13. "Na, aku sudah mencintaimu."

974 245 49
                                    


Alangkah baiknya, bab ini diawali dengan yang manis-manis.

Alangkah baiknya, bab ini diawali dengan yang manis-manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

With love,
Dyylaksara & Nadi.

━❍────────
↻ ⊲ Ⅱ ⊳ ↺

"Pulang saja, Na. Ini udah ketiga kalinya kita muterin Bukit Kencana. Kamu nggak capek, apa?"

Setelah kunjungan Naraya ke rumah Nadi untuk pertama kalinya, Nadi mengantar Naraya pulang ke rumah. Tapi bukannya buru-buru membawa Naraya ke rumahnya, Nadi malah berkeliling di perumahan rumah Naraya. Dan parahnya, ini sudah ketiga kalinya mereka melewati jalan yang sama.

"Aku masih pengin sama kamu."

"Aku juga."

"Ya sudah, tidak usah pulang ya?" Mendengar ucapan Nadi, Naraya terdiam. "Hahahaha, bercanda, Naraya. Mana mungkin aku tidak memulangkanmu."

Naraya membuang napas kasar. Padahal ia juga ingin begitu. Tapi sayang beribu sayang. Masih banyak pagar pembatas yang harus mereka patuhi. Saat ini memang bukan waktunya, untuk itu mereka harus menunggu hingga waktu itu tiba.

"Mau mampir dulu, Na? Bunda belum pulang, tapi Papa sudah," ujar Naraya ketika mereka sudah sampai di depan pagar rumah Naraya.

"Kok tahu?" tanya Nadi.

"Ya kan di sana yang ada cuma mobil Papa. Mobil Bunda belum ada, berarti belum pulang."

Nadi hanya manggut-manggut saja. "Tidak usah, lain kali saja. Sudah terlalu malam. Lain kali pasti aku menemui orang tuamu."

Naraya tersenyum. "Iya, aku pasti akan selalu menunggu 'lain kali' itu."

Nadi mengangguk pelan. "Ya sudah, aku pulang, ya?" ujarnya, sembari memasangkan helmnya.

Saat Si Biru sudah menderu, Naraya menatap Nadi dengan tersipu. "Na!"

Nadi hanya menatap perempuan itu tanpa bersuara.

"Aku sudah mencintaimu."

Gemuruh dalam dada Nadi bertambah seru. "Ya. Aku tahu. Aku─" Belum sempat Nadi menyelesaikan ucapannya, suara mesin mobil yang semakin mendekat masuk ke dalam pendengaran mereka.

"Aku masuk dulu ya, Na! Hati-hati di jalan!" Naraya yang melihat eksistensi mobil itu, memilih untuk pergi daripada mendengarkan penuturan Nadi.

Nadi hanya tersenyum geli melihat tingkah perempuan itu. Apalagi kalau mengingat hal yang baru saja ia katakan, semakin membuat Nadi bahagia tak karuan.

Mobil itu berhenti tepat di samping Si Biru. Sang empu pemilik mobil membuka kaca jendelanya sehingga menampilkan sosok wanita yang wajahnya nyaris mirip dengan Naraya versi lebih tua.

Nadi buru-buru turun dari Si Biru. Menghampiri wanita itu dan menyapanya. "Selamat malam Tante," sapa Nadi. Wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Bunda, turun dari mobil dan melempar senyum pada Nadi.

Nadi | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang