"Selamat pagi, Mikase-san.." Asuka langsung memelukku yang sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur.
"Selamat pagi, Asuka.." ujarku mengecup pipinya.
Asuka langsung memberikan balasannya di keningku. Ku balas lagi ciuman mesra di ujung hidungnya. Saat Asuka hendak membalasnya lagi dengan ciuman di bibir aku segera menyingkir.
"Kau pasti belum menyikat gigimu.." ujarku menegurnya.
"Oh iya, maaf.. aahh, biarkan aku memelukmu dulu sebentar seperti ini.." ujarnya lalu melingkarkan tangannya keperutku. Rengkungan hangat Asuka memang tak pernah gagal membuatku nyaman.
Shotaro keluar dari kamar, dia baru saja bangun dan menguap dengan suara yang kencang.
"Pagi, Shota!" seruku menyapa adikku.
"Pagi.." jawab Shota dengan mata tertutup. Dia kekamar mandi dengan meraba-raba dinding. Setelah menyegarkan diri dengan sikat gigi dan mencuci muka Shota keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Saat dia melihat kearahku wajahnya kembali masam. Bagitupun Asuka yang juga menampakkan wajah kesalnya.
"Apa kau lihat-lihat?!" desis Asuka kepada adikku.
"Cih!" Shota pun tampak tidak sudi menatap Asuka.
Dia berjalan cepat kedapur lalu mengambil gelang karet di laci. Dia meregangkan gelang karet dengan jarinya lalu lesatkannya dengan cepat hingga mengenai tangan Asuka begitu kencang.
"Aaww!" Asuka mengibaskan tangannya yang terkena, di saat itu Shota segera menarik lenganku agar aku menjauh dari Asuka. Dia menempatkan dirinya di tengah-tengah antara aku dan Asuka. Saat Asuka berusaha mendekatiku dia langsung menghadangnya. Mereka jadi saling menghadang di dapur bak pemain basket yang saling sikut merebut operan bola.
Baru saja pagi di mulai mereka mulai bertengkar lagi. Aku mendorong mereka berdua ketempat yang lebih leluasa agar mereka bisa puas bertengkar lalu melanjutkan aktivitas memasak sarapanku.
"Kenapa, sih, kau bersi keras mengganggu kemesraan kami!? Dasar siscon!" omel Asuka.
"Siscon?! Memangnya aku punya penyakit seperti dirimu, hah?!" Shota tidak terima.
Aku jadi geram jika mereka terus melontarkan kalimat ejekan. Sekarang aku yang melerai mereka dan menarik mereka agar duduk bersebelahan di hadapanku. Mereka berdua tahu aku akan mengomeli mereka kali ini. mereka berdua jadi saling menyenggol lengan menyalahkan satu sama lain.
"Aku belum bicara apa-apa kalian sudah bertengkar lagi. Apa aku harus menjerat kalian berdua dengan selotip hingga kalian melekat menjadi satu, hah?" perkataanku ini membuat mereka benar-benar terdiam.
"Aku mengerti dengan keresahan kalian. Tapi melihat kalian bertengkar juga tidak membuatku senang sama sekali. Ini terakhir kalinya aku membiarkan kalian bertengkar. Jika kalian bertengkar sekali lagi aku akan memberikan system point. Jika aku mendengar dan menyaksikan kalian mengejek satu sama lain, memukul atau menyerang satu sama lain aku akan memberikan point kepada kalian. Yang mendapatkan point terbanyak di akhir minggu aku akan memberikan hukuman. Kalian paham?"
Asuka tampak kesal sampai memukul lututnya sedangkan Shota melipat tangannya dan menatap sinis kepadaku.
"Mentang-mentang pembuat game, semua hal di buat seperti game.." gumamnya.
"Shota, 10 point" ujarku membuat adikku terkejut.
"Hei, aku kan tidak mengejek dia!" seru Shota protes sambil menunjuk Asuka.
"Protes tanpa dasar yang jelas juga akan mendapat point. Jadi hati-hati, ya... Baiklah, kalian sudah paham harus berbuat apa, kan? Jika kalian ketahuan aku langsung memberikan point" ujarku lalu bangkit dari tempat dudukku dan melajutkan aktifitas memasakku. Asuka dan Shota sama-sama menatapku dengan tatapan sebal.
YOU ARE READING
Voyeurism
RomanceDisclaimer!!! Area content 21+ teman-temaan!! Di harap bijak memilih bacaan Mengandung sexual content, feminim dominant dan bdsm ❤️💕 Mikase Ryu adalah seorang wanita kantoran yang masih lajang dan merasa kesepian menjalani hidupnya. Namun dia m...