Meski sudah larut malam Asuka tetap datang untuk menjemputku. Dia langsung mengangkat telepon saat aku menghubunginya. Betapa bahagianya aku, akhirnya bisa kembali dalam dekapannya yang hangat.
"Ohhh... maafkan aku, Sayang. Gara-gara gadis mata duitan ini kau jadi tidak tidur semalaman!" Ujarku saat bermanja di pelukan Asuka.
"Aku tidak akan keberatan harus menjemputmu sampai kapanpun.." ujar Asuka mengecup puncak kepalaku, "Kau sudah makan?" Tanyanya.
"Belum.. aku lapar sekali.." ujarku.
"Duh kasihaaan... kebetulan aku baru saja membeli gyoza dari kombini. Bagaimana kalau kubuatkan sup gyoza saja?"
"Ide yang bagus! Aku setuju!" Seruku melayangkan tinju keudara.
Di jalan yang senyap itu suara tawa kami menggema. Dan tak lama sebuah mobil sedan berwarna silver keluar dari gedung Perusahaan D. Si Pengemudi membunyikan klakson untuk menyapaku. Pengemudi tak lain adalah Nagata. Meskipun orang itu telah memecah suasana ceria menjadi hening aku tetap membungkukan badan dan memberi hormat padanya sebagai atasanku. Dan entah kenapa firasatku jadi tidak enak di buatnya. Dan pertanyaan Asuka membuat firasat buruk itu terwujud.
"Siapa dia?" Tanya Asuka.
Jantungku jadi mulai berpacu tidak karuan untuk menjelaskannya, "Dia Bosku.." jawabku singkat.
Wajah pacarku seketika berubah serius, "Dia orang yang selama ini mengganggumu, kan?" Tanya Asuka. Sekilas Asuka melirik keadaan. Dia tahu jika kantorku begitu sepi, "Hanya kalian berdua yang pulang telat hari ini?" Heran Asuka.
"Iya.. dia juga lembur mengerjakan plot game.." jujur saja tubuhku gemetar. Aku tak kuasa menghadapi kemarahan Asuka saat ini.
Asuka mengusap rambutku, "Mikase-san, tak perlu secemas itu. Aku percaya kau tak akan berbuat macam-macam. Dan aku percaya kau bisa menjaga dirimu dengan baik" perkataan lembut itu hampir saja bagaikan hayalan yang indah. Betapa bahagianya aku justru mendengar jawaban itu dari mulut kekasihku sendiri.
"Terima kasih banyak, Sayang" ucapku dan kuiringi dengan kecupan mesra.
Kami pun kembali kerumah bersama-sama. Sepanjang jalan kami masih saling bercanda mesra dan membicarakan banyak hal. Asuka memasak makan malam untukku. Masakannya seperti biasa begitu lezat. Dengan suasana senyaman ini akupun merasa risau. Apakah aku masih bisa mendapatkan kehangatan ini saat aku studi banding nanti. Aku pasti akan sangat merindukannya.
"Sayang, ada hal yang ingin kubicarakan.." ujarku sambil menggenggam tangan Asuka, "Sebentar lagi waktu untuk studi banding akan makin dekat.."
"Maksudmu studi banding yang di Amerika itu..?" Tanya Asuka yang kujawab dengan anggukan.
"Aku akan bepergian dengan Bosku di waktu yang cukup lama. Seminggu lebih tepatnya.." jelasku.
Wajah Asuka masih tampak kalem. Tapi aku tahu urat kepalanya menegang. Dia pasti sedang berjuang menahan emosinya.
"Wow, banyak hal yang mungkin bisa terjadi selama seminggu itu.." ujarnya mencoba santai tetapi justru membuat suasana makin tegang.
"Ya.. aku ingin mundur saja tapi.. yaaah.. aku merasa tidak adil saja.. aku juga ingin jenjang karir yang lebih bagus dan pengalaman studi banding pasti akan meningkatkan nilai kinerjaku.. tapi.. tapi.. uhh.." aku tak sanggup melanjutkan kata-kata karena raut wajah santai Asuka telah berubah sepenuhnya.
Aku tak bisa berkelit jika saat ini aku sangat takut dengan pacarku sendiri. Dari pada bersikap egois, lebih baik aku menuruti semua perkataannya dari pada masalah menjadi makin runyam. Meskipun dia memberikan gelar Ratu padaku, tapi jika terkait konflik dalam hubungan kami dia tetap Raja memegang kendali sepenuhnya.
YOU ARE READING
Voyeurism
RomanceDisclaimer!!! Area content 21+ teman-temaan!! Di harap bijak memilih bacaan Mengandung sexual content, feminim dominant dan bdsm ❤️💕 Mikase Ryu adalah seorang wanita kantoran yang masih lajang dan merasa kesepian menjalani hidupnya. Namun dia m...