28. Suatu Musim Panas, 2017

584 128 43
                                    

Bisakah kamu memutar media ketika Marka dan Mas Ta sudah berada di atas perahu untuk melakukan perjalanan antara Gili Nanggu dan Gili Tongkang?
.
.
⚠️WARNING.
Bxb scene, harsh word.

━❍────────
↻ ⊲ Ⅱ ⊳ ↺

Matahari sudah 30 derajat ke barat ketika 8 pemuda dengan barang-barang yang ada di tangannya berjalan menuju mobil.

"Sekarang ke mana?" tanya Taufan pada mereka semua.

Lelah dengan perjalanan hari ini, tak menyurutkan keinginan Leo, Zigas, dan Juan untuk terus menjelajahi Mataram.

"Golden Palace yuk!" celetuk si pemilik villa, yang kemudian disambut persetujuan heboh oleh Zigas dan Juan.

"Ngepub? Jam segini? Gila aja!" Satu-satunya perempuan di tengah-tengah laki-laki tampan tampak tak minat dengan usulan Leo. "Gue nggak ikut. Lo kalo mau ikut, ikut aja," sambungnya. Netra Shea beralih pada Lian yang tengah membopong kardus besar berisi oleh-oleh khas Nusa Tenggara Barat.

"Capek gue," jawab si lawan bicara.

"Mas Taufan gimana?" tanya Leo, menjadikan jawaban Taufan sebagai bahan pertimbangan.

"Kalau saya ikut, Shea dan Lian pulang dengan siapa? Kalian saja. Saya bisa kapan pun ke Golden Palace."

"Jiakhh, sombong," gurau Leo, sedangkan Taufan mengeluarkan cengiran lucunya.

"Ya udah, kalian bertiga balik villa, ya." Ketiganya mengangguk.

Sebelum pergi, Shea menyempatkan diri untuk mendekati Nadi. Setengah berbisik, ia berkata, "Nad, lo kalo mau ikutan mabok, mending bilang ke Naraya dulu deh. Gue nggak mau dia kepikiran."

"Gue nggak akan minum. Gue nggak pernah. Dan nggak akan pernah."

Shea mengangguk, lalu berjalan menuju salah satu mobil yang memang sedari awal ia tumpangi. Mereka harus berpisah di Cakranegara untuk memenuhi keinginan masing-masing.

"Mas Ta, tunggu. Gue mau pulang juga!" Marka tiba-tiba berubah pikiran. "Gue nggak ikut ya!" ujarnya pada teman-temannya, sebelum suara kaki berlari menjauh dari mereka.

"Tumben Bang Marka bolos ngepub? Biasanya kan dia yang paling kuat alkohol." Zigas tampak heran dengan tingkah kakak kelasnya.

"Tobat kali. Abis solat ashar."

"Lo kapan, Bang, tobatnya?"

"Kalo lo juga masuk neraka, kenapa gue harus tobat?" jawaban Juan mengundang tawa Zigas.

"Sialan lo, Bang. Ke neraka ngajak-ngajak!"

"Ya kalo sendirian nggak seru."

"Tolol." Leo menggeleng pasrah dengan jawaban konyol temannya. "Nad, lo gimana?"

"Ya ikut."

"Akhirnya gue bisa lihat Mas Nadi mabok!" Zigas bertepuk tangan. Ia kira, ini akan menjadi hal baru yang seru.

"Anter kalian, terus gue cabut. Ke mana pun yang gue mau. Nanti kalo kalian selesai, gue jemput lagi."

"Lah? Ga seru!" Juan menyeru.

Nadi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang