26. Bersetubuh Dengan Luka

750 160 47
                                    

Pertemuan pertama kita di bulan Februari.
Kalau kata orang-orang yang kasmaran, Februari adalah bulan yang tepat untuk menyampaikan afeksi. Bagaimana dengan kamu? Sudahkah menemukan sosok yang pantas mendapatkan afeksimu?

Sebelum melanjutkan perjalanan untuk menyelami cerita Nadi, alangkah baiknya menyentuh tanda bintang di pojok bawah kiri.

Jangan lupa kalimat penyemangat untuk menghuni kolom komentar, ya!
Next? 20 komentar, 50 vote.

Selamat membaca.

With love,
Dyylaksara.
━❍────────
↻ ⊲ Ⅱ ⊳ ↺

Seorang gadis dengan kaos berwarna merah tampak menyeka ujung pelipisnya. Bulir keringat menempel di sana bak embun pagi yang menduduki daun sebagai inangnya. Cuaca pagi ini cukup panas, ditambah dengan pagi harinya yang sudah harus membersihkan seluruh penjuru rumah.

Setelah memasak semangkok sop sosis kesukaan sang adik, Kirandani duduk di tepian tempat tidurnya. Membuka ponsel yang dari kemarin ia biarkan bergetar tanpa berminat membuka sebelum ia menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Senyum manis terbit di wajah Kiran ketika sebuah foto yang menampilkan Shea dan teman-teman lelakinya tengah tersenyum bahagia. Hal sederhana seperti itu pun mampu mengobati pagi harinya yang melelahkan.

Ada 6 panggilan tak terjawab yang ia lewatkan. Yang 4 dari Shea, 2 lagi dari Naraya. Segera ia membalas panggilan Naraya dengan pesan: ada apa, Ra? Kangen gue ya? Gimana? Ada cerita baru yang harus gue denger? :)

Satu notifikasi baru muncul di jendela ponselnya. Pesan suara dari Shea. Tidak hanya satu, tapi 5!

Pesan suara pertama:
Kiran! Kiran! Gue kangen lo! Ngartis banget sih lo, gue telepon dari kemarin nggak diangkat-angkat. Lo nggak kenapa-kenapa kan? Jangan bikin kita khawatir!

Pesan suara kedua:
Gue mau cerita ... kemarin kacau banget. Jea nangis lagi gara-gara Leo. Tapi gue lega, pada akhirnya Jea bisa ngungkapin apa yang selama ini dia rasain. Ya meskipun Jea harus nangis semaleman. Jujur, gue sama Naraya nggak sanggup lihat dia sesedih ini. Kalo lo ada waktu buat chat dia, chat ya, Ki. Siapa tau chat dari lo bisa bikin dia lebih semangat lagi.

Pesan suara ketiga:
Sekarang gue lagi di kapal. Lo denger kan suaranya? Berisik emang. Tapi di sini bagus banget, Ki. Gak kuat gue lihat pemandangannya. Apalagi dikelilingi cogan-cogan Megantara. Beeuuuh! Berasa naik kapal bareng NCT gue! Btw, gue 'laki' sendiri nih di sini. Naraya nemenin Jea di villanya Leo. Karena kejadian kemarin Jea bener-bener nggak baik-baik aja. Dia ditemenin sama Naraya dan Haikal sekarang.

Pesan suara keempat:
Ngomong-ngomong, kita lagi otw ke Mataram. Mau cari oleh-oleh. Lo mau apa? Gue beliin sekardus!

Pesan suara kelima:
Kalo lo udah denger, jawab, ya! Gausah ngartis lagi, lo! Udahlah, capek gue bacot.

Kiran senang mendengar suara Shea yang terdengar bahagia. Tetapi cerita tentang Jea membuatnya sedikit khawatir. Ia tahu sepenuhnya betapa Jea mencintai sekaligus tersakiti akibat sikap Leo yang seenaknya sendiri.

Leo yang terkadang manis, Leo yang bisa berubah menyebalkan, Leo yang membuat Jea mati kutu karena senyumannya. Kiran, Naraya, dan Shea tentu tahu semuanya. Itulah mengapa Kiran khawatir akan keadaan Jea. Disaat ia seharusnya menghabiskan liburan dengan canda tawa, malah dibuat menangis karena cinta.

Kiran membalas pesan-pesan Shea bahwa ia telah mendengar semua pesan suara miliknya dan akan menelepon Shea nanti malam setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya.

Nadi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang