Chapter 1

742 73 15
                                    


Flashback

"Sampai kapan kau akan seperti ini, Krist. Kenapa kau selalu membuat kami bingung dengan tingkahmu" . Ucap seorang wanita paruh baya dengan sedih.

Krist hanya menundukkan kepalanya, tak berani menatap wanita kesayangannya itu.

"Tidak bisakah kau meniru kakakmu? Dia bahkan ingin melanjutkan studinya ke luar negeri sekarang. Sedangkan kau, setelah lulus dari sekolah. Dan kau malah membuang waktumu untuk bersantai. Kami pun tetap menyetujui keputusan tidak bergunamu itu" lanjut Pho Krist.

Krist mendongakkan kepalanya. "Selalu kalian membandingkan aku dengan Phi. Semuanya tentang Phi. Bisakah kalian memandangku sebagai diriku sendiri? Aku tak mau berkuliah saat itu karena aku tidak mau memilih jurusan kedokteran Pho ! Itu bukan keinginanku. Tapi kalian tetap memaksaku kan" . Ucap Krist dengan nada agak tinggi.

"Memangnya masa depan apa yang bisa kau raih dengan jurusan yang kau pilih sekarang? Tidak ada Krist !" Sentak Pho Krist. Sedangkan Mae Krist hanya bisa menatap kedua pria itu yang sedang berseteru. Sungguh beliau tidak bermaksud untuk membandingkan Krist dengan kakaknya. Jika ada King disini mungkin dia bisa melerai pertengkaran ini.

"Nak, Mae dan Pho tidak bermaksud membandingkanmu dengan King. Namun tidak dengan ikut bermusik di jalanan seperti tadi. Bagaimana jika ada teman Mae atau Pho yang melihat-" . "Jadi ini karena Mae dan Pho takut reputasi kalian hancur? Mereka bukan hanya sekedar pemusik jalanan, mereka hanya menyalurkan bakat mereka. Mereka bukan pengemis Mae" Krist memotong ucapan ibunya.

Memang Ayah Krist adalah pemilik perusahaan otomotif ternama di Thailand, sedangkan Ibunya adalah pemilik butik terkenal yang bahkan seluruh kolega dan pelanggannya banyak dari kalangan atas. Mulai dari Selebriti hingga kalangan teratas.

"Pho bahkan merendahkan jurusan yang aku pilih. Apa masa depan yang Pho maksud hanya tentang uang, uang dan uang?? Aku hanya menyukai musik dan seni. Apa hanya karena itu aku pantas direndahkan oleh orang tuaku sendiri?? Bahkan aku bisa masuk di Rangsit karena beasiswa yang aku dapat, tanpa koneksi dari Pho seperti yang Pho lakukan pada Phi King. Apa kalian tidak ada secuil rasa bangga terhadapku?? Apa sebenarnya aku ini bukan anak kalian??".

Plakkk

Tamparan mendarat tepat di pipi kiri Krist. Krist memegang pipinya yang memerah akibat ditampar sang Ayah.

"Aku sudah mengijinkanmu untuk mengambil jurusan itu. Bahkan membiayai kebutuhan kuliahmu sehari-hari. Lancang sekali kau mengatakan hal itu padaku! Jangan membuatku menyesal karena sudah mengeluarkan uang untuk biaya kukiahmu" Ucap Ayah Krist dengan menunjuk muka Krist

Ibu Krist hanya bisa menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Tidak menyangka jika suaminya akan murka sedemikian rupa pada Krist. Krist hanya memandang Ayahnya dengan perasaan kecewa dan mata berkaca-kaca.

Bersamaan dengan itu King masuk ke dalam rumah. Terdiam melihat Ayahnya yang menampar Krist. "Pho, ada apa ini. Kenapa pho menampar Krist" .

Belum sempat sang Ibu menjawab. Krist menyahut, "Jadi aku seperti beban untuk Mae dan Pho. Begitu? Baik. Aku akan keluar dari sini. Dan membuktikan aku bisa hidup tanpa sokongan uang dari keluarga ini. Agar Pho hanya bisa membanggakan Phi King tanpa harus terbebani olehku" ucap Krist dan berlari menuju kamarnya di lantai dua.

Ibu dan King sontak terkejut mendengar kalimat yang dilontarkan Krist. Sang ibu berusaha mengejar Krist keatas.

"Krist, dengarkan Mae. Tolong jangan dengarkan ucapan Pho. Pho hanya sedang emosi sayang. Mae mohon jangan pergi"

(Singto-Krist) - PILIHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang