Chapter 37

186 9 0
                                    

Saat aku melirik kearah jam di ruang tamu aku menyadari jika sekarang sudah lewat jam dua belas malam. Di jam itu aku masih berada di pangkuan kekasihku sambil fokus melumat bibirnya. Suara decitan bibir dan lidah kami yang yang saling tertaut meramaikan kesunyian di malam itu. Malam memang semakin larut tetapi kami semakin panas. Dari kecupan yang satu hingga kekecupan yang lain membuat kami semakin merapat dan tak mau melepaskan diri satu sama lain.

"Ahh.. Mikase-sann.." suara desahan Asuka saat menyebut namaku terasa amat menggelitik, "Apa suara kita tidak terlalu keras? Jika adikmu bangun kita tak akan bisa meneruskannya" ujarnya.

Kuusap wajahnya dan mengecup keningnya, "bagaimana kalau kita lanjutkan di kamarku saja" bisikku.

"Hah? Apa boleh?" Asuka tampak ragu.

Aku tersenyum lalu kembali memberikan kecupan beruntun di bibirnya, "ayo.."

Sebelum kejadian panas ini kami mulai awalnya aku kaget mendengar suara dengkuran Asuka begitu keras saat aku mengambil air putih di dapur. Ternyata dia di usir adikku dari kamarnya sendiri. Betapa hebatnya dia bisa kalah dari anak yang lebih muda sepuluh tahun darinya. Aku sampai salut dengannya.

"Asukaa.." aku mencoba membangunkannya.

Asuka mengerjapkan matanya lalu terbangun menatapku, "Oh.. kau masih bangun?" ujarnya dengan suara serak.

"Apa Shota mengusirmu? Aku akan menegurnya jika dia berbuat seenaknya kepadamu" ujarku.

"Ti-tidak.. aku hanya ketiduran saat menonton pertandingan bola" ujarnya.

"Kurasa TV kita mati sedari tadi.." ya kalau ketiduran pasti TV akan menyala saat aku bangun.

Asuka akhirnya menghelah napas Panjang dan mengaku, "sebenarnya aku kalah suten (suit jepang).." tak perlu menjelaskannya Panjang lebar aku juga sudah paham.

Aku jadi tergelak dan makin gemas dengan pacarku ini, "aduh kasihan sekali.. kau jadi terusir dari kamarmu sendiri.."

Dia terlihat sangat kesal dan mengubur wajahnya dengan selimut, "kita sudahi obrolan ini.. aku mau tidur.." dia merajuk padaku.

"Heiii.. jangan marah seperti itu, dong.." ku goyangkan bahu pacarku lagi. Dia masih tak bergeming.

Aku jadi punya niat usil. Tanganku menyelip kedalam selimut untuk mengusap perutnya lalu menyelinap kecelana dalamnya.

"Emmhh! Mikase..saann..aahh.." dia mendesah saat pijat penisnya yang masih melemas.

"Ada apa?" tanyaku pura-pura tak mengerti.

"Aahh.. hentikaann.." ujarnya.

"Kau yakin mau berhenti? Baru kesentuh sebentar saja bagian ini sudah membesar dengan cepat" bisikku ketelinganya sambil meremas-remas penis Asuka.

"Aarrrgghh..mmmppff.." kubekap mulut Asuka agar dia tidak bersuara terlalu kencang.

"Shotaro bisa bangun jika kau terlalu ramai" ujarku.

"Emmhh.." Asuka tak berdaya lagi untuk melawan.

Dia membiarkanku melalukan handjob sembari memberikannya ciuman yang panas. Aku sudah gila karena merindukan tiap sentuhan ini. Baik tubuhku bahkan isi kepalaku semua beraksi di luar batas logika. Diriku sepenuhnya di kendalikan oleh nafsu malam itu.

Saat berada di kamarku aku mendorong Asuka begitu kasar hingga dia terbanting keras di atas kasurku. Aku langsung melompat merangkak dan duduk diatas perutnya. Kucengkram rahangnya dan kuciumi bibirnya dengan begitu brutal. Tanganku kembali menelusuri bagian bawah perutnya dan melanjutkan handjob yang sepat terhenti. Asuka kembali mengeliat, dia tak kuberi kesempatan sama sekali untuk mendominasiku.

VoyeurismWhere stories live. Discover now