15. Warna untuk Bara

26 12 4
                                    

Dunia Bara sedang berbunga-bunga, ada kebahagiaan tersendiri ketika akhirnya sosok Shaula menjadi pacarnya. Baru pacar memang, tapi semoga ini langkah awal mereka untuk sampai di gerbang pernikahan suatu saat, amin saja dulu, urusan terjadi atau tidak itu urusan yang kuasa. Manusia hanya bisa berencana tapi Tuhan yang menentukan, tapi nanti Bara akan sedikit memaksa Tuhan untuk membuat mereka bersama selamanya.

Malam ini Bara sudah bersiap dengan kemeja flanelnya, ini akan menjadi malam pertama dia apel ke rumah Shaula. Sekarang dia dipusingkan dengan pemikiran harus membawa apa ke rumah Shaula?

Bara mencari di internet apa yang kira-kira wort it untuk dibawa dalam kencan pertama, bukan kencan pertama sih, mengunjungi rumah pacar untuk pertama kali mungkin lebih tepatnya.

Bunga lumayan banyak disarankan, Bara melihat ke sekeliling kos-kosannya, ada beberapa tanaman di halaman, sampai pandangannya jatuh pada sebuah mawar merah. Bara berpikir sejenak setelah itu melanjutkan langkah dengan menyambar bunga mawar yang tadi dia lihat.

Paling-paling juga milik ibu kos, nanti Bara tinggal minta maaf atau membelikan ibu kosnya seblak, entahlah usianya memang sudah lumayan tapi ibu kosnya itu masih menyukai makanan yang biasanya hits di kalangan remaja putri tersebut.

Ini bukan yang pertama untuk Bara, namun karena ini adalah Shaula sepertinya malam ini akan menjadi sangat berkesan, tidak mudah meluluhkan Shaula dan Bara tidak ingin gagal memperlakukan cewek itu dengan baik. Berbekal bunga mawar merah menyala yang dia ambil sembarangan kini Bara turun dari motor berjalan ke pagar rumah Shaula.

Dengan santai dia menekan bel yang ada di sana.

“Bukain,” perintah sang Mama, kebetulan Shaula baru turun dari lantai dua, ya karena dia juga tak harus membangkang perkataan mamanya dia menurut saja.

Shaula membuka pintu rumah dan mendapati sosok Bara melambaikan tangannya dari luar pagar. Shaula sedikit membelalakkan matanya, mau ngapain cowok itu?

“Ngapain?” tanya Shaula, ya meski sedikit heran dia tetap memakai sendalnya berjalan menuju pagar.

“Ya mau dateng aja, hari ini kan hari pertama kita.”

Shaula menatapnya aneh, ya bagaimana tak aneh kalau tiba-tiba nada bicara Bara selembut ini? Benar-benar sangat bukan Bara.

“Siapa La?” Sani yang kepo karena anaknya tak kunjung masuk rumah akhirnya ikut keluar.

“Temen,” jawab Shaula dan jawaban itu cukup mampu membuat ekspresi wajah Bara berubah, baru satu hari dan dia tak mendapatkan pengakuan.

“Hallo Tante.” Tanpa menunggu Shaula mempersilakannya, Bara langsung nyelonong mendekat ke teras kemudian menyalami tangan Sani.

Sani mengangguk dan membalas sapaan Bara dengan senyuman.

“Ngapain bawa-bawa bunga begitu?” tanya Sani heran, mungkin wajar kalau yang dibawa bocah remaja itu adalah buket, tapi ini adalah bunga mawar lengkap dengan potnya.

“Oh ini untuk Shaula, mau kan La?” Bara menyodorkan bunga tersebut ke Shaula.

Gadis itu menghela napas, kapan sih Bara sadar diri kalau dia itu aneh? Selalu out of the box, sulit menebak jalan pikirannya. “Nggak mau!” tolak Shaula mentah-mentah, ya untuk apa juga? Dia kurang suka bercocok tanam.

“Yaah, Tante mau?” tanya Bara, tak mungkin juga tanaman itu dia bawa kembali ke kosan, bahkan tamanan itu sudah tampak lemas sekarang karena diterpa angin di sepanjang perjalanan Bara menuju rumah Shaula tadi.

Sani lantas mengangguk antusias, berbeda dengan Shaula yang tak suka bercocok tanam dia sangat menyukai hal tersebut. “Mau banget.” Sani langsung mengambil alih bunga mawar beserta potnya dari tangan Bara.

Shaula's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang