Gara-gara kekonyolan Asuka sekarang Ayahku bungkam tanpa kata. Saat kami menyantap makan siang bersama Ayah bahkan memalingkan wajahnya. Pipi Ayah bahkan masih memerah seperti gadis yang sedang baper. Aku tahu Ayah berprilaku seperti itu karena kesulitan menyembunyikan rasa senangnya.
Asuka sendiri justru terlihat begitu tertekan melihat reaksi ayahku. Wajahnya begitu pucat karena ayahku sama sekali tak mengajaknya bicara. Pastinya dia salah paham dengan maksud prilaku ayahku sekarang. Ah, sudah biarkan saja mereka berdua.
"Sepertinya sebentar lagi sudah masuk jam makan siang" ujar ibu memecah keheningan, "Nee-chan, ayo bantu ibu menyiapkan makan siang.." ujar ibu padaku.
"Ano!" Asuka menyela sambil mengangkat tangannya, "Biarkan saya yang membantu!" ujar Asuka.
"Eh? Kondou-san tidak perlu repot-repot" ujar ibu.
"Justru Anda tidak perlu repot-repot, Ibu! Biar saya saja yang menyiapkan makan siangnya!" seru Asuka penuh semangat.
Wajah ibu memerah, "Ahh.. kenapa jantungku selalu berdebar saat Kondou-san memanggilku ibu.. rasanya sudah seperti menantuku saja" ujar ibu.
"Lain kali panggil Asuka saja, Ibu" ujar ibu.
"Aaahh.." Ibu makin berbunga-bunga.
Sifat Asuka yang bersemangat seperti ini memang begitu mempesona. Kurasa ayah dan ibuku juga menyadari pesona tersebut. Saat menunjukan kebolehannya memasak justru dia juga makin mempesona lagi. Dengan percaya diri dia menunjukan keunggulannya. Menu makan siang yang lezat pun tersaji di meja kami.
"Hmm.. hamburger buatan Asuka-san enak sekali" ujar ibu memecah suasana sepi, "Kau sangat pandai memasak rupanya. Setiap hari kau selalu masak untuk putriku, kan?"
"Tidak setiap hari juga. Ryu-chan yang lebih sering memasak.. ughh!" Asuka bungkam saat aku menyikut tulang iganya.
Aku melotot juga kepada ibu. Ibu juga baru sadar dengan ucapannya lalu melirik kearah Ayahku yang masih bergeming. Bisa-bisanya mereka membahas hal ini depan ayah. Bahaya sekali kalau ayah tahu selama ini aku tinggal bersama pria!
"Jadi Asuka sering berkunjung keapartemenku dan memakan masakanku.. begitu.. kadang aku juga mampir kerumahnya dan makan masakannya! Karena dia sering hidup sendiri dia sangat pandai memasak!" jelasku.
"Ohh! Begitu rupanya.. hohohoho.." sahut ibuku.
Ayahku tetap diam mengamati Asuka tanpa ekspresi. Saking takutnya Asuka bahkan sampai diam saja menunduk tak menyentuh makanannya. Ayah mulai mengambil sumpit dan memakan makan siangnya. Tak ada komentar yang dia sampaikan. Suasana jadi makin mencekam karenanya.
"Kalau boleh tahu Asuka-san berasal dari mana?" tanya ibuku, "Apa memang memang lahir dan besar di Tokyo?"
"Dulu dari lahir sampai usia saya enam tahun saya memang tinggal di Tokyo. Setelah itu saya ketika saya SD saya di sekolahkan di sekolah asrama sampai lulus SMA. Kebetulan sekolah saya berada di Saitama."
"Hm? Kenapa tiba-tiba membahas sekolah?" keheranan ibu membuat Asuka jadi panik.
"Jadi sebagian besar masa kecil saya memang lebih banyak di sekolah karena orang tua saya bercerai dan sudah berpencar. Mungkin mereka tak lagi tinggal di Tokyo" jelas Asuka.
"Ooh, benarkah? Maafkan aku, Asuka-san.. sudah mengingatkan hal menyedihkan itu" ujar ibu sangat prihatin.
"Tidak apa-apa, ibu" ujar Asuka, "Lagi pula hal itu juga sudah lama terjadi.."
"Lalu setelah orang tua Asuka-san bercerai memangnya tidak ada satupun dari mereka yang datang untuk menjenguk. Pasti tidak mungkin Asuka-san masih menetap di sekolah Asrama saat libur panjang sekolah.." ujar ibu.
YOU ARE READING
Voyeurism
RomanceDisclaimer!!! Area content 21+ teman-temaan!! Di harap bijak memilih bacaan Mengandung sexual content, feminim dominant dan bdsm ❤️💕 Mikase Ryu adalah seorang wanita kantoran yang masih lajang dan merasa kesepian menjalani hidupnya. Namun dia m...