Malam itu juga Bara langsung mengangkut barang-barangnya, meletakkan beberapa barang di gudang sementara dia akan tinggal di dalam tenda seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Shaula hanya memantau dan sesekali ikut membantu meletakkan beberapa barang.
“Udah jam setengah dua belas,” adu Shaula.
“Lo ngantuk? Kalau ngantuk ya udah duluan aja sana turun,” ujar Bara.
“Iya nih.”
Bara mengangguk. “Tapi tunggu deh.”
Shaula kembali menghentikan langkahnya, dia melihat ke arah Bara, cowok itu tampak keluar dari dalam tendanya, berjalan mendekat ke Shaula kemudian memberikan pelukan untuk Shaula.
“Jangan sedih-sedih lagi ya, jangan lupa tidur nyenyak.”
Setelahnya dia melepas pelukan seiring dengan senyum cerah yang dia berikan. Shaula mengangguk, agak terharu sosok urakan seperti Bara memberikan pesan manis seperti itu.
Bara menepuk puncak kepala Shaula dan membiarkan Shaula meninggalkannya untuk beres-beres di atap. Saat Shaula meminta izin pada mamanya agar Bara boleh tinggal di rooftop, mamanya malah menawarkan Bara untuk tinggal di dalam rumah bersama mereka karena memang di rumah itu tidak ada laki-laki karena Shaquille sendiri kuliah di luar kota. Tapi sebagai cowok gantle yang sangat menghargai perempuan, Bara memilih menolak dan berdalih kalau dia tinggal di atas, dia tetap bisa memantau Shaula dan keluarga.
Hanya diberi izin tinggal di sana saja Bara rasanya sudah sangat bersyukur, apalagi kalau diterima menjadi menantu. Eh!
Shaula sulit menyembunyikan senyumnya saat berjalan menuruni tangga menuju lantai dua rumahnya. Pesan dari Bara terngiang-ngian di kepalanya, dulu Bara selalu membual dan mengeluarkan omong kosong, tapi sekalinya memberi pesan rasanya pesan itu sangat membekas di hati Shaula.
Bara :
‘Jangan lupa mimpiin cogan.’
‘Yang tak lain dan tak bukan adalah gue sendiri.’
‘Selamat tidur cantik.’Bahkan Shaula baru sampai kamar tapi sudah mendapat pesan itu. Ah jangan bilang dia jatuh cinta lagi, risikonya agak mengerikan kalau sampai jatuh cinta pada sosok seperti Bara, dia akan selalu dengan mudah membuat Shaula jatuh cinta, tapi belum tentu mau bertanggung jawab atas perasaan itu.
Shaula :
‘Iya jelek!!’***
Bangun pagi seperti biasa langsung mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah, memulai hari dengan berdoa, ini sedikit berbeda sih karena biasanya Shaula memulai hari dengan mengeluh. Kebetulan tadi malam Bara menghiburnya dan itu sedikit membuat perasaan Shaula menjadi lebih baik. Gadis itu menuruni tangga menuju lantai satu untuk sarapan bersama dengan mamanya, tapi ternyata mamanya sudah rapi dengan seragam kerjanya, sekarang mamanya bekerja menjadi koki di salah satu hotel milik rekan kerja papanya dulu.
“Ciee...” ledek Shaula, berhari-hari dia melihat mamanya sangat kusut tapi belakangan semenjak Saquille mengizinkannya bekerja, wajahnya tampak lebih ceria, dia juga sering bercerita pada Shaula tentang betapa menyenangkan tempat kerjanya.
Sani mencium pipi Shaula. “Hari ini kita nggak sarapan bareng ya, Mama buru-buru, kamu sarapan aja sama Bara sana, Mama berangkat dulu.” Kurangnya itu, waktu mamanya jadi terbatas ketika bersamanya. Shaula hanya mengangguk melepas kepergian mamanya.
Ngomong-ngomong soal Bara, apa kabar cowok itu di atas sana? Oke, karena pasti Bara tidak memiliki stok makanan maka Shaula akan memberinya sarapan pagi hari ini. Shaula membawa dua piring berisi sandwich dan salat sayur ke atas sana. Begitu Shaula sampai ternyata Bara juga sudah siap-siap.
“Lo mandinya gimana?” tanya Shaula sembari meletakkan dua piring yang dibawanya.
