14. Jadian

30 12 3
                                    


Penjelasan dari Bu Desi tak ada satupun yang masuk ke otak Shaula, pikirannya justru berkelana pada sosok yang beberapa waktu lalu menitipkan sebuah benda padanya, gelang itu tampak pas di tangannya. Apa Shaula harus memberinya kesempatan? Tapi apa dia juga siap untuk kembali terluka, masalahnya luka yang Arsen torehkan belum benar-benar kering. Tapi di lain sisi, rasanya Bara dan Arsen pasti sangat berbeda. Shaula menghela napas, demi apa pun dia sudah sangat lelah dengan pergalauan perihal percintaan seperti ini.

“Beli di mana tuh?” tanya Nana dari sebelah, sedari tadi dia perhatikan Shaula terus menatap gerang yang melingkar di pergelangan tangannya.

Shaula menoleh. “Nggak beli,” jawabnya, ya dia sendiri juga tak tahu beli di mana, kan Bara yang kasih.

“Dari seseorang?” tanya Nana, meski sudah lama duduk satu meja mereka sebenarnya lumayan jarang mengobrol panjang, karena ya sebelumnya Shaula bergaul dengan anak hits sekolah mereka, sementara Nana tidak. Dia lebih suka menyendiri dan memiliki sedikit sekali teman.

Shaula mengangguk.

“Jangan bilang Bara?” tanya Nana.

Shaula mengangguk lagi. “Emang dari Bara,” jawabnya, Nana bukan pacar Bara, tak ada yang perlu ditutupi dari teman satu mejanya itu.

Nana memegang bahu Shaula. “Lo sadar kan?” tanya Nana.

Shaula mengangguk, dia sangat sadar.

“Jangan sama Bara La,” ujar Nana.

Shaula menatap Nana aneh, sepertinya Nana bukan tipe orang yang akan mengenal sosok seperti Bara, kenapa dia melarang Shaula begini?

“Kak Bara baik kok.” Entah dia sadar atau tidak, tapi Shaula mengatakan hal itu begitu saja.

Nana menggeleng. “Lo nyaman sama hidup lo belakangan ini?” tanya Nana.

Shaula diam, dia juga tak mengerti, dia hanya menjalani semuanya seperti biasa, bedanya sekarang dia dekat dengan Bara dan itu sedikit membuatnya tersorot karena Bara adalah musuh bebuyutan anak-anak nakal sekolah Shaula.

“Bahaya La.”

Sepasang mata itu menatap gerang yang melingkar di pergelangan tangannya, tak ada tanda-tanda Bara akan membunuhnya dan sejauh ini Shaula tidak takut dengannya.

“Kalian temenan aja udah dipandang aneh, apalagi sampai pacaran.”

“Kok lo tau dia nembak gue?”

“Cowok kalau udah ngasih sesuatu berarti nggak maen-maen!”

***

Gadis itu berdiri tegak menatap beberapa orang yang tengah berbincang di kantin sana, mereka tampak baik-baik saja tanpa Shaula, seharusnya Shaula tak perlu merasa bersalah karena selama ini orang-orang yang dia anggap teman sama sekali tak membutuhkannya. Perlahan tubuh itu berbalik melangkah meninggalkan semuanya, semua tentang mereka yang selama ini ternyata tak benar-benar peduli. Seharusnya sejak awal Shaula sadar bahwa yang bisa menyayanginya hanya dirinya sendiri.

Mulai hari ini, mulai detik ini, dia memutuskan meninggalkan geng, meninggalkan mereka-mereka yang sempat memberinya bahagia. Sekarang Shaula harus lebih bisa membahagiakan dirinya sendiri karena sejatinya memang bahagia tak harus digantungkan ke orang lain.

Shaula mengangguk, people come and go. Mungkin saat ini jatahnya untuk pergi, dia tak bisa tetap berada di sana, orang-orang di lingkup itu sama sekali tak menginginkannya.

Nana menghampirinya kemudian melingkarkan tangan di lengan Shaula.

“Kantin bareng?” tanya Nana.

Shaula's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang