Pagi ini notif ulang tahun mengingatkannya, dia ulang tahun ternyata, ke tujuh belas tahun. Hari di mana seharusnya menjadi hari yang spesial, di mana dia akan mengalami masa peralihan dari anak-anak menjadi remaja. Shaula sudah selama itu hidup di dunia ini, seharusnya hari ini menjadi hari yang membahagiakan, tapi setelah diingat lagi, tidak ada papanya di sisinya dan itu cukup menyakitkan.Shaula menatap langit-langit kamarnya, umurnya bertambah dan sekarang dia merasa semakin kesepian saja. Apa dia selesaikan saja seluruh urusan di dunia ini? Menyusul papanya yang sudah tenang di sana? Tapi jika dia memutuskan ikut papa, mamanya akan semakin tidak baik-baik saja.
Lagipula masalah yang Shaula hadapi selama ini tidak terlalu berat, hanya soal perasaannya sendiri dengan Bara, mungkin kalau ditilik dari waktu semakin ke sini, masalahnya hanya dia sering kesepian.
Tidak mau berlama-lama terlarut dalam lamunan, gadis itu bangkit dan langsung masuk ke kamar mandi. Tentu saja hari ini masih sama dengan sebelum-sebelumnya, dia masih harus ke sekolah untuk belajar. Rumah sangat sepi, belakangan dia selalu lebih ingin berada di sekolah.
Selesai mandi, Shaula membuka ponselnya sembari berjalan menuju lantai satu untuk sarapan. Berbagai chat dia terima sebagai ucapan selamat atas hari lahirnya, Shaula membalas pesan-pesan tersebut dengan kata-kata kurang lebih, aamiin, terima kasih dan begitu seterusnya.
Sampai di meja makan, tidak ada siapa pun, ya mungkin mamanya sudah berangkat bekerja. Shaula langsung mendudukkan dirinya, menyendokkan nasinya sendiri, memilih lawuknya sendiri, kemudian makan dengan tenang. Sudah tujuh belas tahun, seharusnya dia sudah cukup mampu memahami apa yang terjadi dalam hidupnya sekarang. Bukan tuntutan lagi yang dia utarakan, tapi sudah pehaman atas apa pun yang terjadi dalam hidupnya.
Shaula asik makan sembari bermain ponsel sampai akhirnya mamanya muncul dengan sorakan dan nyanyian selamat ulang tahun. Dia kira mamanya lupa, tapi ternyata sepagi ini mamanya sudah memiliki kue ulang tahun untuknya.
“Selamat ulang tahun anak cantik.”
Shaula tersenyum lebar. “Makasih Mama cantik.”
Shaula meniup lilin kemudian memotong kue, setelah itu menyuapkannya ke mamanya.
“Kirain Mama udah berangkat kerja.”
“Nggak mungkin Mama ngelupain hari spesial kamu. Selamat ulang tahun ya, doain Papa terus.” Sani memeluk tubuh Shaula.
“Ini.” Sani menyerahkan hadiah ke Shaula.
“Wah, makasih banyak Mama!”Sani mengangguk, dia sibuk mencari uang tentu untuk Shaula. Sekarang tak ada yang lebih berharga dalam hidupnya kecuali Shaula. Shaula adalah segalanya untuknya dan setiap doa yang dia panjatkan selalu ada nama Shaula di dalamnya.
Setelah kejutan dan ucapan dari sang mama, abangnya juga menelpon dan mengucapkan selamat ulang tahun. Malas pusing-pusing memikirkan apa yang Shaula inginkan atau butuhkan, dia memilih mengirim uang dan meminta Shaula sendiri yang membeli hadiah untuknya.
“Makasih Abang, tapi aku maunya diajak jalan-jalan ke Bogor.”
Saqquile tertawa. “Iya nanti ya, kalau abang nggak sibuk nanti kita jalan-jalan.”
“Janji ya?”
Saqquile mengangguk mantap.
***
Bahkan sampai di sekolah ucapan yang Shaula terima tidak berhenti-berhenti, mulai dari chat sampai beberapa orang yang dia temui juga turut mengucapkan selamat ulang tahun. Di kelas juga guru banyak yang memberi ucapan. Banyak ucapan tapi tak satupun dari gengnya. Tidak ada dari Lilac, tidak pula dari Amora, apalagi Stev, Justice dan lain-lain. Semuanya hening, tapi Shaual tak mempermasalahkan soal itu, lagi pula memang sejak lama dia tak pantas berada di geng itu.
