Dulu saja Bara selalu menemukan cara untuk dekat dengan Shaula meski mereka tak tinggal di tempat yang berdekatan, apalagi kini, sepertinya setiap hari, hari-hari yang akan mereka lalui mungkin akan dilalui bersama. Apalagi sekarang Shaula selalu sendiri di rumah, mamanya sibuk kerja untuk setidaknya melupakan papanya yang telah pergi untuk selamanya.
Seperti siang ini, keduanya menikmati ayam geprek di depan tenda Bara. Jadi meski mamanya memasakkan banyak orang, tapi Shaula malah banyak membeli makan di luar. Tapi tak masalah, dia tak akan mempermasalahkan itu, asalkan mamanya bahagia, Shaula akan ikut bahagia.
“Kapan-kapan naik gunung yuk,” ajak Bara.
“Random banget pikiran lo!”
Bara tertawa, dia baru saja membayangkan mereka mendaki dengan Bara yang mengorbankan dirinya membawa semua beban. Menikmati sunset dan sunraise, kelelahan bersama sepertinya menyenangkan.
“Tapi lo ada niatan nggak buat kayak gitu?”
“Gitu gimana?” Dan pertanyaan Bara dijawab pertanyaan pula oleh Shaula.
“Main ke alam.”
“Ada sih kalau ada temennya.”
Bara menipiskan bibirnya. “Gue adalah temen hidup lo, tenang aja akan gue usahakan keliling dunia bareng.”
Shaula memanyunkan bibirnya meremehkan Bara, sekarang saja cowok itu sering bolos, tidak terlalu mementingkan sekolah, bagaimana mau keliling dunia?
“Dih nggak percaya?” tanya Bara.
“Nggak!”
Bukannya tersinggung Bara malah terbahak, iya sih dia sendiripun tidak tahu bagaimana hidupnya kedepannya. Tidak punya orang tua, dia sudah kehilangan satu privillage karena itu, memutuskan hidup sendiri jauh dari kota kelahirannya, sampai saat ini juga dia tidak tahu keberadaan sanak saudaranya. Entahlah dia akan memutuskan cepat mati, atau tetap melanjutkan kehidupan meski sulit.
“Iya sih, soalnya hidup gue buruk banget.” Tiba-tiba saja ekspresi wajah Bara berubah, sekarang jadi lebih serius dan seperti tambah beban.
Kini Shaula yang menatapnya. “Tapi kalau lo ngizinin gue buat temenin, gue nggak janji, tapi gue mau nemenin lo sampe sukses.” Tulus sekali bukan? Memberi tempat untuk tinggal, meluangkan waktu untuk menjadi teman, sesosok yang bisa diajak membahas apa pun. Seharusnya semua itu sudah cukup menjadi pegangan Bara untuk menghargai keberadaan Shaula, bukan?
Bara sampai terdiam mendengar penuturan Shaula, bahkan mungkin orang-orang yang mengenalnya tidak akan ada yang percaya kalau dia akan sukses suatu saat, ternyata ada seorang gadis yang mau menemaninya. “Lo yakin?”
Shaula mengangguk.
“Gue sendiri nggak yakin sama diri gue,” ungkap Bara, kesuksesan seperti apa yang dia harapkan? Dunia banyak kali menyakitinya dan rasanya sudah cukup untuk membuat Bara berhenti berharap, soal apa pun itu.
“Sekalipun lo nggak yakin, gue akan tetap yakin.” Shaula berujar mantap, dia selalu punya feeling yang baik tentang kehidupannya kedepan, begitu juga dengan kehidupan orang di sekitarnya. Bara saja tak menyerah mendekatinya, cowok itu juga pasti tak akan menyerah dengan cita-citanya.
“Lo sempurna di mata gue, La.”
“Lo juga the best di mata gue.”
Keduanya saling menatap, lama dan dalam, sampai perlahan wajah Bara mendekat tapi Shaula sigap menahan leher cowok itu. “Jangan ngarep!!”
***
Malam ini Saula bersiap dengan berbagai amunisi untuk menonton drama korea bersama Bara tentunya. Siapa lagi temannya kalau bukan Bara? Gadis itu membawa nampan berisi kentang goreng, nugget, juga beberapa cookies. Untuk minumannya hari ini dia memilih jus jambu biji.
“Apa nih?” tanya Bara saat Shaula merangkak masuk ke dalam tendanya, sudahlah sempit, Shaula membawa beberapa barang pula.
“Mau nonton drakor, temenin ya,” pinta Shaula.
“Apa sih yang nggak buat lo!” kata Bara, padahal sebelumnya dia sudah ada janji dengan temannya untuk kumpul malam ini memblokir jalanan atau setidaknya mengompas orang-orang yang sedang pacaran.
Shaula kemudian membuka laprtopnya, gadis itu bahkan sudah menyiapkan cok sambung, jaga-jaga kalau laptopnya kehabisan batrai.
Keduanya mengambil posisi tengkurap dengan laptop di hadapan mereka. Bara sendiri hanya mengikuti posisi yang Shaula lakukan.
Film pun terputar, seperti biasa awal-awal adalah pertemuan si tokoh utama dengan tokoh utama lainnya. Meski sebenarnya kurang suka berdiam diri sambil menatap layar begini, Bara tetap berusaha menikmati tontonannya.
“Ganteng banget gila!” Shaula mulai mengomentari penampilan si tokoh utama pria.
Bara menatap lamat-lamat si laki-laki di dalam drama tersebut. Dia sendiri tak kalah ganteng dari laki-laki itu.
“Di Korea itu kayaknya enak deh, soalnya ke mana-mana suka naik bus gitu.” Shaula mulai bercerita.
Bara mengangguki celotehan cewek di sebelahnya.
“Terus jalan kaki juga, mini marketnya juga ada kayak jualin makanan, terus ada dudukannya di depan. Seru gitu buat nongkrong.”
“Ya udah nanti kita ke Korea,” putus Bara seolah dia sudah memiliki uang untuk itu sekarang.
Shaula hanya meliriknya, tanpa cowok itu, sudah sejak lama dia merencanakan untuk melancong ke negeri ginseng, sukur-sukur bisa bertemu oppa.
Keduanya kembali fokus pada tontonan mereka, sesekali baik Shaula maupun Bara mencomot cemilan yang sudah Shaula sediakan. Bara menoleh untuk memastikan gadis di sebelahnya, ternyata Shaula selalu berbahagia dengan cara yang sederhana, seperti menonton drama Korea sekarang ini. Perlahan senyum terukir di bibir cowok itu, bagaimana tidak jatuh cinta jika hal-hal sederhana mampu terlihat luar biasa di mata gadis di sebelahnya?
“I love you.”
Shaula menoleh lantas mengerjap-erjapkan matanya, ada apa gerangan ungkapan seperti itu diucapkan saat mereka tidak sedang memadu cinta.
Sangking tak tahu harus menanggapi bagaimana Shaula hanya mengangguk, mungkin Bara sedang kerasukan.
“Aku cinta kamu Shaula.”
“Kenapa sih?!” tanya Shaula merasa kalau ini agak aneh.
“Aku cinta, sayang dan mau kamu selalu bahagia.”
Shaula menempelkan telapak tangannya ke jidat Bara. “Sakit ya lo.” Suasana yang semula khusyuk fokus ke drama korea kini Shaula malah salah fokus ke Bara.
“Nggak.”
“Jangan aneh-eneh deh.”
Bara menempelkan bibirnya ke pipi Shaula, mencium cewek itu yang tiba-tiba saja diam tak berkutik di tempatnya. Lama, penuh penghayatan dan Bara benar-benar berusaha meyakinkan Shaula dengan ciumannya itu.“I love you, more than everything i have.”
Shaula menelan ludahnya sendiri, di matanya Bara adalah manusia konyol dan sangat mengejutkan saat dirinya bertindak serius begini.
Shaula menggeleng.
“Jawabannya harusnya cuma sesimpel, I love you too, Shaula!”
***
Jangan pada diem aja ya! Komen! Vote!
Biar semangat awak wkwkwk

KAMU SEDANG MEMBACA
Shaula's Story
Teen FictionShaula bertemu dengan Bara saat cowok itu menghajar temannya. Sebenarnya tak ada yang spesial dengan pertemuan itu, tapi karena Bara merasa tertarik dengan Shaula, dia menghubungi Shaula duluan. Dari ketertarikan itu Bara terus berusaha mendekati S...