Malam itu Shaula tetap teguh pada pendiriannya, pernyataan cinta dari Bara seperti biasa hanya dia anggap sebagai angin lalu. Bukan karena dia merasa Bara tidak tulus, ini lebih ke karena Shaula tidak ingin terjebak dalam perasaannya sendiri, sesosok Bara akan selalu bercanda dengan apa yang dia lakukan. Bisa saja hari ini serius besok atau lusa cowok itu akan berulah lagi.
Seperti biasa mamanya memintanya membawakan sarapan untuk Bara, Shaula membawa nampan berisi bubur ayam untuk sarapan bersama dengan Bara. Begitu sampai di atas Shaula membuka tenda Bara, namun nihil, tidak ada siapa pun di sana. Shaula menoleh ke sana kemari untuk mencari keberadaan Bara tapi benar-benar tidak ada siapa-siapa di sana.
Shaula melangkah cepat turun ke bawah, melihat ke garasi ternyata motor cowok itu juga tidak ada di sana. Selain itu baju-baju kotornya juga sudah terjemur rapi di jemuran, ke mana cowok itu sepagi ini?
“Mbak, ada lihat Bara?” tanya Shaula pada asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya, biasanya Bara banyak beraktifitas di belakang rumah, jadi pasti yang bertemu dengan Bara adalah asisten rumah tangga.
Asisten rumah tangga itu menggeleng. “Nggak ketemu, tapi kayaknya dia udah mandi dari subuh.”
Shaula mengangguk lantas berjalan kembali ke atas, dia membawa turun bubur ayamnya, kemudian kembali ke kamar untuk mengambil ponsel dan menghubungi Bara.
Panggilan pertama tidak ada jawaban.
Panggilan kedua juga sama tidak ada jawaban.
Sampai panggilan ketiga Shaula memilih menyerah karena nomornya aktif tapi sama sekali tidak ada jawaba.
Bara :
‘Lo ke mana pagi-pagi?’
‘Karena sekarang lo tinggal di tempat gue, kalau bisa ke mana-mana itu ngomong.’
‘Soalnya Mama juga khawatir, takut lo kenapa-napa.’Shaula menghela napas kemudian kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku, gadis itu melangkah gontai ke bawah. Apa orang-orang seperti Bara memang tidak sadar bahwa banyak yang peduli padanya, banyak yang menghargai keberadaannya di muka bumi ini, sehingga bisa bertindak seenaknya?
Shaula akhirnya memakan buburnya sendirian, benar-benar sendirian, dia bukan anak broken home, tapi vobes itu benar-benar terasa saat dirinya sendirian begini di rumah. Beberapa kali dia menghela napas, tidak saatnya mengeluh, dia harus bisa bangkit meski sulit. Karena mungkin mulai hari ini hingga beberapa waktu ke depan nanti, dia akan sendirian selamanya.
***
Karena Bara tidak ada di rumah maka Shaula berangkat sekolah naik ojek online, di sekolah juga dia tak menemukan ke beradaan Bara. Pagi-pagi begitu sampai dia langsung menuju ke kelas Bara.
“Kak Bara nggak masuk ya?” tanyanya karena memang Bara berada di kelas dua belas jadi Shaula memanggilnya dengan sebutan kak.
“Belum datang kayaknya, biasanya juga dateng sama lo,” jawab seseorang yang menempati kelas yang sama dengan Bara.
Shaula hanya mengangguk, setelah itu beralih menuju ke kelasnya sendiri, meski terkesan sangat dekat, ternyata Shaula masih belum mengerti sosok Bara, dia masih setau yang misterius untuk Shaula, masih menjadi sosok yang enggan untuk dipahami.
Shaula kehilangan teman-temannya hanya karena dekat dengan Bara, bahkan sekarang Nana kelihatan sekali sedang menghindar semenjak Shaula kembali terlihat dekat dengan Bara.
Shaula mendudukkan dirinya di sebelah Nana, mereka teman sebangku, jadi meski Nana mencoba menghindar Shaula akan tetap berada di dekatnya.
“Kenapa lo?” tanya Nana yang akhirnya penasaran juga karena Shaula tampak tak berminat menjalani kehidupan.
“Bara ngilang.”
Nana menghela napas, gadis itu memutuskan berhenti bertanya, perihal Bara, dia sama sekali tidak tertarik.
“Kek dia tuh baru bilang sayang sama gue, Na!”
“Bodo amat!”
“Dan sekarang dia ngilang lagi. Capek banget gue sama sikapnya!”
Nana menoleh menatap ke arah Shaula. “Dia bukan anak baik-baik sejak pindah ke sekolah ini. Jadi apa yang lo harepin dari berandal kayak dia?”
Shaula terdiam, benar apa yang Nana katakan, bahkan dia bertemu dengan Bara dalam keadaan Bara menghajar temannya sendiri. Pertemuan itu sama sekali tidak baik, tapi Shaula tetap mau memulai hubungan dengan Bara, seharusnya sosok yang paling pantas disalahkan atas ini semua adalah dirinya sendiri.
“Tapi dia bertindak seolah-olah nggak mau kehilangan gue.”
“Ya beberapa orang memang jadi bodoh kalau lagi jatuh cinta.”Tertampar, terjungkal, terguling-guling. Shaula memang selalu naif kalau sedang punya perasaan dengan seseorang.
“Bego ya gue?” tanyanya.
“Banget!!”
Selanjutnya dia menertawakan diri sendiri, memang siapa lagi di bumi ini yang lebih menyedihkan jika bukan dirinya?
***
Sore ini Shaula kembali mencoba menghubungi Bara, karena jujur keberadaan cowok itu di rumahnya membuat hidupnya menjadi lebih berwarna, Shaula yang terbiasa sendirian menjadi memiliki teman untuk setidaknya bercerita perihal banyak hal. Shaula enggan menyebut ini rindu, tapi sejak siang dia memutuskan berada di tenda Bara, menghirup wangi pada alat tidur cowok itu.
“Lo di mana sih?” gumamnya.
Untuk yang kesekian kalinya Shaula kembali mencoba menghubungi Bara. Kali ini tersambung dan diangkat.
“Hallo, Bar!”
“Iya, Hallo.”
Bukan suara Bara, itu adalah suara perempuan.
“Ini bukan handphone, Bara?” tanya Shaula.
“Iya, Baranya lagi sama aku.”
“Ka...kamu siapa?”
“Pacarnya, kamu?”
Shaula langsung mematikan sambungan tersebut, bisa-bisanya cowok itu membual dengan kata sayang padahal sedang memiliki pacar, terbuat dari apa otak Bara sebenarnya?
Shaula memandang ke langit-langit tenda, apa yang tidak dia berikan ke Bara? Penerimaan? Dia sangat menerima cowok itu. Tempat tinggal? Sekarang dia tinggal di rumah Shaula. Bahkan ciuman pertama Shaula pun Bara yang merenggut.
Ponselnya kembali berdering. Setelah beberapa detik mempertimbangkan akhirnya Shaula mengangkat panggilan tersebut.
“Lo siapanya Bara?” tanya orang di seberang sana.
“Lo bisa tanyain itu ke Baranya langsung.” Shaula menelan ludahnya sendiri berusaha untuk tenang. Dia tak pantas marah-marah karena memang Bara bukan siapa-siapanya.
Terdengar cakap-cakap di seberang sana.
“Sekarang gini, coba lo tanya, dia milih gue atau lo.”
Terdengar lagi cakap-cakap.
“Dia milih gue.”
“Oke.”
Seharusnya Shaula paham sejak awal, bersama Bara cowok itu hanya akan berpotensi menyakiti hatinya.
***
Mohon maaf, belakangan banyak acara jadi lupa Harus up wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaula's Story
Teen FictionShaula bertemu dengan Bara saat cowok itu menghajar temannya. Sebenarnya tak ada yang spesial dengan pertemuan itu, tapi karena Bara merasa tertarik dengan Shaula, dia menghubungi Shaula duluan. Dari ketertarikan itu Bara terus berusaha mendekati S...