Satu lagi, tidak ada dari Bara, bahkan hari ini sepertinya cowok itu tidak masuk sekolah. Batang hidungnya tidak kelihatan sejak pagi. Bukan mengharap, tapi Shaula hanya heran kenapa cowok yang semalam meminta maaf, mengajaknya mengobrol banyak hal. Bertingkah seolah mereka sudah baik-baik saja malah menghilang hari ini, malah seolah menghindar.
Shaula hanya menghela napas, tidak ada cowok yang benar-benar baik, kecuali Zian sepertinya karena kini dia berdiri di hadapan Shaula.
“Selamat ulang tahun, La!”
Shaula menipiskan bibirnya, setelah semua yang sudah Shaula lakukan, cowok itu masih mau memberinya ucapan selamat.
“Makasih, Zi!”
“Gue udah stel alarm di hari ulang tahun lo, berharap kalau kita mungkin bisa ngerayain bareng-bareng, tapi ternyata kita udah putus duluan. Jadi gue nggak nyiapin apa pun, kecuali ini.” Zian menyerahkan bungkusan, isinya adalah kue basah, kue tradisional dan Shaula sangat suka itu.
“Makasih banyak, Zi! Aku suka banget.”
Zian tersenyum semakin lebar. “Iya aku tau kamu suka, makanya aku beliin.”Kan, siapa lagi di dunia ini yang bisa memahami Shaula, sebaik Zian?
“Ya udah aku ke kelas dulu ya, jangan lupa bahagia.” Zian menepuk bahu Shaula setelahnya berjalan meninggalkan Shaula. Jangan lupa bahagia, kalimat sederhana, ah ingin kembali ke Zian, tapi mereka tidak berpisah dengan cara yang baik. Agak canggung jika harus kembali bersama.
Shaula akhirnya membawa bungkusan itu ke kelasnya untuk dimakan bersama Nana, Nana sendiri memilih mentraktir Shaula satu harian di kantin sekolah, sebagai hadiah ulang tahun, sama dia juga malas mikir harus memberikan apa.
Sementara itu saat sudah duduk di bangkunya, tiba-tiba Arsen menghampirinya, meletakkan sebatang coklat ke atas meja. “Selamat ulang tahun.” Hanya mengatakan itu setelahnya langsung keluar dari kelas Shuala.
“Nggak bisa movo on tu,” kata Nana.
Shaula hanya terkekeh, memang sulit move on darinya. Buktinya? Bara, Arsen, juga Zian.
***
Sampai pulang sekolah, sampai malam menjelang Bara sama sekali tak ada memberikan ucapan selamat kepada Shaula. Tapi karena hari ini lumayan banyak orang yang memberinya makanan juga hadiah, Shaula sedikit melupakan Bara. Berharap pada manusia saja sudah salah, apalagi jika manusianya seperti Bara, sangat-sangat salah.
Ponselnya berdering, baru saja dipikirkan, sudah menelepon.
“Gue di atas.”
“Terus?”
“Selamat ulang tahun.”
“Hmmm.”
“Temenin gue di atas, ngelihatin bintang.”
“Nggak mau, bintang doang dari balkon kamar gue juga kelihatan!”
“Tapi nggak akan ada bintang yang seindah gue.”
“Gue kita lo Bara, panassss!!”
Bara tertawa. “Gue tunggu, karena lo akan bahagia di sini.”
Shaula diam, dia penasaran, tapi takut kalau yang kali ini juga Bara mengecewakannya. Tapi dia penasaran, akhirnya setelah beberapa saat mempertimbangkan, Shaula melangkah naik ke atas rumah. Di sana, di depan tenda Bara, sosok itu duduk memeluk gitar dengan topi kerucut di kepalanya.
“Hari ini, hari yang kau tunggu...”
Bara memainkan gitar sembari menyanyikan lagu itu.
Sementara Shaula tidak bisa membohongi dirinya, ini di luar ekspektasinya. Dia berjalan mendekat duduk di hadapan kue yang lilinnya sudah menyala. Shaula tertawa dan kemudian ikut terhanyut dalam musik yang dinyanyikan Bara.
“Ini hadiahnya.” Bara menokok kepala Shaula dengan lighstick Blackpink yang berbentuk palu.
“Wah, gue pengen banget ini.” Kenapa hari ini semua orang seolah mengerti.
“Gue tau banget lo!”
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Shaula's Story
Dla nastolatkówShaula bertemu dengan Bara saat cowok itu menghajar temannya. Sebenarnya tak ada yang spesial dengan pertemuan itu, tapi karena Bara merasa tertarik dengan Shaula, dia menghubungi Shaula duluan. Dari ketertarikan itu Bara terus berusaha mendekati S...