Sekarang-sekarang ini kebahagiaan Bara adalah melihat Shaula bahagia, hari ini meski tabungannya agak sedikit menipis akhirnya Bara tetap rela membelikan lighstik original untuk Shaula. Mencarinya juga susah, sampai Bara memsannya jauh-jauh hari, sejak beberapa hari lalu sebenarnya dia sudah ingin sekali membongkar hadiah itu di hadapan Shaula. Tapi yang namanya Bara tidak akan puas jika tidak berderama, menghilang, seolah punya pacar, kemudian kembali lagi seolah tanpa dosa.Sampai tengah malam, karena mama Shuala belum pulang dari pekerjaannya, Bara dengan setia menemani Shaula di atap rumah. Sementara Shuala berusaha menikmati lagu yang dibawakan oleh Bara.
“Ada hadiah lain sebenarnya.”
“Nggak usah aneh-aneh deh! Ini aja udah cukup, Bar.” Lighstick saja sudah mahal, kalau Bara memiliki hadiah gila lainnya, Shaula tidak akan bisa terima itu karena jelas dia tak akan bisa memberikan hal yang sama ketika Bara ulang tahun nanti.
Bara tertawa, memang ekonominya sulit, tapi kalau untuk perempuan yang dia inginkan, dia akan tetap memberikan yang terbaik
Bara membuka bajunya dengan sangat tiba-tiba membuat jantung Shuala hampir lari dari tempatnya.
“Ini.” Dia menunjuk tatto dengan tulisan nama Shaula di dadanya, ini lebih gila dari hanya sebuah lighstick, masalahnya itu kan dibawam oleh Bara seumur hidupnya.
“Lo gila?!”
“Nggak! Gue cuma cinta.”
“Tapi itu nggak bakal bisa ilang, Bar!”
“Iya, kayak cinta gue ke lo.”
“Lo yakin?”
“Lebih dari hanya sekedar yakin.”
Bahu Shuala meluruh, bisa-bisanya ada manusia yang bertindak tanpa dipikir seperti Bara. Tatto sudah pasti permanen dan bahkan kulit Bara masih merah, terlihat kalau itu masih baru.
“Lo masih sekolah!”
“Gue nggak peduli, bentar lagi juga selesai. Lagian omong kosong banget kalau sampai guru berhentiin gue cuma gara-gara tatto di tempat yang nggak kelihatan.”
“Sarap sih lo!”
“Seharusnya lo berterima kasih.”
“Gila aja, nama gue bakal ada di situ selamanya. Kalau ternyata lo nikahnya sama orang lain kan aneh di dada lo ada nama cewek lain.”
Bara terbahak mendengar itu, benar juga apa yang Shaula katakan.
“Ini bukan sekedar nama, di dalamnya ada komitmen, jadi yang berkemungkinan besar jadi istri gue ya cuma lo doang.”
“Jangan ngadi-ngadi Bar! Takdir mana ada yang tau!”
“Udah lo tenang aja, bakal tetep lo kok.”
Shaula hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dari semua kado yang orang-orang berikan, cuma itu yang paling membuatnya merasa speechless tidak habis pikir kalau Bara akan senekat itu.
“Ini adalah pembuktian kalau gue cinta banget sama lo, La!”
“Tukang selingkuh kayak lo nggak usah ngomongin cinta!”
Tidak ada tawa, Bara menatap Shaula.
“Pas gue memutuskan bikin ini, yang gue pikirin cuma satu, gue mau menyimpan lo dalam keabadian.”
“Serem deh!”
“Gue nggak pernah secinta ini sama seseorang. Even orang tua gue sendiri, karena bahkan gue nggak tau mereka di mana. Sama kayak tatto ini yang menjadi yang pertama dalam hidup gue. Semoga lo juga.”
“Bar, jangan gitu ah!”
Shaula jadi takut sendiri, umur mereka masih terlalu muda untuk sebuah komitmen dan Shaula tentu tak pernah mau bertahan dengan segala ketidak jelasan Bara.
