Chapter 32

382 55 3
                                    

Singto memberhentikan mobilnya didepan rumah sang Ayah. Sebelumnya dia sudah menghubungi beliau agar menunggu kedatangannya. Meskipun dia harus mendapat caci makian dari Jane karena apa yang terjadi.

Dia keluar dari mobil dan mengeluarkan semua barangnya dari bagasi. Dia memandang Namtan yang terdiam di kursi penumpang. "Kenapa kau diam saja disitu. Cepat turun" ucapnya pelan. Namtan memandang Singto lalu berucap, "Phi, bisakah kita tidak usah menginap. Aku benar tidak apa melakukan perjalanan pulang pergi dalam satu hari"

Singto membanting koper dengan agak kasar. "Jika kau tak ingin menginap. Aku akan mengantarmu pulang dan aku tak akan kembali ke rumah. Itu yang kau mau?" Tanya Singto pelan. Namtan. Hanya menggeleng . "Bisakah kau hargai ayahku kali ini" ucapnya lalu menyeret kopernya untuk memasuki rumah tanpa menunggu Namtan. Namtan yang tak mau Singto semakin marah hanya menurut mengikuti langkah Singto.

"Kalian sudah sampai" ucap Tuan Bonrod senang. Singto langsung memeluk sang Ayah sedangkan Namtan hanya memberikan salam kepada Tuan Bonrod. Ah, jangan lupakan Jane yang memasang wajah cemberut disana. "Kalian pasti lelah. Apalagi nak Namtan. Jane, antarkan kakakmu untuk beristirahat di kamar" ucap Tuan Bonrod yang hanya diangguki oleh Jane.

Jane dan Namtan tak pernah akur. Apalagi Jane yang berani mengejek ataupun menentang ucapan Namtan habis-habisan. "Kamarmu sudah dibersihkan. Jadi silahkan istirahat" ucap Jane datar setelah mengantarkan Namtan ke kamarnya. "Bantu aku mengangkat koper ini. Kau kan tau aku sedang hamil" perintah Namtan pada Jane dengan angkuh.

Jane hanya melebarkan matanya. "Tangan dan kakimu masih sehat kan. Lakukan sendiri. Yang hamil dirimu. Kenapa harus aku yang repot" ucapnya sambil meninggalkan Namtan sendirian.

Namtan mengumpati kelakuan Jane yang menurutnya kurang sopan padanya. "Bocah kurang ajar. Aku tidak akan betah disini !!", Ucapnya sambil membanting tas kecil yang dia bawa.

Jane yang turun kebawah menemukan Singto dan Tuan Bonrod sedang duduk di ruang keluarga pun langsung memborbardir Singto dengan makian. "Jika Phi Singto tidak cepat menyelidiki semuanya dan membawa Phi Krist kembali. Aku bersumpah aku tidak mau berbicara denganmu seumur hidupku !"

Tuan Bonrod hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sedangkan Singto langsung berdiri dan memegang tangan Jane. "Beri Phi waktu na. Phi janji akan mencari bukti dan membujuk Phi Krist untuk kembali". Jane hanya bisa mengusap kasar air matanya yang mulai turun. "Jane hanya mau Phi Krist. Dia kakak yang baik. Tidak seperti wanita jahat itu !" . Singto memeluk adiknya erat. "Jangan menangis

.
.
.

Krist menatap jalanan di luar mobil dengan gusar. Dia gugup setengah mati. King yang melihatnya hanya tertawa kecil. "Jangan gugup Kit. Mereka semua merindukanmu". Krist hanya tersenyum. "Aku takut Phi. Bagaimana kalau Pho lebih marah padaku" . King mengelus rambut Krist pelan. "Percaya pada Phi. Tidak akan"

Tanpa Krist sadari, mereka sudah sampai di depan rumah. King segera memasukkan mobilnya ke halaman. Dia keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Krist. "Ayo Krist. Phi akan menemanimu" ucapnya sambil mengulurkan tangan pada Krist. Krist menyambut uluran tangan itu pelan lalu mengikuti langkah King untuk masuk kedalam rumah.

Ibu Krist yang mendengar suara mobil pun langsung berlari keluar rumah. Dan mendapati anak bungsunya disana. "Krist !!" Teriaknya lalu menghambur peluk pada anak bungsunya itu. Krist yang tiba-tiba dipeluk oleh sang Ibu akhirnya menangis dan membalas pelukannya. "Mae rindu, Krist. Akhirnya kamu pulang juga" . Suara Krist tercekat di tenggorokan. Tak mampu membalas frasa rindu yang diucapkan Sang Ibu.

Pelukan mereka terlepas. "Ayo masuk. Kita bicara di dalam na" . "Apa hanya Krist yang ibu sambut disini?" Tanya King pura-pura cemberut. Sang Ibu memukul bahu King pelan. "Kau sudah besar. Lagipula kau bisa pulang setiap hari. Sana bawakan barang adikmu. Ayo Krist, ikut Mae kedalam" ucapnya sambil menggandeng lengan Krist. Sedangkan King hanya menggelengkan kepalanya.

(Singto-Krist) - PILIHAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang