makin canggung.

"Ryu-san bekerja dimana?" dia pun membuat jantungku nyaris copot dengan menyebut nama kecilku.

"Panggil Mikase saja.." aku meminta begitu.

"Ah, maaf" dia jadi canggung dan malu.

"Aku bekerja di perusahaan D, sebagai art director" jawabku.

"Hmm.. jadi bekerja membuat game, ya?" ujarnya.

"Kau tahu?" heranku.

"Iya, beberapa kenalan ada yang bekerja disana" jelasnya, "Kau sepertinya habis lembur, ya? Pulang tadi naik apa?"

"Aku pulang naik kereta" jawabku.

"Hati-hati, loh! Perempuan yang tinggal sendirian jangan sering pulang malam-malam. daerah ini rawan preman dan laki-laki usil ketika malam hari" peringatnya.

"Kau tahu aku tinggal sendirian?" heranku.

Dia membisu sejenak kemudian berdeham, "Ya, memang ada orang lain yang tinggal denganmu?" tanyanya.

Aku menggeleng. Dia tampaknya tahu tentang diriku. Apa aku ini termasuk orang yang sangat menutup diri, ya? Bahkan sampai tak sadar jika ada tetangga seperti ini. Memang kebanyakan orang yang tinggal digedung apartemen jarang saling berkomunikasi satu sama lain.

Setelah sampai digedung apartemen kami. Kami jalan perlahan tanpa bicara sama sekali. Dia berjalan didepanku.Laki-laki usil biasanya suka berjalan membelakangi wanita agar bisa menengok dibalik rok mininya. Tetapi dia memang berbeda sekali dan sangat jantan. Dia tampak besar dan menutupi sebagian besar jalan yang bercahaya. Tubuhnya benar-benar tinggi dan juga keren.

Sampai didepan apartemen kami, kami mengucapkan selamat malam dan masuk kedalam apartemen kami. Oh, saking girangnya aku melompat-lompat didepan pintu. Dengan begini aku bisa bersemangat mengerjakan semua tugas kantorku yang menumpuk.

VoyeurismWhere stories live. Discover now