“Kalau gue sampai mati sebelum nikah, berarti lo adalah cinta terakhir gue.”
“Aaaah, jangan gitu!”
Bara tersenyum. “Lo adalah bagian terbaik yang gue temui dalam perjalanan hidup gue.”
“Bar, nggak mau ah.”
“Lo tetep mau menerima di saat gue dipandang sebegai sampah, lo ngobatin luka gue di saat orang-orang berusaha membuat gue terlukan, lo bersedia menjadi tempat pulang padahal orang tua gue sendiri aja nggak memberikan itu. Lo adalah hal yang jauh lebih spesial dari martabak coklat keju yang gue suka banget.”
Shaula menatap wajah cowok di sebelahnya, benar-benar tidak ada gurat candaan, kenapa Bara bisa menjadi sangat serius begini?
Bara mendekatkan wajahnya kemudian mendaratkan ciuman ke pipi Shaula.
“Maaf kalau gue selalu menghalangi kedekatan lo sama cowok baik lainnya, maaf karena gue selalu egois menginginkan lo.”
Shaula mengangguk.
“Makasih untuk semuanya, Bar.”
***
Shaula kembali ke kamarnya dengan perasaan-perasaan tidak keruan, dia sendiri tidak mengerti. Sebenarnya apa yang Bara lakukan terlalu jauh, terlalu nekat juga. Shaula sendiri tak menyangka jika percintaan remaja akan menghantarkannya pada keseriusan Bara sampai membuat tatto namanya di tubuhnya. Atau memang anak-anak seumurannya menjadi lebay ketika sedang jatuh cinta? Entahlah kadang memang selucu itu.
Shaula meletakkan lighstick hadiah Bara ke rak berisi merchendise k-pop miliknya.
Akhirnya malam ini dia bisa tidur dengan tenang, tenang karena ternyata masih banyak orang yang peduli dengannya. Mamanya yang sangat sibuk tetap mengirim kue ulang tahun, abangnya tetap memberi hadiah, para mantan yang juga melakukan hal manis, juga Bara yang ternyata menghilang untuk semua kebahagiaan ini.
Shaula memejamkan matanya, dalam hati dia berterima kasih pada semesta karena selepas luka yang hampir merenggut seluruh hidupnya, kini dia bisa lebih baik-baik saja.
***
Pagi ini Shaula bersiap dengan seragam seperti biasa untuk berangkat sekolah, sebelum berangkat tentu saja dia harus sarapan dan membawakan sarapan untuk Bara. Shaula melangkah membawa nasi uduk untuk dimakan bersama.
Tapi sama seperti hari sebelumnya, Bara hilang lagi. Setelah semua ini ke mana lagi dia?
Ponsel Shaula berdering, Steve menelepon. Shaula mengerutkan dahinya, kenapa Steve menelepon lagi setelah sekian lama? Bahkan kemarin mereka tidak mengucapkan selamat ulang tahun.
“Bara meninggal.”
Jantung Shaula seolah mencelos.
“Nggak usah bercanda!”
“Gue serius, La. Tadi malem kita dihubungin sama anak sekolahnya dia yang dulu, buat jemput dia. Dia dihajar dan ya sampai di rumah sakit ternyata di udah nggak ada.”
Tubuh Shaual seketika melemah, sendi-sendinya tak mampu menopang tubuhnya, bahkan ponsel dan nasi uduk yang masih ada di tangannya langsung jatuh berhamburan.
“Gue tunggu di rumah sakit.”
***
Aku sama sekali nggak lupa kok guys!
Tapi emang lagi mempersiapkan hati untuk ending ini.
Bara meninggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaula's Story
Teen FictionShaula bertemu dengan Bara saat cowok itu menghajar temannya. Sebenarnya tak ada yang spesial dengan pertemuan itu, tapi karena Bara merasa tertarik dengan Shaula, dia menghubungi Shaula duluan. Dari ketertarikan itu Bara terus berusaha mendekati S...