25. Merasa Cemburu

28 10 8
                                    


Terdengar jahat memang, tapi Shaula tetap butuh Zian untuk setidaknya mengenyahkan Bara juga Arsen dalam pikirannya. Dia akan terlihat seperti cewek mueahan yang begitu putus langsung ada yang baru, tapi persetan soal itu, saat ini Shaula benar-benar butuh menyembuhkan dirinya sendiri. Kehadiran Zian mungkin akan sedikit mengobati kegundahan Shaula. Pagi ini akan menjadi hari pertama Shaula berangkat ke sekolah bersama Zian. Seperti biasa, Shaula besiap-siap dengan seragam dan tetek bengek persiapan untuk berangkat ke sekolah.

Sekitar sepuluh menit menunggu di depan teras, akhirnya Zian muncul dengan motornya. Kalau dilihat-lihat Zian tak kalah tampan dari Bara, vibes positifnya juga sangat amat terasa karena memang Zian adalah cowok baik-baik. Berbeda dengan Bara, vibes-nya selalu negatif karena memang cowok itu tukang bertengkar.

“Kalau nggak nyaman pegang jaket aku aja La,” pesan Zian.

Sopan sekali bukan? Dia sama sekali tak mengambil kesempatan dalam kesempitan padahal Shaula sudah officially miliknya kini.

“Iya.”

“Pasti udah sering ya berangkat sama cowok?” tanya Zian, pertanyaan itu menyebalkan, tapi karena nadanya baik-baik, Shaula tak perlu marah sepertinya.

“Nggak juga, dulu sama Arsen sih seringnya, tapi kan dia suka ngilang-ngilangan.” Shaula bercerita, mereka tak dekat sebelum ini, jadi mungkin perlu dikorek lebih jauh mereka sefrekuensinya dalam pembahasan soal apa.

“Suka nggak diposesifin?”

“Untuk hal-hal tertentu boleh sih, soalnya kalau diabaikan berasa mending nggak usah pacaran nggak sih?”

Zian terkekeh mendengar itu, sedikit sulit sebenarnya mengobrol di atas motor, beruntung telinga Shaula berfungsi dengan baik di saat seperti ini.

“Iya juga sih.”

“Kamu mau posesifin aku?” tanya Shaula.

“Nggaklah, kalau kamu paham kamu pacar aku, aku percaya sih hal-hal penting kamu nggak akan bohong.” Zian sedikit menjabarkan, dia bukan sosok yang profesional dalam hubungan percintaan, tapi sebagai laki-laki Zian hanya memposisikan dirinya sebaik yang dia bisa, kalau dia tidak mau dilarang bermain game maka jangan larang cewek nonton drama korea. Hubungan itu sebenarnya simple, sesimple saling memahami satu sama lain.

Shaula lantas melingkarkan tangannya ke perut Zian. “Makasiiiih,” ucapnya manja, kalau dengan Bara sudah pasti ditabok. Mana suka dia manja-manaja begini.

Semenit setelah motor Zian terparkir di laman parkir SMA Pengubah Bangsa, Bara juga memarkir motornya tak jauh dari posisi Zian dan Shaula, Shaula berusaha untuk tak tertarik dengannya. Gadis itu malah fokus ke Zian, Zian membukakan helm Shaula kemudian merapikan sedikit anak rambut gadis itu yang berantakan.

Bara hanya melirik sekilas, laki-laki itu memilih abai dan berjalan begitu saja meninggalkan Shaula dan Zian. Dia adalah abang kelas, Zian bukan saingannya, tapi bolehlah merencanakan untuk menghajar Zian jika nanti ada waktu. Zian merangkul pundak Shaula berjalan bersama menuju ke kelas.

***

Berpura-pura tak melihat, sekuat tenaga berlagak tidak peduli, semampu diri untuk menahan agar tak saling sapa. Judulnya sih cinta monyet, tapi hal-hal yang membawa perasaan selalu bisa membuat hidup menjadi tidak tenang. Ada Zian di sampingnya, tapi Shaula masih yakin kalau bukan laki-laki itu yang dia inginkan. Bak peperangan, keduanya saling berusaha menunjukkan kalau mereka bisa tanpa satu sama lain. Shaula dengan Zian, sementara Bara dengan sosok yang Shaula tidak kenal, mungkin mereka berdua sama-sama kelas dua belas.

Shaula tersenyum saat Zian menyodorkan ciki ke mulutnya.