“Di kamar mandi yang dibelakang itu.”
“Emangnya Mbak nggak nyuci?” tanya Shaula, karena kamar mandi di belakang sana yang terpisah dari rumah biasanya digunakan untuk mencuci dan melakukan kegiatan dapur lainnya.
“Nggak tuh.” Setelah memasukkan beberapa buku ke dalam tas Bara ikut bergabung duduk bersila dengan Shaula, pagi-pagi mereka sudah camping bertemankan embun pagi.
“Enak deh kalau gini, berasa simulasi suami istri.”
“Mulai besok udah harus stok makanan lo!”
“Kata Mama aja boleh ambil di kulkas!”
Shaula sepertinya melupakan fakta kalau mamanya sangat peduli dengan Bara, bahkan mungkin mamanya itu menganggap Bara anaknya sendiri sekarang.
“Udara dingin, cewek cantik, sarapan sehat. Sempurna!” Bara mulai membual lagi, agak membosankan tapi paling tidak sarapan mereka tak begitu garing.
“Kek gue tau gue cantik, tapi nggak harus lo sebut terus,” ujar Shaula agak jengah, dia sendiri sudah tahu dirinya luar dan dalam, Bara tak perlu memperjelas semuanya begitu.
“Ya udah sih menurut gue lo cantik! Titik! Ah cium juga nih!” Bara main nyosor aja, beruntung Shaula yang sigap langsung menghalau bibir kurang ajar milik manusia yang sama kurang ajarnya.
“Gue usir lo!”
Bara tertawa mendengar itu. “Canda sayang.”
“Sayang-sayang, pala lo peyang!”
***
Dan meski sudah berantam-berantam manja di atap sepagi ini keduanya tetap berangkat sekolah bersama, tentu Shaula terlalu malas mencari kerndaraan umum. Sementara ada Bara yang selalu setia dan sangat ingin berbonceng dengan Shaula.
Keduanya sampai di sekolah, meski sudah berbonceng manja pula, tetap saja Bara masih bertingkah menyebalkan, dia diam saja saat Shaula berjalan lupa melepas helm.
“Kok lo diem aja sih?!” Shaula melempar helm ke tubuh Bara yang tidak kena karena cowok itu mengelak.
“Ya lo ngapain mikirin gue terus sampe lupa lepas helm?” tanya Bara balik.
“Pede anjing!”
“Kok kasar sayang!”
“Gue bukan sayang lo!”
“Lo bukan sayang gue, tapi gue tetep sayang sama lo!” Bara menekankan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya membuat keduanya menjadi pusat perhatian sepagi ini, termasuk perhatian Zian yang baru saja memarkir motornya tak jauh dari motor Bara.
Shaula sudah berjalan meninggalkan Bara tanpa peduli dengan apa pun yang cowok itu katakan, sementara Bara menoleh menatap Zian.
“Calon istri gue tuh,” ujar Bara seenaknya.
Zian berusaha terlihat biasa saja, meski agak nyesek karena melihat mantannya sudah berboncengan dengan cowok lain padahal baru putus kemarin, Zian berusaha untuk tak terusik dengan keberadaan Bara. Dengan satu tangan masuk ke dalam saku dia berjalan cepat berlalu dari hadapan Bara, menurut Zian sosok seperti Bara tidak akan pernah mau kalah, dari tampilannya kelihatan sangat haus pengakuan.
Bara sendiri mengedikkan bahu, dia hanya senang melihat seseorang merasa kalah dari dirinya, dia harus selalu lebih unggul dari orang lain, tapi memang itu fakta bahwa dia memang lebih unggul. Pada siapa pun Shaula menjalani hubungan, nyatanya dia tetap kembali ke Bara. Meski tidak menjadi pasangan, tapi Shaula tak pernah menolak kenyamanan yang Bara tawarkan.
***
Nggak bisa banget kalau nggak ada notif. Ramein napa guys!
![](https://img.wattpad.com/cover/268053766-288-k380000.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaula's Story
Teen FictionShaula bertemu dengan Bara saat cowok itu menghajar temannya. Sebenarnya tak ada yang spesial dengan pertemuan itu, tapi karena Bara merasa tertarik dengan Shaula, dia menghubungi Shaula duluan. Dari ketertarikan itu Bara terus berusaha mendekati S...