Chapter 33

163 4 0
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 21.10. Malam sudah semakin larut dan tak ada kejelasan akan nasibku. Di ruangan atasan aku hanya bisa diam saja sambil menghindari tatapan orang. Aku benar-benar malu dan juga mati kutu. Sedangkan dua orang yang tertangkap basah sedang berselingkuh menatapku dengan wajah yang beragam, yang satu tampak panik dan yang satu menatapku tajam.

"Apa kau punya kamera lain yang kau simpan?" tanya Nagata.

"Tidak! Aku sudah bilang berkali-kali! Bahkan aku menyerahkan ponselku kepada kalian, kan? Kenapa masih tidak percaya kepadaku?!" seruku.

"Sudahlah, Ryu-chan.. kau punya dendam apa kepada kami? Tak usah sungkan.. katakan saja apa maumu dan berikan bukti yang kau punya.." ujar Nagata.

"Aduh.. bukti apa lagi, sih?! Aku tidak punya niat untuk itu! Aku hanya kemari untuk laporan jika aku sudah menyelesaikan pekerjaanku! Aku juga ingin memberi tahumu kalau aku lembur malam ini agar kau memberi uang lemburku, Senpai!" seruku mengatkan hal itu berulang-ulang kali.

Nagata masih menatapku dengan tatapan seriusnya. Mata tajamnya itu membuatku kembali membuang muka. Aku tak bisa menatapnya karena semengerikan itu, seperti dia akan melahapku jika aku berkata salah sedikit saja.

Jujur aku menyesal juga sudah membela mereka pada saat jam makan siang tadi. Memang benar apa kata orang-orang yang bergosip tadi. Seandainya saja tanpa jabatan yang bagus mereka berdua hanyalah sampah.

"Sudahlah, Senpai.. kau tahu aku masternya lembur di tempat ini. Aku sudah berkali-kali melihat orang berselingkuh di kantor ini secara tidak sengaja. Aku juga tak terlalu peduli dengan urusan mereka hingga sekarang. Aku juga tidak suka menyebar gossip, jadi.. ayo kita lupakan saja kejadian dari ini.." ujarku.

"Benar sekali.. memang sangat mudah jika kita bisa melupakannya saja.. tapi, kau itu orang yang kurang pandai menyimpan rahasia, Ryu-chan. Terutama ekspresi wajahmu itu.." ujar Nagata tersenyum miring.

"Lalu apa dia tipe orang yang akan menanyai karyawan atas kelakuanmu di kantor? Oh, malangnya.. repot juga punya istri yang posesif ya, Senpai. Tapi itu urusanmu! Uugghh! Aku mau pulang!" seruku kesal.

"Hahahaha.." dia malah tertawa, aduh perasaanku malah makin campur aduk.

"Baiklah, lebih baik kita lupakan saja kejadian ini, ya.. ambil ponselmu" ujarnya.

Aku segera mengambil ponselku dan langsung memasukannya kedalam tasku. Aku segera bangkin lalu membungkukan badanku untuk pamit pulang. Saat aku berjalan kearah pintu Nagata mengatakan sesuatu.

"Mungkin jika kita ketahuan lagi olehmu kau boleh bergabung juga, sayang" ujarnya membuat mataku terbelalak melotot kearahnya.

Nagata tertawa menatapku, "Ya, dari pada kau hanya berdiri disana menahan diri sambil mengintip kami.. jangan sungkan-sungkan, ya.."

Mulutku menganga, tanganku gemetaran ingin meninjunya. Dasar pria brengsek! Semoga dia cepat bercerai dengan istrinya. Aku segera keluar dari kantor itu dengan wajah memanas. Amarahku masih meluap meskipun aku sudah berada dalam mobil. Berani-beraninya dia berkata seperti itu! Kalau bukan atasanku sudah kuubah bentuk tubuhnya menjadi bubur.

Hari ini sepertinya hari terparah di minggu ini. Sudah bermimpi pacarku berselingkuh, malamnya justru memergoki orang berselingkuh. Huh.. ada apa denganku hari ini?! Apa aku sedang ketempelan dewa kesialan?

Sebelum pulang aku mampir dulu ke toserba untuk membeli minuman. Dan di perjalanan aku menyadari sesuatu, jika dari parkiran kantor hingga ketoserba di wilayah apartemenku ada mobil yang membuntutiku dari belakang. Aku menoleh kebelakang dan mobil itu berwarna silver tampak sangat familiar. Mobil itu mirip dengan mobil yang Nagata gunakan untuk mengantarku kemarin.

VoyeurismWhere stories live. Discover now