Singto sontak terkejut dan langsung berdiri dari duduknya.
"Sayang, kenapa berbicara seperti itu?",ucap Singto ingin memegang tangan Krist.
"Sayang kepalamu. Sudah kubilang jangan dekati aku. Jika statusmu masih menjadi suami orang lain. Dan sekarang lihat apa yang dilakukan oleh istrimu. Jangan sampai aku berlaku tidak sopan dengan yang lebih tua !" Omel pria manis itu.
Belum sempat Singto menjawab, Krist melanjutkan omelannya. "Kau yang selalu menggangguku. Kau yang mendekatiku duluan. Sedangkan aku tidak. Seharusnya istrimu memberi pelajaran padamu. Bukan padaku. Aku tidak tau istrimu itu seperti apa ya. Tapi jangan beraninya memfitnah orang seenaknya"
Singto terdiam sejenak, "Apa yang terjadi memangnya?" Singto memegang tangan Krist perlahan, "Sini, jelaskan padaku. Ada apa?"
Krist mengibaskan tangannya. "Kau tau. Ada seorang wanita yang mendatangi cafeku tempat bekerja. Mengatakan pada bosku jika aku bermain gila dengan suaminya. Siapa lagi jika tidak istrimu. Aku tidak pernah kenal dengan pria beristri. Kecuali dirimu Tuan Singto" Krist berucap dengan menatap tajam pada Singto.
Singto berpikir, 'Namtan kurang ajar'
"Aku jadi tidak bisa bekerja lagi. Karena istrimu itu dengan tidak tau dirinya mengancam akan menghancurkan cafe bosku jika aku tidak dikeluarkan dari sana. Sialan" umpat Krist. Tidak peduli Singto lebih tua darinya.
"Oke oke aku minta maaf. Aku akan bertanggung jawab akan segalanya. Bahkan menikahimu sekarang aku juga mampu Krist" . Singto kau ini sedang serius malah melamar Krisemua
Krist tentu saja melotot mendengarnya. Orang ini memang benar-benar sinting. "Kau gila ya. Siapa juga yang ingin menikah denganmu !""Krist, dengarkan aku. Aku menyukaimu. Itu bukan hanya sekedar candaan. Aku serius. Bahkan bukan hanya menyukai. Aku mungkin mencintaimu. Sekarang dengarkan, aku akan ceritakan semuanya. Selama ini kau hanya tau jika aku sudah menikah. Itu saja kan. Jadi mungkin kau akan tau alasannya setelah ini" ujar Singto menarik tangan Krist pelan.
Singto mendudukkan Krist di sofa kecil dalam kamarnya. Dia mulai menceritakan semuanya. Mulai dari perkenalannya dengan Namtan. Kejadian naas malam itu dan pernikahan yang terjadi setelahnya. Dan tentang keraguannya akan segala hal yang terjadi. Tujuannya tinggal disini untuk menyelidiki semuanya.
"Bahkan sampai sekarang pun aku aku tidak pernah menyentuhnya. Aku tidak sudi. Tapi aku tidak bisa menceraikannya begitu saja tanpa bukti yang cukup kuat" ujar Singto mengakhiri ceritanya.
Krist memicing mendengarnya. "Ini bukan akal-akalanmu saja kan. Agar aku mau kau dekati"
"Untuk apa aku berbohong Krist. Aku cukup lelah dengan semua ini. Kau tanyakan saja pada Earth. Dia yang tau segalanya. Dia yang melihat bagaimana tertekannya aku dengan semua ini. Bahkan ayahku sampai terkena stroke ringan saat itu". Krist melihat ekspresi Singto. Cukup jelas terlihat jika Singto benar-benar frustrasi memikirkan semuanya. Tapi apa bisa Singto dipercaya. Krist masih ragu.
"Jika kau tetap tidak percaya. Tak apa. Kau akan tau kebenarannya sendiri nanti seiring berjalannya waktu. Tapi tentang perasaanku padamu aku tidak bohong Krist". Singto memegang tangan Krist. "Aku benar-benar merasakan perasaan yang lain denganmu. Tak apa kau menganggapku lelaki bajingan karena sudah menyatakan perasaan pada orang lain disaat aku masih memiliki istri. Tapi aku tak pernah mencintainya. Bahkan pernikahan itu malah membuatku sengsara", drama tentu saja. Singto hanya ingin menambahkan sedikit bumbu agar Krist percaya padanya.
Sedangkan Krist hanya terdiam. Merasa iba dengan keadaan Singto. Dia kira Singto itu suami yang tidak tau diri. Tapi ternyata istrinya itu yang keterlaluan. Menyukai seseorang hingga menjebak orang itu agar bisa bersamanya. "Aku ingin lihat wajah istrimu" , pinta Krist pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Singto-Krist) - PILIHAN HATI
Teen Fiction[COMPLETED] Hanya berkisah tentang seorang Mahasiswa yang dikejar-kejar oleh Paman pemilik rumah tempatnya tinggal. Krist Perawat Sangpotirat seorang mahasiswa semester empat yang memutuskan untuk menempati salah satu kamar yang disewakan oleh pemi...