Sudah ketiga kalinya Asuka menungguku keluar di depan kamarku untuk mengajakku bicara. Lalu apa kita bicara? Kami hanya saling melempar pandangan dan akhirnya kutinggalkan dia untuk menjalankan aktivitasku sehari-hari.
Kesedihanku sebenarnya sudah surut. Aku mulai tenang bisa berpikir jernih saat energiku sudah mulai habis. Seperti de javu, aku kembali menangis karena hal yang sama. Sebelumnya Aku menangis karena merekalan agar Asuka bisa kembali Bersama dengan Rina-san. Tapi wanita itu menikah dengan orang lain. Sekarang aku menangis lagi karena tahu bahwa Asuka masih tidak rela jika mantannya sudah menikah dengan pria lain. Memang situasinya berbeda. Tetapi yang bermain orang-orang itu saja, dan sakit hati yang kurasakan juga sama pedihnya.
Setelah mengobrol dengan Sayoko aku mulai bisa menyadari situasi dan bisa berpikiran lebih terbuka. Aku memang bodoh. Pengalaman percintaanku sangat minim dan inilah yang kudapatkan. Aku butuh seseorang yang bisa mendengarkanku meski kuganggu waktu honeymoon romantisnya.
"Dia pasti tidak mencintaiku..hu..huu.. dia hanya berbohong... Sayoko.."
Begitulah isi curhatanku yang kusampaikan dengan ingus yang menyumbat hidungku. Dan saat aku sudah mulai stabil aku merasa kesal. Harusnya aku tidak menangis seperti itu. Aku harusnya memberi pelajaran pada Asuka.
"Ryu-chan.. aku paham betapa kesalnya kau sekarang. Tapi dewasalah! Untuk apa cemburu pada wanita yang bahkan tak mungkin merebut pacarmu! Jika Asuka belum bisa move on dengan masa lalunya itu memang hal yang menyebalkan. Tapi ingatlah! Kau sendiri yang bersedia berpacaran dengannya meskipun tahu kalau dia baru saja putus! Jadi siapa yang bodoh sekarang?!!" seruan Sayoko membuatku sadar.
Kesedihanku hilang. Pipiku terasa tertampar keras oleh realita. Benar juga. Aku harus belajar dari masa lalu dan tak lagi menghadapi persoalan seperti ini dengan tangisan.
"Mi-mikase-saan, a-aku membuatkan makan malam" ujar Asuka terdengar sekali kegugupannya.
Asuka tampak merasa bersalah dengan perbuatannya, tapi tak berani bertindak karena takut salah bicara. Kubuka pintu kamarku dan mendongak menatap matanya langsung. Dia hanya menatapku dengan tatapan melasnya.
"Kau mau bicara sesuatu?" tanyaku.
"Apa kau mau mendengarkannya sekarang?" dia masih meragukanku.
"Ya" jawabku, "katakan saja semuanya" ujarku melipat tanganku.
Dia menyiapkan mentalnya dan menatapku dengan begitu waspada. Dia mulai bicara, "aku akui jika aku benar-benar merasa sedih dengan berita pernikahan Rina. Karena banyak hal yang sudah kami lalui bersama saat melihatnya bahagia bersama orang lain hatiku masih terasa sakit. Tapi itu bukan berarti aku tidak mencintaimu, Mikase-san. Karena keberadaanmu membuatku bisa melupakan kesedihan yang kurasakan."
Aku menatapnya kembali dan hatiku masih terasa tersakiti. Memang benar apa yang di ucapkan Sayoko. Karena hubungan kami mulai sangat cepat tepat setelah Asuka putus, Asuka pasti belum sepenuhnya meninggalkan masa lalunya.
Kugapai tangannya dan menariknya kekamarku. Kududukan dia di tempat tidurku. Saat aku duduk di sisinya Asuka langsung menegakkan tulang punggungnya.
"Jika kau mau menghukumku kau bisa hukum aku sekarang" ujarnya.
"Di saat seperti ini aku tidak seharusnya membuatmu senang" ujarku, "aku akan melakukan hal yang impas untuk membalas kesalahanmu yang belum move on dari mantan."
Aku mengambil Momo dan memeluknya erat, "apa kau cemburu kepada Momo saat aku memeluknya?" tanyaku.
Dia tampak tidak mengerti, "Dia hanya boneka beruang, kan?"
"Ya" jawabku, "kau berpikir untuk apa cemburu pada boneka, kan? Memangnya aku sekekanak-kanakan itu? Jika kau ingin tahu sesuatu boneka ini juga pemberian dari orang yang dulu sangat kusukai. Karena aku sangat menyukai orang itu aku tak bisa move on dan menjadikan boneka pemberian ini sebagai pengganti dirinya" ujarku membuat Asuka diam termangu.
YOU ARE READING
Voyeurism
RomanceDisclaimer!!! Area content 21+ teman-temaan!! Di harap bijak memilih bacaan Mengandung sexual content, feminim dominant dan bdsm ❤️💕 Mikase Ryu adalah seorang wanita kantoran yang masih lajang dan merasa kesepian menjalani hidupnya. Namun dia m...