Chapter 4

1.2K 33 0
                                    

Di hari minggu aku tak terlalu banyak kegiatan dan kembali berdiam diri dirumah selain menatap televisi. Si ganteng tetangga sebelah sebentar lagi akan di jemput pacarnya. Dia sudah menyiapkan pakaian yang akan dikenakannya nanti. Aku tak sabar menunggu malam nanti. Akan ada tontonan seks yang menggairahkan setiap akhir pekan.

Beberapa menit kemudian suara bel terdengar. Pacarnya mungkin sudah datang. Aku kembali memeluk Momo sambil menonton televisi. Hanya Momo yang setia menemaniku.

Lima menit kemudian suara bel berbunyi kembali dan terus berbunyi. Aku heran kenapa dia tak segera membuka pintu. Saat aku menengok lewat lubang dia tak ada di dalam kamar. Dan akhirnya aku sadar ternyata yang berbunyi adalah bel rumahku. Segera aku membuka pintu. Dan si ganteng Asuka berada didepan rumah dengan mengenakan sweater coklat yang basah, wajahnya merah seperti terbakar dan muncul asap disekitar kepala dan bahunya.

"Maaf, aku tak bermaksud mengganggu. Tetapi berhubung Sakurada-san sedang berpegian bersama keluarganya, jadi.." dia tampak sungkan menjelaskannya.

"Apa yang terjadi?" tanyaku.

"Pipa air panas dikamar mandiku pecah dan air panasnya langsung memancar deras sekali" jelasnya.

Maka dari itu wajahnya tampak terbakar, air panas itu pasti mengenai mukanya, "masuklah" aku mempersilahkannya masuk.

Kasihan sekali, aku mempersilahkan dia duduk. Kucek luka bakar diwajahnya. Tidak seberapa parah, sih. Kulitnya tidak melepuh. Aku segera mengambil es dan meneruhnya di kompres.

"Bagaimana pipanya bisa pecah begitu saja?" tanyaku sambil mengompres wajahnya dengan handuk yang dicelupkan diair es.

"Ada serangga yang kulempari sapu dan tak sengaja mengenai pipanya. Kemudian pipanya pecah. Aku sudah mematikan saluran listriknya dan membuntu pecahannya dengan kain dan pita perekat."

Aku nyaris tidak fokus dengan pembicaraan ini karena dengan sengaja menyentuh wajah Asuka dengan kompres. Kulitnya sangat memerah karena kepanasan dan cukup lembut untuk ukuran kulit pria.

"Kau memang harus hati-hati karena pipanya memang rawan pecah. Aku bahkan sudah mengganti pipa kamar mandiku dengan pipa tahan panas yang anti pecah. Kau butuh tukang ledeng untuk memperbaikinya. Paman Sakurada sendiri tak bisa memperbaiki pipa" jelasku.

"Iya, kau benar" sahutnya menghelah napas berat. Saking dekatnya kita hembusan napasnya terasa dikulitku. Dan sekarang tubuhku sudah terasa panas karena menghirup banyak karbon dioksida darinya.

"Aku punya nomor tukang ledeng. Kau bisa menghubunginya.."

"Boleh aku pinjam ponselmu. Ponselku baterainya sudah habis" ujarnya, "sekalian pinjam carger" tambahnya.

Tukang ceroboh yang satu ini kenapa begitu manis, sih. Aku jadi kewalahan menolak permintaannya. Setelah menghubungi beberapa jasa tukang ledeng yang ada di yellow page dan menghabiskan sebagian besar pulsaku dia mengembalikan ponsel dengan senyuman mempesonanya itu. Aku seharusnya kesal dalam situasi ini tetapi malah ikut nyengir.

"Kebanyakan sulit sekali menghubungi tukang ledeng dihari minggu. Harganya juga naik dari hari biasanya. Bagaimana ini...? uangku sudah habis" dia tampak putus asa.

Dia berlagak malang dihadapanku atau memang sedang kesulitan. Aku juga tak mau meminjamkan uangku begitu saja. Laki-laki tampan biasanya suka berbuat seenaknya, kan!

"Kita cek dulu pipa dirumahmu. Aku punya plester dan lem untuk memperbaiki pipa PVC yang pecah" ujarku.

"Kau bisa memperbaiki pipa?" tanyanya.

"Tidak juga" sahutku, "tapi kalau hanya menambal mungkin aku bisa."

Kami pun mengecek pipa kamar mandi. Listrik dirumahnya mati total dan kamar mandi ini cukup gelap. Dia memegangi senter untukku. Saat aku lihat bagian yang pecah dia menambalnya dengan cara yang sangat payah. Airnya masih mengalir dimana-mana.

VoyeurismWhere stories live. Discover now