Chapter 8

685 19 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Saat aku terbangun dari tidurku rasanya ingin sekali kembali kemasa lalu. Siapa yang menyangka jika ketika hari ini datang perasaanku segelisah ini. Sedari awal aku sudah tak memedulikan soal perasaanku yang egois ini. Tetapi ini juga demi kebaikanku dan juga demi pria yang kucintai.

Aku juga merasa apa yang kulakukan ini bodoh. Membiarkan pria idamanku kembali kepelukan mantannya dan menjadi pahlawan yang tersakiti dengan rasa bangga dan percaya diri. Jujur saja aku menyesal menjadi pahlawan. Aku merasa bersikap seperti ini bukanlah pahlawan, tapi pecundang yang sebenarnya.

Asuka mengirimkan pesan setelah aku bangun. Didepan pintu rumahku dia sudah berada disana membawa panci dan juga menenteng tas yang dia pack semalaman.

"Selamat pagi" sapanya tersenyum.

"Selamat pagi" jawabku juga tersenyum untuknya.

Pagi sekali dia sudah bangun memasak nasi kare untukku. Kami pun sarapan bersama ditempatku. Hidangan yang dia masak rasanya lezat. Tetapi aku tak berselera memakannya. Dia pun tak banyak mengoceh seperti biasa. Kami sama-sama diam menghabiskan makanan kami.

Hari ini dia akan pergi ke Korea Selatan menyusul wanita itu. Aku tak pernah tahu dia akan kembali lagi atau tidak. Banyak hal yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata.

Saat aku sedang mencuci piring dia merengkuhku dari belakang dan mengecup kepalaku, "kau benar-benar ingin aku melakukan ini?" tanyanya.

Aku tak bisa menjawabnya. Ada gejolak yang terasa didada dan rasanya amat menyakitiku. Aku berbisik padanya, "ini demi dirimu.."

"Mikase-san.. dari pada menyusulnya seperti ini bukankah lebih baik kau mengisi kekosongan hatiku" ujarnya membuatku memejam rapat mataku menahan rasa ngilu di dadaku. Aku menahan tangisku dan rasanya begitu sesak.

"Kalau begitu kau harus memastikan perasaan wanita itu dan buktikan jika aku benar-benar wanita yang layak untuk mengisi kekosongan hatimu. Tanpa adanya beban dari masa lalu kita akan memulai hubungan ini kearah yang lebih baik" ujarku mengusap wajahnya.

"Tapi... kumohon pikirkanlah lagi" dia menggenggam erat tanganku.

Dia juga sangat berat meninggalkanku. Aku begitu bahagia mengetahui yang dia rasakan untukku. Selama ini aku hanya menikmati cinta bertepuk sebelah tangan. Dan mungkin aku akan merasakannya lagi mulai hari ini.

"Aku sangat mencintaimu, Mikase-san" ucapnya memelukku.

Dan air mataku keluar tanpa bisa kubendung lagi. Aku sudah menghabiskan banyak waktuku untuk menangis. Tetapi aku tak boleh cengeng begini. Dia akan semakin berat untuk meninggalkanku.

Hingga kami mengucapkan kata perpisahan dia berpaling dan meninggalkanku. Aku diam melihatnya pergi. Ditengah jalan dia berbalik dan melambaikan tangan padaku. Dia mencoba tersenyum. Tetapi bukan senyuman mempesona yang seperti biasanya. Dan bibirku pun tersenyum seperti itu juga. Kami tak bisa membohongi diri kami masing-masing jika keputusan ini sangat gila.

"Pergilah" aku berkata tanpa suara.

Dia mengangguk perlahan. Kemudian melangkah pergi hingga dia benar-benar menghilang dari hadapanku. Aku menutup pintu apartemenku. Seluruh tubuhku begitu lemas rasanya. Aku menangis tanpa henti disana. Aku tak bisa mengendalikan seluruh anggota tubuhku. Bahkan kakiku tak bisa kulangkahkan. Dadaku terasa amat sakit dan sesak. Dasar gadis yang egois! Aku makin membenci diriku yang cengeng ini!

Tanpa terasa seharian aku meratap didepan pintu..

Kecewa, sedih.. semua tercampur aduk. Tapi aku tak boleh begini. Ini juga keputusan yang telah kupilih. Hidupku terus berlanjut meskipun telah mengakhiri kisah cinta yang menyedihkan ini.

VoyeurismWhere stories live. Discover now