"Jadi Phi kekasih kakakku?" Tanya Jane dengan semangat. Ya, setelah tadi mereka mendapatkan petuah dari Tuan Bonrod. Jane yang mencuri dengar merangsek ke kamar Singto.
Sekarang Singto sedang berada di ruangan kerja Tuan Bonrod membicarakan tentang perusahaan. Sedangkan Jane mengajak Krist masuk ke kamarnya. "Jangan panggil aku Phi. Kita ini seumuran". Jane cemberut mendengarnya,"tapi kau akan menikah dengan kakakku. Jadi aku harus sopan padamu. Dan memanggilmu Phi" . Krist tersenyum mendengarnya. "Masih terlalu jauh untuk menikah"
Jane tertawa,"sekarang menikah pun tak apa. Aku malah bahagia sekali" ujar Jane bersemangat. Krist tertawa, "kau ini, kakakmu masih punya seorang istri. Mana bisa menikah denganku hmm" ucapnya sambil mengusak rambut Jane.
"Aku lebih menyukai kau yang menikah dengan kakakku. Daripada harus wanita ular itu. Kau itu baik, suka tersenyum. Dan kau bisa membuat Pho suka padamu. Ah maaf juga soal itu na Phi. Aku membuatmu salah paham pada Phi Singto daritadi". Krist tersenyum, "Tak apa, aku saja yang berlebihan dalam berpikir. Kenapa kau sangat membenci kakak iparmu sendiri hmm"
"Dia itu jahat. Sejak pertama kali dia pulang kesini dia menganggap dirinya seperti ratu. Menyuruhku ini dan itu. Bahkan maid banyak yang dibentaknya dan dimarahi habis-habisan jika melakukan kesalahan-kesalahan kecil. Sudah seperti nenek sihir". Jane menjelaskan sambil menggebu. Namun setelahnya dia tertunduk, "tapi bukan itu saja. Karena perbuatan dia Pho sempat mengalami stroke ringan. Saat itu duniaku terasa hancur. Meskipun Pho bukan ayah kandungku. Tapi aku sudah menganggapnya seperti ayahku sendiri. Dan kau tau Phi. Dia pernah membentak Pho sekali, tapi Pho tak pernah bercerita pada Phi Singto. Hanya aku yang mengetahuinya. Aku sudah membujuk Pho untuk bilang saja pada Phi Singto. Tapi Pho melarang"
Krist melebarkan matanya. Membentak Pho dan Singto tidak tau. Perempuan bernama Namtan ini memang sungguh keterlaluan. Dia jadi teringat jika Namtan punya hubungan khusus dengan kakaknya. Apa dia harus mengatakan saja yang sebenarnya pada Singto. Dan juga pada kakaknya.
Krist mengusak lembut rambut Jane. "Kau tak perlu sedih lagi. Phi-mu sudah punya rencana untuk membongkar semua kebusukan kakak iparmu. Aku mungkin juga memiliki posisi yang salah disini. Aku menjalin hubungan dengan orag yang sudah berumah tangga". Jane memegang tangan Krist erat dan menggeleng keras. "Phi tidak salah, disini Phi Singto yang menyukai Phi Krist duluan. Bukan Phi Krist yang menggoda Phi Singto. Jadi mungkin ini takdir Phi Singto yang bisa bertemu denganmu". Jane memeluk Krist dari samping. "Terimakasih na Phi. Sudah mau hadir di dalam hidup Phi-ku". Krist membalas pelukan Jane. "Aku juga berterimakasih karena keluarga kalian mau menerimaku"
.
.
.King mengantarkan Namtan pulang. Di dalam mobil mereka hanya saling diam. Tidak ada lagi keramahan yang ditunjukkan oleh King. Dia sudah menjadi orang yang berbeda.
"Ingat kau harus segera menggagalkan rencanamu untuk menyebar rumor itu hmm" ucap King pelan namun menusuk.
Namtan melirik King sekilas. "Kenapa kau jadi memihak pada jalang itu, King" ucap Namtan sinis.
"Tidak perlu banyak bertanya, turuti saja semua perintahku dan jadilah anak manis. Atau aku akan mengatakan semuanya pada Singto tentang malam ini" ancam King pelan.
"Kau pikir aku takut dengan ancamanmu. Kau tak punya bukti apapun King !" Ucap Namtan tanpa rasa takut. Bahkan dia berani menunjuk wajah King dengan telunjuknya.
King tertawa kencang. Namtan bingung melihatnya. Apa ada yang lucu dari perkataannya. "Kau bodoh atau apa hmm. Kau tau kan jika seluruh ruangan di apartemenku memiliki–"
Namtan memucat. Benar-benwr pucat. "Kau tak mungkin menggunakan itu untuk senjata mengancamku kan King?" Tanya Namtan lirih. King tersenyum remeh. "Why Not. Lagipula ternyata aku sangat menikmatinya" ucap King sambil melihat tubuh Namtan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Namtan hanya bisa menahan rasa takut dan paniknya. Tubuhnya menegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Singto-Krist) - PILIHAN HATI
Teen Fiction[COMPLETED] Hanya berkisah tentang seorang Mahasiswa yang dikejar-kejar oleh Paman pemilik rumah tempatnya tinggal. Krist Perawat Sangpotirat seorang mahasiswa semester empat yang memutuskan untuk menempati salah satu kamar yang disewakan oleh pemi...