“Mau pesan yang lain lagi?” tanya Zian.

Shaula menggeleng, makanan mereka yang sekarang saja belum habis. Dia juga jadi tak selera dengan apa pun sebab sudah eneg melihat Bara dan pacarnya yang sibuk cubit-cubitan pipi, menjijikkan sekali. Seperti sosok yang tak sadar diri padahal dirinya sendiri juga suap-suapan dengan Zian.

“Es krim mau?” tanya Zian.

“Kamu mau bikin aku gendut ya?” Tentu saja di hadapan Zian, Shaula seketika berubah memasang wajah ceria, menyingkirkan keenegannya sementara.

“Iya, biar enak dipeluk.”

Shaula memanyunkan bibirnya. “Nggak ah.”

“Nggak mau aku peluk?”

“Nggak mau gendut.”

“Kenapa?”

“Nggak sehat sayang.”

Zian seketika salah tingkah, hampir saja dia jingkrak-jingkrak dipanggil sayang di muka umum seperti ini.

“Iya deh, sayaaaang.”

Entah kenapa ucapan itu terdengar sampai tempat duduk Bara, seketika cowok itu kena mental dan langsung memuntahkan coca-cola yang baru saja dia tenggak.

***

Bara tak tahan dengan kelakuan Shaula, siang ini sepulang sekolah, bahkan sebelum dirinya berganti pakaian dia langsung tancap gas menuju rumah Shaula. Sementara Shaula yang baru saja berganti pakaian, merebahkan dirinya di atas kasur, dia tak ada tugas sekolah jadi siang ini bisa lebih santai menjalani kehidupan. Sampai suara mbak menyadarkannya.

“Ada apa Mbak?” tanya Shaula malas-malasan.

“Itu, ada temen kamu di bawah.”

Shaula semakin mengerutkan keningnya saja, dengan Zian tidak ada janjian, dengan teman-temannya yang lain juga tidak ada. Siapa gerangan yang datang?

“Aku juga nggak tau, kamu lihat sendiri deh.” Jadi mbak yang kerja di rumah Shaula itu seumuran dengan Shaquil, jadi Shaula memintanya untuk berbicara sesantai mungkin.

Shaula menghentakkan kakinya, padahal dia sudah membayangkan akan tertidur siang dengan pulas, siapa pula yang mengganggu ketenangannya. Dengan baju rumahannya Shaula turun ke lantai satu dan langsung menuju ke ruang tamu. Bara, iya yang datang adalah Bara, ada apa sebenarnya?

“Ngapain lo?” tanya Shaula tanpa basa-basi, tidak ada dalam kamusnya berteman baik dengan mantan, apalagi mantannya modelan Bara yang kalau dibaikin malah ngelunjak.

“Lo sengaja mau bikin gue cemburu?” Dan ternyata Bara juga tidak basa-basi.

Kontan saja Shaula memandangnya aneh, kerasukan reok mana lagi manusia satu ini?

“Buat apa? Gila lo!”

“Iya, lo sama cowok baru lo itu sengaja kan? Sengaja mesra-mesraan di depan gue?”

Shaula menggeleng tak habis pikir, padahal sebelumnya Bara juga melakukan hal yang sama dengan pacarnya, kenapa malah menyalahkan Shaula?

“Kalau lo cemburu itu urusan lo, bukan urusan gue.”

Bara berbalik, Shaula kira urusan sudah selesai dan cowok itu akan pulang, dia salah, Bara hanya haus, cowok itu menyambar air mineral kemasan yang ada di meja.

“Tapi kelihatan banget lo sengaja.”

“Lo juga kan?!”

“Lagian gue sama pacar gue, apa salahnya sih!” Shaula masih ngotot, Bara yang seharusnya sadar diri, mendatangi mantan padahal mereka sudah tak ada hubungan apa-apa.

“Salah! Karena di hadapan gue!”

“Gila lo ya!”

“Lo dengerin gue! Pokoknya siapa pun cowok lo atau cewek gue, suatu saat kita bakal tetap nikah. Sama siapa pun lo menjalin hubungan, lo bakal balik ke gua.” Setelah mengatakan itu Bara benar-benar berbalik meninggalkan Shaula yang penuh tanya. Sudah gila memang cowok satu itu.

***

Napa pada dukung Bara sih? 😂
Padahal Bara itu otoriter dan aneh banget.


























Shaula's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang