22. Usaha Bara

23 12 2
                                    

Meski omongannya sebelumnya hanya dianggap omong kosong oleh Shuala, Bara memilih untuk tetap berjuang. Dia tak akan pernah menyerah dengan Shaula, gadis itu seperti cahay dalam gelapnya hidup Bara, Bara akan tetap mencari cahaya itu karena dia butuh terang. Dia tetap tak bisa pulang bersama dengan Shaula tadi saat di sekolah, Shaula tetap menolaknya dan teguh pendirian untuk mengakhiri semuanya. Bara sadar bahwa dia bersalah, sejak awal dia bukan anak baik dan semua orang tahu itu.

Bara merekam dirinya memainkan gitar menyanyikan lagu stay with me yang dipopulerkan oleh Chanyeol, lagu tersebut adalah soundtrack drama yang pernah populer pada masanya. Bara tahu Shaula lumayan suka hal-hal berbau k-pop. Dia akan mencoba berbagai hal demi menarik perhatian Shaula.

Setelesai dengan kegiatannya itu, Bara langsung mengirim video cover-nya ke Shaula.

Bara :

‘Lo suka k-pop kan?’
‘Gue nyanyiin khusus buat lo.’

Shaula menerima pesan itu, gadis itu menatap apa yang Bara kirim dengan wajah datar, suaranya bagus dan memang Shaula sering mendengarkan lagu ini. Tapi buat apa? Dia tak tertarik soal apa pun tentang Bara sekarang.

Bara bisa melihat kalau pesannya dibaca, namun tak ada balasan, dengan sabar dia menunggu balasan dari Shaula.

Bara :

‘Gimana?’
‘Suka?’
‘Kalau suka biar gue bikinin banyak-banyak.’

Shaula menghela napasnya sendiri membaca itu, apa Bara benar-benar tidak peka atas segala penolakannya.

Shaula :

‘Jangan kirim lagi, atau nomor lo gue blokir.’

Sadis, memang sulit jika jatuh cinta sendirian, seharusnya Bara sadar diri, bukan sosok sepertinya pasti yang bisa menaklukan hati seorang Shaula.

Bara :

‘Salah gue apa sih?’
‘Benci banget lo kayaknya.’

Shaula :

‘Salah lo karena lo selalu muncul dalam pikiran gue!’
‘Dan itu mengganggu!’

Padahal tadi kemarahannya sudah sampai di ubun-ubun, kini Bara malah tersenyum tidak jelas membayangkan kalau di berputar-putar di kepala Shaula. Kalau itu alasannya dia malah senang.

Bara :

‘Gitu ya.’
‘Oke deh, selamat sore Shaula.’

Aneh bukan? Ya bagaimana bisa Shaula begitu saja melukapan segala keanehan ini? Tentu tidak bisa!

***

Tidak selesai sampai dirinya mengirim cover lagu korea, kini Bara malah mengirimkan lagu-lagu Indonesia yang dia nyanyikan. Suaranya bagus, jadi Shaula tak kuasa untuk tak mendengarkan sampai habis. Anehnya suara cowok itu benar-benar bagus dan sopan sekali memasuki telinga Shaula. Tapi Shaula hanya mendengarkan, dia tidak akan mengapresiasi apa pun karena nanti Bara akan besar kepala.

“Katanya kamu putus sama Bara ya?” tanya Sani, setelah sekian lama keduanya tinggal bersama namun saling diam, kini mamanya memulai pembicaraan, kenapa harus soal Bara sih?

“Hmmm.”

Sani menatap Shaula, dia memang sudah tahu sejak awal Bara mungkin bukan anak baik karena penampilannya memang kelihatan urakan. Tapi keberadaan Bara di samping Shaula saat di titik terendah hidup itu menjadi poin penting kenapa dia tak pernah melarang Shaula berdekatan dengan Bara. Meski nakal, tapi Sani bisa merasakan sisi baik Bara dan segala ketulusan anak itu.

Sani mengangguk, dia juga tak mungkin ikut campur terlalu dalam, apalagi ini hanya masalah percintaan anak SMA. “Abang yang bilang.”

“Bocor emang tuh orang.”

“Bara jahatin kamu?” tanya Sani, selain dari dirinya sendiri, dia juga mendengar cerita dari Saqquil tentang betapa setuju dia jika Shaula dengan Bara.

Shaula diam. “Lebih dari sekedar jahatin.” Shaula mengatakan itu bukan tanpa alasan, menurutnya apa yang sudah Bara lakukan menorehkan rasa sakit yang tak bisa dia jelaskan, termasuk soal ciuman itu.

Sani menghela napas. “Padahal kelihatannya dia anak baik.”

Shaula tidak setuju, tapi sudut hatinya membenarkan. Bara memang baik, dia memberikan apa pun yang Shaula butuhkan. Dia selalu ada saat Shaula berada di tempat yang kurang menyenangkan. Sama seperti Shaula yang cahaya untuk Bara, Shaula juga menganggap Bara hal yang sama.

“Jangan cepat percaya, lagian kemarin cuma pacaran doang.”

“Tapi dia baik banget.”

Shaula menatap sang mama, semuanya sudah selesai antara dirinya dan Bara, apa pun pendapat mamanya semua itu tak akan merubah apa pun. Bara sudah kurang ajar dengan bertindak sesukanya dan itu sangat sulit untuk dimaafkan.

Ting!

Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Shaula, Sani sempat membaca nama pada kolom chat yang muncul di layar ponsel.

“Katanya putus.”

“Mama kepo deh!” Shaula bangkit dari posisi duduknya berjalan meninggalkan sang mama menuju ke kamar, lah memangnya mantan tak boleh saling berhubungan baik?

Shaula menutup pintu kamarnya, sepertinya untuk yang kesekian kali dia perlu berbicara dengan Bara, tentang hubungan mereka dan apa arti kata selesai yang sudah sering Shaula katakan.

“Hallo cantik.”

Jangan lupakan fakta bahwa Bara adalah buaya darat yang semua yang keluar dari mulutnya kebanyakan omong kosong. Shaula meringis mendengar itu, bisa-bisanya di saat seperti ini masih berusaha menggombal.

“Udah ya Kak.”

“Duh suka banget kalau dipanggi Kakak gini.” Entahlah padahal bukan itu inti yang ingin Shaula sampaikan tapi selalu saja menjadi aneh jika ditanggapi Bara.

“Gue serius.”

“Iya.”

“Udah ya, kita udah putus, jangan lagi berusaha memperbaiki segalanya karena segalanya udah selesai.”

“Selesai menurut kamu bukan menurut aku.” Bara tentu masih bertahan dengan keputusannya, memiliki Shaula bukan pekara mudah, jadi jangan harap dia akan mudah melepaskan gadis itu.
“Bar...”

“I love you.”

“Nggak!”

“Kamu sering bilang sakit banget ditinggalin La.”

“Kali ini gue yang ninggalin,” ujar Shaula.

“Dan aku nggak mau kamu pergi!”

Bahu Shaula yang semula tegak meluruh begitu saja, berdebat dengan Bara adalah kesia-siaan karena cowok itu tak akan pernah mau kalah.

“Sekalipun mungkin nanti kamu bukan milikku, atau aku bukan milikmu percayalah aku akan selalu ada di sini, kembali kalau kamu merasa perlu kembali.”

Shaula seperti tertampar sesuatu tak kasat mata, dulu dia bisa sangat mencintai seseorang yang tidak mencintainya. Dulu dia bisa sangat baik memperlakukan Arsen, walaupun Arsen tak melakukan hal yang sama, tapi kenapa dia tidak bisa baik dengan Bara? Padahal Bara sudah memperlakukannya dengan sangat baik.

“Udah ya, aku mau nyuci mobil dulu.”

“Katanya cuma punya motor.” Sempat-sempatnya dia memprotes Bara.

“Emang aku ada bilang aku punya? Aku punya beberapa pekerjaan sampingan La.” Dan Bara masih bertahan dengan segala kemisteriusannya.

Shaula hanya mengangguk.

“Semangat!”

***







Shaula's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang