Chapter 5

1.1K 32 0
                                    

Aku meregangkan tubuhku begitu bangun dari tidur. Ternyata sudah malam, aku mendengar suara dengkuran disebelaku. Dan yang kulihat membuatku terlunjak kaget. Asuka tidur telanjang disisiku. Aku melihat diriku sendiri ternyata aku juga tengah telanjang bulat. Ini sudah kelewatan!

"Aaah, Mikase-san sudah bangun" dia mengucek matanya begitu terbangun.

"Apa yang kau lakukan!" seruku.

"Bukan salahku, loh! Kau yang menginginkannya, kan? Kau terus memanggil namaku dan bilang kalau kau kepanasan" jelasnya.

"Ah, tidaaak.....!" mataku langsung terbuka dan aku bangkit dari tidur dengan napas tersengal-sengal. Apa yang tadi cuma mimpi? Aku melihat pakaianku masih lengkap. Ternyata hanya mimpi. Karena mimpi konyol ini sudah muncul begitu sering aku yakin otakmu sudah terkontaminasi oleh Asuka. Meskipun begitu aku mendengar suara dengkuran dan televisi bersamaan. Asuka tergeletak dilantai tertidur dengan pulasnya. Sedangkan televisi menyala tanpa henti semenjak aku tidur hingga aku terbangun lagi di jam makan malam. Aku mematikan televisi dan membangunkannya.

"Kondou-san!" seruku.

Dia tak mendengarku dan tidur miring. Aku memanggilnya lagi, "bagunlah! Ini sudah sore!" dia masih tak merespon.

Kubiarkan saja dia dan beranjak dari tempat tidur. Kuambil selimut dilemari dan menyelimutinya. Aku segera bergegas memasak makan malam. Setelah beberapa lama kuperhatikan akhirnya dia bangun sendiri sambil mengucek-ngucek matanya.

"Hoaaamm.." dia menguap begitu lebar kemudian menengok kekasurku. Dia menoleh kesana kemari mencari keberadaanku, "Mikase-san, kau sedang memasak?" matanya masih mengerjap.

"Lain kali matikan televisi saat mau tidur. kau tahu kalau yang membayar tagihan listriknya itu aku?" ujarku.

"Ehehehe..." dia hanya meringis saja, "aku diomeli Mikase-san sepanjang hari ini" ujarnya malu.

"Lalu kau mau bilang aku ini cerewet?" sergahku.

"Tidak, Mikase-san kan sudah baik padaku" dia kembali merasa canggung takut memancing kemarahanku. Aku jadi tertawa. Ekspresinya yang sedang panik memang sangat menghibur.

Makan malam kali ini dia begitu sungkan untuk minta tambah nasi. Dia jadi takut aku mengomel padanya. Saat aku menawarkan untuk tambah dia tersenyum begitu cerah. Dia sangat kekanak-kanakan sekali. Wajah polosnya membuatku tak tahan untuk tertawa.

Seusai makan dia meminjam kamar mandi untuk mandi. Saat mandipun dia suka sekali menyanyi dengan nada yang kocak. Aku tak henti-hentinya tertawa mendengar suaranya. Dia orang yang sangat menghibur dan suka sok akrab. Segala tingkah lakunya tak pernah membosankan dan dia juga amat manis.

Seusai mandi, dia keluar kamar mandi dengan bertelanjang dada, "mandi dengan air hangat sangat menyegarkan" ujarnya dengan berdendang. Kemudian dia sadar akan sesuatu dan melirikku yang menatapnya dengan wajah memerah. Aku langsung memalingkan muka.

"Mikase-san, jangan melihat kesini!" peringatnya dengan nada histeris.

"Cepatlah pakai pakaianmu" ujarku.

"Maaf, ya! Aku terbiasa begini karena sering tinggal sendirian dirumah" dia mengurai alasan kembali.

Jika saja dia tahu sebenarnya aku cukup sering melihatnya telanjang, tetapi melihat langsung begini jantungku jadi makin berdebar-debar.

Setelah dia berpakaian, giliranku memakai kamar mandi. Aroma sabun yang dia pakai mengisi seluruh bagian kamar mandi. Tubuhku jadi bergetar.

Tubuhku serasa sangat penat, aku mulai merasakan kenyamanan begitu air hangat menyirami tubuhku. Paru-paruku terasa amat longgar sehingga aku bisa memasukan banyak udara dari hidung. Tanpa sadar aku jadi mengerang. Hingga aku berhenti karena sadar ada laki-laki mendengarkannya.

VoyeurismWhere stories live. Discover now