Chapter 16

324 13 0
                                    

Di saat masih setengah terlelap aku mendengar suara bel rumah kami berdering. Sebenarnya siapa yang datang di hari minggu begini. Aku yakin bukan temanku. Karena aku tahu jika weekend ini mereka sedang berlibur. Aku mengerjap dan bangun. Aku juga mendengar suara getar dari ponsel. Aku cek ponselku ternyata bukan dari ponselku, tapi ponsel Asuka. Hingga aku ingat sesuatu.

"Hei, kurasa PC mu sudah datang" ujarku mengguncang-guncang tubuh Asuka yang terbaring tengkurap.

"Arrghh.. mereka bilang akan mengirimnya jam 9" ujarnya menampik tanganku.

Saat aku melirik jam aku sadar jika sudah lewat jam setengah sepuluh, "Oi, sekarang sudah jam setengah sepuluh, loh.." ujarku.

Asuka terlonjak, "Gawat! Gawat! Gawaaat!!" serunya panik. Dia buru-buru memakai celananya dan keluar kamar dengan tergesa-gesa.

Seperti biasa penyakit ceroboh pacarku tak akan bisa sembuh dan benar saja. PC Asuka di tinggalkan begitu saja sebelum di setel oleh petugas service nya. Mereka sudah menunggu selama setengah jam dan tak mendapat respon. Pantas saja mereka langsung pergi.

"Mikase-saaaaann" dia merengek kepadaku.

Aku hanya menghelah napas berat. Lalu menghindari kontak mata dengannya. Kenapa juga aku harus ikut repot. Biarkan saja dia mendapatkan hukuman dari kecerobohannya.

Dia pun mendekat padaku, "Bukannya kau dulu siswa SMK Teknik computer.."

"Aku lapar.." ujarku langsung pergi mengabaikannya.

"Aahh.. Mikase-saan.. kumohon.. bantu aku!"

Dia membuntutiku yang sedang mengaduk kopi di dapur. Dia terus menggosok tangannya memohon agar aku membantu memasang PC nya.

"Bukannya kau membayar biaya service nya juga. Jika mereka berbuat seperti itu kau harusnya menuntut hak mu" ujarku.

Dia menghelah napas berat, "Lalu kau bisa membantuku untuk menuntut hak itu..?"

Aku menatapnya tajam membuatnya begitu ketakutan. Pagi ini harus kulalui dengan marah-marah juga? Menyebalkan sekali. Ku seruput kopiku dan memandangnya lekat-lekat.

"Baiklah" ujarku membuatnya bahagia, "Tapi.."

Ya, mana mungkin aku mau melakukannya dengan gratis, "Kau harus membuatkan sarapan untukku, membersihkan rumah dan merakitkan rak buku baruku. Lalu lanjut membuat makan siang, mencuci semua piring dan memijat kakiku.."

Permintaanku yang sangat banyak itu membuatnya diam membisu dengan mulut ternganga. Aku sudah tahu akan reaksi ini.

"Baiklah kalau tidak mau. Lupakan saja dan rakit PC mu sendiri" ujarku.

"Tidak! Akan kulakukan, Yang Mulia Ratu!" serunya. Kenapa mendadak dia memanggilku Ratu?

Meskipun wajahnya setengah hati tapi dia benar-benar memakai celemek dan memasak untukku. Dia mulai mengambil bahan dari kulkas. Dia mengeluarkan roti dan telur.

"Hmm.. enak sekali kalau pagi ini makan nasi hangat, pangsit, tumis sayuran dan sup ayam jagung.." ujarku membuatnya menatap sinis kearahku.

"Apa?" aku membalas tatapannya begitu dingin.

Dia memasukkan bahan yang di keluarkan tadi. Apa dia benar-benar akan memasak menu yang ku sebutkan? Saat kulihat dia benar-benar mengeluarkan ayam, dan banyak sayuran. Menu yang kuminta memang cukup banyak. Sembari menunggu aku menyetel TV sambil menghabiskan kopiku.

Asuka mencuci beras, menanak nasi, mengadon terigu untuk kulit pangsit, menyiapkan isinya dari kubis dan daging babi. Setelah siap dia mulai menggiling adonan dan membentuk pangsitnya. Dia menatapku dengan penuh rasa percaya diri yang tinggi. Dia menaburkan tepung dengan banyak gaya lalu menggiling adonan dengan memamerkan otot lengan kebanggaannya itu kepadaku. Hmm.. dia sudah mengerti apa yang menjadi perhatianku rupanya. Baiklah kubuat dia lebih menggunakan ototnya!

VoyeurismWhere stories live. Discover now