23. Sosok Orang Lain

20 10 3
                                    

Hari ini Bara lebih bahagia dari sebelumnya, kenapa? Tentu saja karena respons baik Shaula saat dia telepon tadi malam. Dia agak merasa percaya diri dengan dirinya sendiri, mungkin apa yang sebelumnya berantakan bisa lebih baik lagi hari ini. Dia memang ganteng, jadi ya tak perlu memperbaiki apa pun, hanya perlu datang dan menghadap Shaula. Dia mempersiapkan beberapa hal untuk kembali menyatakan perasaannya, untuk kembali memperbaiki semua hal bersama Shaula. Ribuan kata maaf, Bara sudah yakin itu tidak akan mempengaruhi Shaula, dia tetap tak akan mendapat maaf dari gadis itu. Maka dia akan memperbaiki dulu citranya di hadapan Shaula, setelah itu kembali menjalin hubungan dengan baik.

Lucu, saat dia menyatakan perasaannya waktu itu dia sama sekali tak mempersiapkan apa pun kecuali dirinya sendiri, kini Bara malah melakukan effort lebih dengan mempersiapkan sesuatu hanya untuk menembak Shaula yang kedua kalinya.

Sementara Shaula yang pagi ini bangun kesiangan berjalan cepat menuruni tangga menyalami tangan mamanya dan langsung naik ke boncengan ojol yang baru sampai di depan rumahnya. Sampai di sekolah ternyata dia belum terlambat itu membuatnya menghela napas lega, gadis itu berjalan menyusuri koridor menuju ke kelasnya, dia melihat Bara dan tak menaruh curiga meski pagi-pagi cowok itu sudah di sana, padahal kelas mereka menempati lantai yang berbeda, kelas Bara ada di lantai dua.

“La tolongin gue,” ujarnya membuat Shaula refleks menghentikan langkahnya.

“Ada apa?” Shaula menatap cowok di depannya panik, sama sekali tak menaruh curiga padahal Bara selalu dengan kelakuan anehnya.

“Ambilin buku ekonomi gue di jok motor dong, ini kuncinya.” Bara menyerahkan kunci motornya pada Shaula.

“Hah?”

“Tolong ya, gue mau ke kamar mandi dulu.” Bara mengelus perutnya dramatis, Shaula berdiam diri, lima menit lagi bel pasti akan berbunyi, maka artinya dia harus segera mengambilkan buku Bara. Shaula menghentakkan kakinya sekali karena kesal, bisa-bisanya sudah menjadi mantan Bara masih saja menyusahkannya. Shaula berlari kecil kembali ke parkiran, dalam waktu yang tinggal lima menit ini dia harus bisa mengambil buku Bara mengantarnya ke kelas cowok itu setelah itu menuju ke kelasnya sendiri.

Buru-buru Shaula memasukkan kunci dan membuka jok motor Bara, dia langsung terdiam saat tak menemukan sebuah buku ekonomi di sana, matanya malah tertuju pada susunan bunga yang di tengahnya ada tulisan ‘I Love You’ kemudian terdapat beberapa batang coklat di sana. Bahunya meluruh, seluruh ketegangan menguar begitu saja, apa lagi ini? Semua yang Bara lakukan sekarang serasa seperti sebuah omong kosong, apa kali ini dia juga masih bercanda?

Ting!
Sebuah pesan masuk ke ponsel Shaula.

Bara :

‘Udah lihat?’

Shaula tertawa, bisa-bisanya, terbuat dari apa kepala Bara hingga bisa memikirkan ini semua, aktingnya sangat natural pula tadi.

Shaula :

‘Sumpah ya, gue nggak punya waktu buat ini semua.’

“La!”

Shaula berbalik dan Bara langsung memeluk tubuh itu.

“Kalau lagi capek itu cerita La, kalau lagi bosen mungkin kita hanya harus nggak ketemu dalam beberapa waktu, kalau lagi ada masalah mungkin yang kamu butuhin cuma bahu aku, bukan hubungan ini yang harus selesai.” Bara membelai belakang kepala Shaula, siapa peduli keduanya masih di sekolah? Bara hanya ingin semuanya baik-baik saja, dia tak pernah ingin ada yang selesai antara dirinya dan Shaula.

“Cowok kayak lo pasti udah punya yang baru kan?”

“Mana ada!”

Shaula melepaskan dirinya dari Bara. “Gue mau berhenti percaya.”

Shaula's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang